Upaya Guru PKn Pembahasan

SMA Pagudi Luhur van Lith. Tidak dipungkiri bahwa “teladan” dari para pamong, para bruder maupun suster juga berdampak positif dalam pembentukan sikap positif peserta didik untuk semakin peka dalam beraktivitas. Pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith mencakup banyak aspek yang memengaruhi. Berdasarkan pengembangan kegiatan yang ada di SMA Pangudi Luhur van Lith seperti kegiatan Sidang Akademi, Wawasan Kebangsaan, Kristianitas, Retret, Pendampingan PIA, Rekoleksi, Remaja Pecinta Kristus, OSVALI, Napak Tilas, dapat dilihat beberapa karakter yang terbentuk melalui penanaman nilai-nilai karakter yang diimplementasikan dalam kegiatan tersebut sehingga memunculkan suatu karakter tertentu. Berikut ini beberapa nilai karakter yang muncul berdasarkan kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang ada di SMA Pangudi Luhur van Lith. Berbeda sekali dengan sekolah pada umumnya, dalam pengembangan pembelajaran yang dilaksanakkan, seluruh kelas berdoa secara bersamaan dengan masuk kelas pada pukul 06.50 WIB. Di pagi hari tersebut sebelum masuk pada kegiatan doa, para siswa mendengarkan Sabda Tuhan melalui Alkitab yang diperdengarkan melalui speaker-speaker aktiv yang ada di dalam kelas. Tidak hanya mendengarkan bacaan Alkitab saja namun mereka juga mendengarkan bagaimana firman Tuhan tersebut direnungkan dan didalami secara bersama-sama, setelah sesi tersebut selanjutnya para siswa berdoa secara bersamaan dengan guru pendamping masing-masing dan diakhiri dengan adanya kata-kata motivasi yang menggugah semangat mereka yang juga diperdengarkan melalui speaker. Pembentukan nilai religius memang telah dibangun melalui banyak hal mulai dari kegiatan doa di awal pembelajaran yang jelas berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sedangkan dalam kegiatan di luar pembelajaran, pengembangan pembentukan karakter religius dibangun pula melalui pengembangan kegiatan pendampingan PIA yang menjadi program wajib bagi para siswa. Dalam melakukan pendampingan PIA, para siswa dilatih tentang banyak hal mulai dari pengalaman bernyanyi rohani, pembuatan alat peraga, maupun pengembangan pendalaman alkitab dengan didampingi beberapa mahasiswa maupun suster yang telah diitunjuk untuk mendampingi para siswa. Kegiatan pendampingan PIA tidak hanya mengembangkan pembentukan karakter religius saja, namun terdapat pula pengembangan nilai-nilai kepedulian, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, maupun kreatifitas. Selain kegiatan pendampingan PIA ada pula kegiatan Kristianitas dan Legio Maria yang menunjang pengembangan sikap dan mental siswa dalam membentuk karakter religius. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Rabu sore dan didampingi oleh para Suster. Kegiatan yang mendorong pembentukan karakter religius lainnya yaitu adanya pengembangan kegiatan retret sebagai penyembuhan luka-luka batin dan peneguhan identitas diri yang dilaksanakan pada awal masuk sekolah. Ada pula kegiatan rekoleksi yang dilaksanakan setelah mid semester, setelah tes akhir sekolah guna melakukan kegiatan refleksi baik dalam membangun sikap dasar hidup bersama, rekoleksi yang berkait dengan kesehatan mental, narkotika, seksualitas dan masih banyak lagi. Para siwa juga memiliki kegiatan misa rutin yang dilaksanakan sesuai jadwal pada setiap bulannya dengan mengundang Romo guna memimpin peribadatan yang ada. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, kegiatan peribadatan ini sungguh memberikan makna penting dalam pembentukan karakter religius para siswa serta menumbuhkan sikap pelayanan di dalam hidup menggereja. Tidak hanya itu, kegiatan doa rutin juga dilakukan di asrama pada pukul 21.00 WIB baik di asrama putra mau pun asrama putri. Masing-masing asrama tersebut dikepalai oleh seorang suster untuk asrama putri dan seorang bruder untuk asrama putra. Dengan begitu, sesungguhnya pembentukan karakter religius yang ditanamkan oleh sekolah sangatlah multidimensi di mana ada banyak hal yang memengaruhi pembentukan karakter tersebut melalui pembiasaan, pembudayaan dan proses teladan dari para pendamping. Ada juga pengembangan nilai nasionalisme yang tidak hanya dipupuk dengan adanya kegiatan upacara bendera pada hari senin dan hari-hari besar yang diperingati saja namun dipupuk juga melalui kegiatan Wawasan Kebangsaan WK. Para pendamping melalui kegiatan WK selalu menyerukan apa yang dikatakan oleh Mgr. Sugiyopranata yaitu semboyan 100 katolik 100 nasionalis. Oleh karena itu, para siswa diajarkan menjadi anak-anak yang mempunyai kepedulian terhadap bangsanya serta memiliki sikap dan rasa nasionalis. Namun tidak hanya nilai nasionalisme saja yang terbentuk melalui