Apakah strategi pembelajaran yang dominan digunakan dalam pengembangan pembelajaran Apakah hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter

FOTO HASIL PENELITIAN Guru saat melakukan presensi di kelas Siswa-siswi saat mengikuti kegiatan pembelajaran PKn Guru PKn saat memberikan pengarahan kepada peserta didik Siswa-siswi melakukan kegiatan diskusi Guru saat menjelaskan materi Sistem Peradilan dan Hukum Internasional di kelas XI Foto Kegiatan Wawasan Kebangsaan Foto kegiatan rekoleksi kelas X Foto kegiatan pembuatan alat peraga guna pendampingan PIA Foto Kegiatan Sidang Akademi 1 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Yosep Dian Sulistyo NIM : 10401244028 PRODI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 2 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI Disusun oleh: Yosep Dian Sulistyo dan Dr. Marzuki, M.Ag ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith, beserta upaya mengatasi hambatan tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur van Lith pada bulan Maret sampai Mei 2014. Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive . Subjek penelitian terdiri dari 7 orang yaitu 1 guru PKn, 2 siswa kelas X, 1 siswa kelas XI, 1 Koordinator Kegiatan Wawasan Kebangsaan, dan 1 Koordinator Kegiatan Sidang Akademi SMA Pangudi Luhur van Lith. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat induktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1 pengembangan pembelajaran PKn menunjukkan adanya stimulus yang mampu mendorong pembentukan karakter religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sikap kritis, kerjasama, dan sikap saling menghormati dan menghargai pada siswa walaupun belum optimal. Kegiatan pengembangan di luar kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi, Retret, Pendampingan PIA, Wawasan Kebangsaan, OSVALI, Homestay, Bakti Sosial dan Sidang Akademi telah membentuk karakter nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian, kesederhanaan, sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, peduli, saling pengertian dan toleran; 2 hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn yaitu: a minimnya waktu pembelajaran, b kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI, c kurangnya kesiapanfokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran, dan d padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama boarding; 3 upaya yang dilakukan guru PKn yaitu: a memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada pembelajaran, b penggunaan metode yang variatif, c melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi siswa yang tidak disiplin, dan d memberikan batasan dalam memilih kegiatan, e penyediaan sarpras yang memadai. Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Pembentukan Karakter 3 A. PENDAHULUAN Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter juga memiliki fungsi sebagai penggerak dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Di sisi lain, karakter tidak datang dengan sendirinya, namun harus dibangun dan dibentuk untuk menjadikan suatu bangsa bermartabat Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 3. Uraian tersebut meninggalkan pesan bahwa karakter harus diwujudkan secara nyata melalui tahapan-tahapan tertentu. Salah satu tahapan yang dapat dilakukan yaitu membangun karakter melalui pendidikan guna membuat bangsa ini memiliki karakter yang kuat, bermartabat, dan memiliki great civilitation. Pendidikan memiliki dua tujuan besar yaitu membantu anak-anak menjadi pintar dan membantu mereka menjadi baik Lickona, 2013: 6. Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter karena mempunyai tujuan melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter. Hal tersebut pernah dikatakan oleh Martin Luther King, yaitu; intelligence plus character ... that is the goal of true education kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya Muslich, 2011: 75. Paparan tersebut mengingatkan bangsa Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang sesungguhnya. Bukan hanya terpaku pada kepintaran, namun membantu anak-anak menjadi baik harus menjadi prioritas. Upaya mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik, perlu diwujudkan bersama sebagai prioritas dalam hubungan kerjasama antara keluarga, masyarakat maupun pemerintah khususnya melalui bidang pendidikan. Sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh negara Indonesia dalam Pasal 3, Undang‐Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan 4 kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan tidak hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja namun penting memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dan pengembangan kultur budaya sekolah sebagai aspek pembentukan karakter. Namun, dalam kenyataan di lapangan fungsi pembentukan karakter yang diharapkan dalam pendidikan nasional belum terwujud secara optimal. Pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Setidaknya, terdapat dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan PKn. Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal diantaranya: pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materisubstansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing- masing siswa. Ketiga, pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup karena sesungguhnya seluruh mata pelajaran mampu berperan secara bersama-sama mewujudkan tujuan tersebut Kemdiknas, 2010: 3. PKn mengemban misi menjadikan siswa sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, demokratis dan religius. Hal tersebut perlu dilakukan secara konsisten agar mampu melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi serta bertanggung jawab berupaya membangun kehidupan bangsa Zuriah, 2007: 150. Dengan demikian, PKn memiliki posisi strategis dalam mengembangkan karakter siswa serta memiliki dimensi-dimensi yang tidak 5 bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas warga negara Samsuri, 2011: 20. PKn merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus pengembangan utama dalam pembentukan karakter siswa selain pendidikan agama yang juga memiliki prioritas. Hal tersebut dapat dilihat dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa pengertian PKn memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, dinyatakan bahwa tujuan PKn ialah agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Implikasi PKn yang identik dengan pendidikan budi pekerti ialah cakupan kajian dan kompetensi kewarganegaraan yang diharapkan mampu mewujudkan upaya pembentukan warga negara yang baik good citizen Samsuri, 2011: 56. Good citizen dapat diwujudkan dengan memperhatikan 3 aspek penting yakni pengetahuan, skill dan karakter kewarganegaraan. Dalam PKn paradigma baru terdapat pengetahuan kewarganegaraan civic knowledge yang berbasis pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat demokratis, ketrampilan kewarganegaraan civic skills, serta karakter kewarganegaraan civic dispositions yang mampu mengembangkan pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan masyarakat kewargaan Cholisin, 2005: 2-3. Dari paradigma tersebut, pengembangan komponen pengetahuan civic knowledge dan ketrampilan kewarganegaraan 6 civic skill sesungguhnya menjadi basis bagi terbentuknya karakter Cholisin, 2005: 4. Pengembangan pembelajaran PKn di sekolah seharusnya tidak memperhatikan kualitas intelektual semata namun perlu memperhatikan kualitas moral yang mengarah pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal itu sesuai dengan pengembangan PKn yang sesungguhnya mempunyai substansi pokok yakni civic knowledge, civic skill dan civic disposition. Berdasarkan hasil kegiatan pra-observasi 17 Desember 2013 dengan wawancara terhadap Guru Mata Pelajaran PKn SMA Pangudi Luhur Van Lith terdapat beberapa masalah yang diungkapkan. Pengembangan pembelajaran PKn yang seharusnya memiliki substansi civic disposition belum seluruhnya berfokus pada pengembangan nilai-nilai karakter. Beliau mengungkapkan, tidak dipungkiri terkadang aspek pengetahuan civic knowledge lebih banyak ditekankan. Dari keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa belum diwujudkan secara optimal. Di sisi lain, dapat dilihat terdapat beberapa hambatan sehingga pencapaian pendidikan karakter melalui pembelajaran PKn belum seluruhnya mampu terwujud. Hambatan tersebut diantaranya mengenai batasan waktu dalam mengajar yang minim karena pencapaian penguasaan materi yang dituntut lebih banyak, sehingga integrasi nilai-nilai karakter dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran belum seluruhnya berhasil diwujudkan. Adanya beberapa hambatan di atas bukan berarti tidak adanya suatu upaya yang dilakukan oleh guru PKn. Dalam melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran guru sudah menggunakan perpaduan antara penilaian sikap perilaku dengan kurikulum bakukurikulum pemerintah. Selain itu pembelajaran yang digunakan mulai bervariasi dengan sosio drama, penilaian diri, diskusi, simulasi, demonstrasi, presentasi yang lebih menekankan partisipasi aktif siswa. Dengan demikian, sudah ada upaya pengembangan pembelajaran PKn melalui variasi metode pembelajaran yang berorientasi dalam rangka perwujudan pembentukan karakter siswa 7 walaupun belum berjalan optimal Pra-observasi tanggal 17 Desember 2013. Dari berbagai pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn secara nyata belum dipraktikan sebagaimana mestinya. PKn cenderung baru diimplementasikan di sekolah dengan mengutamakan aspek kognitif semata. Sedangkan aspek-aspek lain yang ada dalam diri siswa yakni aspek afektif dan kebajikan moral kurang mendapat perhatian serius. Ketercapaian yang belum maksimal dapat dilihat pula bahwa citizenship education yang memiliki visi luas untuk mewujudkan instructional effect dan nurturant effect dari keseluruhan proses pembelajaran pendidikan guna membentuk karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik belum berjalan sebagaimana mestinya Arwiyah, et.al., 2013: 23. Oleh karena itu perlu digali lebih dalam lagi, mengapa fungsi pokok Pendidikan Kewarganegaraan tersebut masih menjadi suatu masalah? Koesoema menegaskan persoalan komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter menjadi salah satu titik lemah dalam mewujudkan visi di atas Zubaedi, 2011: 3. SMA Pangudi Luhur Van Lith merupakan salah satu sekolah berasrama dengan corak yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. SMA Pangudi Luhur Van Lith sebagaimana terlihat dalam visi misinya, menjalankan proses pendidikan yang memadukan unsur-unsur pendidikan formal, informal dan nonformal yang mencakup segi-segi religiositas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang luwes dalam suasana persaudaraan sejati yang saling asah, asih dan asuh SMA Pangudi Luhur Van Lith, 2014 Pengembangan pendidikan karakter yang ada di SMA Pangudi Luhur Van Lith cukup unik dan berbeda dengan sekolah pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pengembangan nilai-nilai karakter tidak hanya diselipkan melalui mata pelajaran yang ada saja, terkhusus PKn dan Pendidikan Agama namun terdapat juga program-program seperti muatan . Dari penjelasan di atas, dapat ditangkap bahwa pengembangan pendidikan karakter secara nyata telah diaplikasikan dalam program-program sekolah. 8 lokal yang terdapat pada kelas X misalnya Sidang Akademi yang di dalam kegiatannya terdapat pembelajaran bagaimana orang berbicara, RPK Remaja Pecinta Kristus yang menanamkan sikap religiusitaskristianitas, Wawasan Kebangsaan, retreat dan kegiatan-kegiatan lainnya yang juga berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa Pra-observasi tanggal 17 Desember 2013. Di sisi lain kultur sekolah berasrama yang dikembangkan oleh SMA Pangudi Luhur van Lith memberikan dampak positif tersendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat proses pendidikan yang ada di boarding school khususnya SMA Pangudi Luhur Van Lith berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah berasrama tersebut terlihat memiliki basis pembentukan karakter yang terlihat lebih kental dengan intensitas pendidikan nilai yang kuat serta berbagai macam kegiatan penunjang yang dilakukan di asrama. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat permasalahan dalam pengembangan pembelajaran PKn yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Van Lith. Secara nyata, belum diketahui dengan jelas apakah PKn mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter pada siswa. Pengembangan pembelajaran PKn yang diterapkan guru dengan berbagai pendekatan seharusnya memberikan dampak pembelajaran dan dampak pengiring dalam pembentukan karakter siswa baik di kelas maupun dalam berkegiatan di luar kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk lebih mendalami bagaimana “Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan. B. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 9 2006. Dalam pengamatannya terhadap pengertian PKn, pakar social studies dan PKn Indonesia yakni Numan Somantri memberikan batasan pengertian PKn yang dirumuskan sebagai suatu seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan Pendidikan IPS Somantri, 2001: 59. Berdasarkan pendapat para ahli dalam pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus utama dalam pembentukan warga negara yang baik good citizenship dan berkarakter cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Di sisi lain, tujuan PKn sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: 1 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2 Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi 3 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya 4 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat dikatakan bahwa PKn sesungguhnya mengemban tugas yang sangat penting dalam pembentukan karakter warga negara melalui pendidikan di sekolah yang diwujudkan sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia. Dengan tujuan tersebut, secara nyata PKn dapat dikatakan memegang peran strategis dalam pendidikan karakter khususnya menjadikan warga negara Indonesia menuju good citizenship. Menyimak tujuan PKn di atas, dapat diketahui bahwa PKn memiliki tiga fungsi pokok yakni sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis yaitu berfungsi mengembangkan kecerdasan warga negara civic 10 intellegence , berfungsi dalam membina warga negara yang memliki sikap tanggung jawab civic responsibility serta berfungsi dalam mendorong warga negara untuk berpaeran serta dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan civic participation. Tiga kompetensi warga negara tersebut dianggap sejalan dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaran yaitu pengetahuan kewarganegaraan civic knowledge, ketrampilan kewarganegaraan civic skill, dan karakter kewarganegaraan civic disposition Winarno, 2013: 19.

2. Pengertian, Nilai-nilai dan Langkah-langkah Pembentukan Karakter

Pengertian pendidikan karakter diungkapkan secara berbeda oleh Doni Koesoema 2007: 194 dikatakan bahwa pendidikan karakter sesungguhnya masih bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari individu, baik secara pribadi melalui pengolahan pengalamannya sendiri, maupun secara sosial melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya, perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai. Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab Kemdiknas, 2011: 8 . Pada bagian latar belakang Standar Isi PKn sebagaimana terdapat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006, dapat diidentifikasi sejumlah nilai atau karakter warga negara yang berdimensi civic disposition yaitu: 1 memiliki semangat kebangsaan, 2 memiliki karakter demokratis, 3 memiliki kesadaran bela negara, 4 menghargai hak asasi manusia, 5 sikap menghargai kemajemukan bangsa, 11 6 kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup, 7 memiliki tanggungjawab sosial, 8 ketaatan pada hukum, 9 ketaatan pada hukum, 10 ketaatan membayar pajak dan, 11 sikap anti korupsi, kolusi dan nepotisme Winarno, 2013: 191. Berbagai karakter yang dikembangkan di atas dapat dijadikan sebagai patokan dalam pengembangan nilai-nilai karakter dalam perencanaan, proses pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran PKn. Selain itu, nilai- nilai yang ada diharapkan tidak hanya dikembangkan sebagai suatu pemahaman belaka bagi siswa namun perlu dikembangkan melalui suatu proses yang baik dengan pembiasaan maupun suatu keteladanan oleh warga sekolah serta memerlukan perwujudan kultur sekolah yang baik. Berikut tahapan pembentukan karakter yang digambarkan melalui piramida berbentuk segitiga: Gambar 1. Tahapan Pembentukan Karakter Kemdiknas, 2011: 8 Pembentukan karakter sebagaimana digambarkan oleh Kemdiknas di atas, dapat diwujudkan melalui 6 tahapan yaitu melalui proses mengetahui, memahami, membiasakan, meyakini, melakukan sesuai dengan 1, 2, 3, 4 dan mempertahankannya. Oleh karena itu, pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang mudah namun memang dapat diwujudkan melalui suatu proses 12 di atas. Dikatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang terencana dalam menjadikan peserta didik untuk mengenal, peduli dan adanya suatu proses internalisasi nilai sehingga peserta didik menjadi berperilaku sebagai insan kamil Kemdiknas, 2011: 8. Sejalan dengan hal di atas, pembentukan karakter harus dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan aspek pengetahuan yang baik moral knowing, perasaan yang baik atau loving good moral feeling dan perilaku yang baik moral action sehingga terbentuk kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik Kemdiknas, 2011: 6. Keberhasilan pembentukan karakter tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun perlu suatu proses dan tahapan dalam mewujudkannya. Melalui sekolah, selain pula keluarga dan masyarakat sebagai agen utama dalam pembentukan karakter maka dapat dilakukan suatu proses tersebut. Relevan dengan apa yang diungkapkan oleh David Brooks bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter, karena seluruh anak-anak dari semua lapisan mengenyam pendidikan di sebuah sekolah. Anak-anak tersebut akan menghabiskan banyak waktunya di sekolah dengan waktu yang teratur sehingga apa yang didapatkan di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakter Dwiyanto Saksono, 2012: 50-51. Uraian di atas, dapat dengan jelas dimengerti bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter siswa karena di dalamnya terdapat suatu pendidikan yang merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan Sugihartono, et.al., 2007: 4. Namun perlu juga mengingat bahwa siswa dibentuk pula dari lingkungan lainnya seperti lingkungan keluarga, teman sebaya dan media massa.

3. Tinjauan tentang Pengembangan Pembelajaran PKn dalam

Pembentukan Karakter Siswa a. Pendekatan dalam Pembelajaran PKn 13 Pendekatan belajar kontekstual adalah salah satu pendekatan yang berbasis pada siswa. Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai metode yang menjadikan karakteristik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ciri demokratis. Hal tersebut memperlihatkan karakteristik pembelajaran PKn paradigma baru yang berciri demokratis dengan model democratic learning. Beberapa pendekatan dalam Winarno 2013: 96-100 yang sering digunakan dalam mendukung pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu: 1 Pendekatan berbasis nilai. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program pendidikan politik mempunyai tujuan untuk membentuk good citizen. Ukuran warga negara yang baik tentu saja diyakini sesuai pandangan hidup dan nilai hidup bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian PKn selalu terikat dengan nilai. Nilai itulah yang dijadikan landasan dalam pengembangan warga negara yang dimaksudkan. Oleh karenanya, value based on education menjadi esensi dari PKn. 2 Pendekatan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam pembelajaran PKn merupakan upaya pengembangan unsur pemikiran rasional empiris berdasarkan kegiatan ilmiah dalam rangka mewujudkan warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab. Kegiatan ini dapat dihadirkan melalui peran aktif siswa dalam ketrampilan mengidentifikasi, menganalisis, berargumen maupun mengambil posisi dalam studi kasus dan persoalan sosial yang ada di tengah masyarakat. Kegiatan berpikir kritis termasuk dalam civic skill yakni ketrampilan berpikir kritis siswa atau sering disebut intelektual civic skill. 3 Pendekatan inquiry. Langkah dalam metode inquiri ini diantaranya ialah membuat fokus untuk inquiry, menyajikan masalah, merumuskan kemungkinan penyelesaian, mengumpulkan data, menilai penyelesaian yang diajukan, dan merumuskan kesimpulan. Metode pembelajaran yang menerapkan pendekatan ilmiah dalam rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalah sangat penting