Implikasi Penelitian PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG.

dasar hidup bersama, rekoleksi yang berkait dengan kesehatan mental, narkotika, seksualitas dan masih banyak lagi. Para siwa juga memiliki kegiatan misa rutin yang dilaksanakan sesuai jadwal pada setiap bulannya dengan mengundang Romo guna memimpin peribadatan yang ada. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, kegiatan peribadatan ini sungguh memberikan makna penting dalam pembentukan karakter religius para siswa serta menumbuhkan sikap pelayanan di dalam hidup menggereja. Tidak hanya itu, kegiatan doa rutin juga dilakukan di asrama pada pukul 21.00 WIB baik di asrama putra mau pun asrama putri. Masing-masing asrama tersebut dikepalai oleh seorang suster untuk asrama putri dan seorang bruder untuk asrama putra. Dengan begitu, sesungguhnya pembentukan karakter religius yang ditanamkan oleh sekolah sangatlah multidimensi di mana ada banyak hal yang memengaruhi pembentukan karakter tersebut melalui pembiasaan, pembudayaan dan proses teladan dari para pendamping. Ada juga pengembangan nilai nasionalisme yang tidak hanya dipupuk dengan adanya kegiatan upacara bendera pada hari senin dan hari-hari besar yang diperingati saja namun dipupuk juga melalui kegiatan Wawasan Kebangsaan WK. Para pendamping melalui kegiatan WK selalu menyerukan apa yang dikatakan oleh Mgr. Sugiyopranata yaitu semboyan 100 katolik 100 nasionalis. Oleh karena itu, para siswa diajarkan menjadi anak-anak yang mempunyai kepedulian terhadap bangsanya serta memiliki sikap dan rasa nasionalis. Namun tidak hanya nilai nasionalisme saja yang terbentuk melalui kegiatan ini, karena tujuan dari pelaksanaan kegiatan wawasan kebangsaan ini ialah membangun minat dan semangat peserta didik agar mampu menjadi warga negara yang baik, kritis, memiliki sikap kesederhanaan, membangun kepedulian serta mampu menempatkan diri di masyarakat. Nilai-nilai keutamaan yang sesungguhnya ingin diwujudkan melalui kegiatan Wawasan Kebangsaan di SMA Pangudi Luhur van Lith ialah menggugah siswa dalam suatu kesederhanaan, menunjukan kepedulian sosial di masyarakat bawah serta pengenalan profesi guna menumbuhkan minat peserta didik di masa depan yang dirancang dalam berbagai tingkatan. Nilai tersebut tentunya tidak hanya diketahui oleh para siswa namun diwujudkan secara nyata oleh para siswa dengan mengikuti kegiatan secara rutin baik di dalam kelas maupun di masyarakat. Siswa mendapat materi pembelajaran di dalam kelas juga dengan tema- tema seperti partai politik, elit politik, hal-hal yang mampu membangun sikap dan rasa kesatuan para siswa seperti kasus Marsinah, BPPC, kegiatan pemilu dan hal-hal lainnya yang dikembangkan dengan model presentasi individu dan kelompok di dalam kelas dengan wujud makalah, artikel dan sejenisnya. Dalam pembelajaran, tidak jarang didatangkan aparatur desa seperti camat dan lurah, polisi dan sebagainya sebagai bentuk pengenalan tugas dan peranan para penyelenggara negara di tingkat bawah maupun mengenalkan profesi tersebut pada para siswa. Kegiatan di kelas tersebut, pada akhirnya mampu mempengaruhi sikap para siswa untuk beradu gagasan dengan berpikir kritis untuk saling bertanya jawab, mempertahankan argumen, memupuk semangat kebangsaan, maupun mewujudkan nilai-nilai demokrasi untuk mampu menyuarakan aspirasi mereka secara bebas namun bertanggungjawab. Para siswa tidak hanya mengembangkan nilai-nilai keutamaan tersebut dalam kegiatan di kelas secara teoritis namun nilai-nilai tersebut banyak diwujudkan juga melalui kegiatan nyata di masyarakat praktis. Para siswa pada akhirnya mengembangkan nilai-nilai keutamaan yang telah diajarkan di kelas melalui puncak kegiatan di masyarakat guna mampu belajar sederhana, peduli dan menumbuhkan minat terhadap profesi tertentu berdasarkan kelas masing-masing. Siswa kelas XII, pada semester pertama, mengikuti puncak kegiatan Wawasan Kebangsaan. Siswa ditempatkan dan disebar di 8 kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan sebagainya untuk dititipkan pada lembaga-lembaga profesi yang mereka inginkan dengan pendampingan selama 1 minggu. Di kelas XII tersebut, para siswa diajak secara lebih mendalam untuk mampu melihat profesi-profesi yang mereka cita-citakan. Misalnya saja ingin menjadi Pengacara lawyer, Wartawan, bekerja di LSM dan seterusnya. Pembiayaan kegiatan tersebut telah diwujudkan oleh sekolah dengan dibantu oleh para pemerhati SMA Pangudi Luhur Van Lith. Itulah yang menjadi puncak kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan wawasan kebangsaan di kelas XII. Kegiatan pengembangan yang dirancang dalam suatu kurikulum pendidikan karakter di SMA Pangudi Luhur van Lith mencakup juga pengembangan kegiatan Sidang Akademi. Sidang Akademi ialah salah satu program wajib yang dilaksanakan pada hari Selasa sore yang wajib diikuti oleh siswa baik kelas X, XI maupun kelas XII. Tujuan pelaksanaan kegiatan Sidang Akademi ini utamanya ialah membangun kemampuan skill terkait public speaking yang dimiliki oleh siswa. Tujuan lainnya diharapkan mampu membangun sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan dalam tema sidang individu. Sedangkan melalui tema sidang berkelompok tentu saja mereka dilatih untuk mampu bekerja sama, kritis, peduli, saling pengertian dan toleran dalam membangun sikap. Dalam kegiatan ini juga terdapat dua macam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris dalam kegiatan ini ditujukan pada siswa-siswi kelas XII semester pertama guna melatih kemampuan berbahasa inggris mereka yang dikembangkan melalui kegiatan sidang baik dengan tema individu maupun berkelompok. Puncak dari kegiatan Sidang Akademi ini ialah Sidang Akademi Istimewa yang kurang lebih sudah berlangsung sejak 3 tahun terakhir ini. Dalam Sidang Akademi istimewa ditampilkan tema-tema besar seperti story telling dan sebagainya. Nilai-nilai yang ingin diwujudkan melalui kegiatan ini ialah siswa mampu membangun sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, mampu bekerja sama, kritis, peduli, saling pengertian dan toleran dalam membangun sikap. Selain itu siswa diharapkan memiliki kemampuan positif dalam melakukan lobying maupun debat. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini dalam mendorong pembentukan karakter bagi siswa yaitu: ada dua hal yang dapat pertama, dari sisi siswa yang telah lulus alumni, banyak dari alumni yang mengatakan bahwa para alumni dengan mudah mampu melakukan kegiatan- kegiatan lobying, debat maupun kemampuan positif lainnya khususnya dalam berkegiatan di kampus. Kedua, dari sisi pengamat. Sudah tidak diragukan lagi bahwa kegiatan tersebut menumbuhkan banyak nilai-nilai karakter khususnya rasa percaya diri dan keberanian berbicara di depan umum. Selain nilai-nilai di atas, siswa juga dipupuk untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Hal itu jelas ditanamkan pendamping baik di sekolah, asrama maupun ketika berkegiatan seperti mengikuti kegiatan wawasan kebangsaan, OSVALI yang banyak melatih para siswa menjadi pemimpin bagi rekan-rekannya baik dalam melakukan kegiatan MOS, bakti sosial, maupun even-even tertentu yang dirancang sesuai dengan program yang mereka buat. Berdasarkan beberapa hal yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa pengembangan kegiatan yang ada di sekolah memberikan dampak yang besar dalam pembentukan kepribadian siswa seperti watak dan sikap religius yang didorong oleh kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi yang terdiri dari rekoleksi kesehatan mental, rekoleksi narkoba, rekoleksi hidup bersama, rekoleksi seksualitas, rekoleksi sopan santun, rekoleksi kelembagaan dan liturgi, Retret, Pendampingan PIA selain pula adanya penanaman sikap religius dalam pembelajaran di kelas dan asrama. Sikap nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian serta menggugah siswa untuk hidup sederhana yang didorong oleh kegiatan Wawasan Kebangsaan, rekoleksi hidup bersama, OSVALI, Homestay, dan Bakti Sosial. Ada pula pembentukan sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, mampu bekerja sama, kritis, peduli, saling pengertian dan toleran yang diwujudkan dalam kegiatan Sidang Akademi. Pembentukan karakter dan mental siswa tersebut tidak lepas pula dari kerja keras bruder, suster, pendamping, keluarga dan masyarakat yang ada di sekitar SMA van Lith tersebut. 101 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa dapat dilihat melalui tiga proses penting yaitu pengembangan perencanaan pembelajaran melalui Silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran dengan berbagai pendekatan, dan evaluasi pembelajaran yang mencakup evaluasi proses dan hasil. Karakter peserta didik yang dapat terlihat dalam kegiatan pengembangan pembelajaran PKn di kelas yaitu sikap religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sikap kritis, kerjasama, dan sikap saling menghormati dan menghargai. Di sisi lain kegiatan pengembangan yang ada di sekolah memberikan dampak yang besar dalam pembentukan karakter siswa seperti watak dan sikap religius yang didorong oleh kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi yang terdiri dari rekoleksi kesehatan mental, rekoleksi narkoba, rekoleksi hidup bersama, rekoleksi seksualitas, rekoleksi sopan santun, rekoleksi kelembagaan dan liturgi, Retret, Pendampingan PIA selain pula adanya penanaman sikap religius dalam pembelajaran di kelas dan asrama. Sikap nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, kemandirian, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian serta menggugah siswa untukhidup sederhana yang didorong oleh kegiatan Wawasan Kebangsaan, rekoleksi hidup bersama, OSVALI, Homestay, dan Bakti Sosial. Ada pula pembentukan sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, mampu bekerja sama, kritis, peduli, saling pengertian dan toleran, maupun kemampuan lobying yang diwujudkan dalam kegiatan Sidang Akademi. Pembentukan karakter dan mental siswa tersebut tidak lepas pula dari kerja keras bruder, suster, pendamping, keluarga dan masyarakat yang ada di sekitar SMA van Lith tersebut dalam memberikan teladan dan pembudayaan nilai-nilai yang baik kepada siswa. 2. Hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa yaitu: a. minimnya waktu pembelajaran; b. kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI; c. kurangnya kesiapanfokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran. d. Padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama. 3. Upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter pada siswa ialah: a. memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada saat waktu pembelajaran tidak bisa dimanfaatkan secara penuh; b. penggunaan metode yang variatif guna menarik minatperhatian; c. melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin; d. memberikan batasan dalam memilih kegiatan dan penyediaan sarpras yang memadai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang “Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang” maka peneliti memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu.

1. Kepada Pihak Sekolah

a. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi siswa khususnya sumber kepustakaan yang berkaitan dengan bidang PKn khususnya buku induk yang dikelola dengan baik agar guru maupun siswa mampu memahami pembelajaran dengan baik. b. Sekolah perlu menciptkan kultur lingkungan yang kondusif agar mampu membangun karakter peserta didik yang kuat karena karakter sesungguhnya lebih penting dari pada kecerdasan semata yang tidak diimbangi dengan nilai-nilai karakter peserta didik.

2. Kepada Guru Mapel PKn

a. Guru sebagai pendamping, teladan, pengampu maupun fasilitator dalam kegiatan pembelajaran PKn hendaknya melakukan pengembangan diri khususnya terkait bidang akademik yang ditekuninya sehingga mampu memberikan wawasan yang kontekstual dan faktual. b. Pengembangan pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru hendaknya perlu didukung oleh perencanaan pembelajaran yang baik serta variasi pembelajaran yang dinamis guna mendorong minat dan partisipasi peserta didik. c. Dalam pembuatan materi pembelajaran guru hendaknya memasukan buku-buku induk dalam sumber kepustakaan guna menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran materi pembelajaran.