Lifting gas bumi tahun hingga tahun 2019 diperkirakan relatif stabil pada kisaran Volume BBM bersubsidi mengalami penurunan drastis dari tahun 2014 sekitar Volume LPG bersubsidi sampai tahun 2019 akan mengalami peningkatan Pembangunan jaringan gas kota Ja

20 Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016

2.4 Indikator Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja

A. Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil

Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:

1. ProduksiLifting Energi fosil, yang terdiri dari:

a. Produksi minyak bumi. Trend produksi hingga tahun 2019 relatif menurun, meskipun

terjadi peningkatan di tahun 2016. Produksi minyak bumi tahun 2016 ditargetkan sebesar 820 MBOPD sebagaimana APBN-P 2016. Adanya Full scale lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang terjadi pada akhir 2015, menyebabkan peningkatan produksi minyak bumi di tahun 2016. Selanjutnya, produksi minyak bumi dilakukan pengendalian laju penurunannya hingga mencapai pada kisaran 720-850 ribu bpd pada tahun 2019.

b. Lifting gas bumi tahun hingga tahun 2019 diperkirakan relatif stabil pada kisaran

1.200-1.300 MBOEPD. Tahun 2016 lifting gas bumi direncanakan sebesar 1.150 MBOEPD. Beberapa proyek yang menjadi andalan peningkatan produksi gas bumi antara lain lapangan Kepodang, Donggi Senoro, Indonesian Deep Water Development IDD Bangka-Gendalo-Gehem, lapangan Jangkrik Blok Muara Bakau, dan Tangguh Train-3.

c. Produksi batubara tahun 2016 direncanakan sebesar 419 juta ton. Dalam rangka

konservasi, maka dilakukan pengendalian produksi batubara sehingga produksi tahun 2019 menjadi sebesar 400 juta ton, dengan upaya peningkatan DMO secara signiikan dan penurunan ekspor. Apabila batubara dihitung bersama minyak dan gas bumi, maka produksi energi fosil untuk tahun 2015 mencapai 6,93 juta BOEPD dan menurun pada tahun 2019 menjadi sebesar 6,75 juta BOEPD.

2. Penandatanganan Kontrak Kerja Sama KKS Migas. Untuk mengusahakan suatu

Wilayah Kerja WK Migas diawali dengan penyiapan dan lelang WK reguler tender or direct proposal, penetapan pemenang WK dan penandatanganan Kontrak Kerja Sama KKS migas. Penandatanganan KKS Migas selama 5 tahun kedepan direncanakan minimal sebanyak 40 KKS atau 8 KKS per tahun, yang dapat terdiri dari 6 KKS migas konvensional per tahun dan 2 KKS Migas non-konvensional per tahun. Untuk tahun 2016 direncanakan sebanyak 8 KKS migas yang akan ditandatangani.

3. Rekomendasi Wilayah Kerja, dilakukan oleh Badan Geologi melalui kegiatan survei

geologi dalam rangka mendukung penetapan Wilayah Pengusahaan Migas, CBM, Panas Bumi, Batubara dan Mineral melalui pendanaan dari APBN, yaitu migas melalui survei umum, minerba melalui penyelidikan umum, dan panas bumi melalui survei pendahuluan. Untuk tahun 2016 direncanakan sebanyak 43 rekomendasi wilayah kerja. PERENC ANAAN KERJA 21 EnergiBerkeadilan

B. Meningkatkan Alokasi Energi Domestik

Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:

1. Pemanfaatan gas bumi dalam negeri. Mulai tahun 2013 untuk pertama kalinya

dalam sejarah Indonesia, pemanfaatan gas bumi dalam negeri lebih besar daripada untuk ekspor. Kondisi tersebut akan terus dipertahankan, dimana untuk tahun 2016 ditargetkan porsi pemanfaatan gas domestik sebesar 61 dan meningkat menjadi 64 pada tahun 2019. Target DMO gas bumi didukung dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur gas nasional seperti FSRU, LNG receiving terminal, dan pipa transmisi. Sehingga, gas dari sumber-sumber besar yang ada di Kalimantan, Indonesia Timur dan hasil dari impor dapat dialirkan ke daerah konsumen gas utamanya di Jawa dan Sumatera.

2. Pemenuhan batubara domestik atau Domestic Market Obligation DMO tahun 2016

direncanakan sebesar 111 juta ton atau 26 dari total produksi nasional, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi 86 Juta Ton. Kebijakan batubara kedepan adalah meningkatkan pemanfaatan domestik hingga 60 dan pengendalian produksi batubara. “Dari sisi supply batubara, Indonesia sangat mampu menyediakan batubara untuk domestik, namun tantangannya adalah dari sisi demand domestik yang harus dapat menyerap batubara domestik tersebut. Saat ini pembangkit listrik dan sektor industri merupakan konsumen terbesar dalam batubara di dalam negeri. Tabel 5. Sasaran 1 : Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil 22 Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016

C. Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi

Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:

1. Akses dan Infrastruktur BBM, yang terdiri dari:

a. Volume BBM bersubsidi mengalami penurunan drastis dari tahun 2014 sekitar

46,8 juta Kilo Liter KL menjadi 16,19 juta KL APBN-P 2016. Hal tersebut akibat perubahan kebijakan harga BBM, dimana sejak 1 Januari 2015, Bensin Premium Ron-88 tidak lagi merupakan BBM bersubsidi dan subsidi solar hanya dipatok sebesar Rp. 1.000liter, dan diturunkan menjadi Rp. 500liter pada tahun 2016. Tugas Pemerintah adalah mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi sehingga subsidi tidak membebani APBN. Sesuai Pasal 8 ayat 2 UU Migas, Pemerintah wajib menjamin ketersediaan dan kelancaran pendistribusian BBM yang merupakan komoditas vital dan menguasai hajat hidup orang banyak di seluruh wilayah NKRI. Namun ketersediaannya tidak harus BBM bersubsidi. Volume BBM bersubsidi tahun 2016 direncanakan sebesar 17,9 juta KL namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi 16,69 juta KL. Dalam perjalanannya kebijakan harga dan volume BBM bersubsidi dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi ekonomi Indonesia. Hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan volume BBM bersubsidi.

b. Kapasitas kilang BBM saat ini sebesar 1.167 ribu barrel per day ribu BPD,

dengan jumlah kilang yang ada sebanyak 7 kilang Pertamina 1.047 ribu BPD dan 3 kilang non-Pertamina yaitu kilang Pusdiklat Cepu 3,8 ribu BPD, Kilang TubanTPPI 100 ribu BPD, dan Kilang TWU 6 ribu BPD serta Kilang TWU II 10 ribu BPD yang baru beroperasi tahun 2014. Untuk 4 tahun kedepan direncanakan pembangunan Kilang BBM 300 ribu BPD dengan skema Kerjasama Tabel 6. Sasaran 2: Meningkatkan alokasi energi domestik PERENC ANAAN KERJA 23 EnergiBerkeadilan Pemerintah Swasta KPS di Bontang dengan nilai proyek sekitar US 10 miliar yang ditargetkan dapat selesai tahun 2019, sehingga kapasitas kilang BBM dapat meningkat menjadi 1.467 ribu BPD. Selain pembangunan kilang grassroot tersebut, juga terdapat rencana pengembangan Kilang Pertamina lainnya yaitu: • Reinery Development Master Plan RDMP, mencakup upgrading dan modernisasi 5 kilang minyak Pertamina dengan nilai proyek sekitar US 25 miliar yaitu: Kilang Balikpapan, Kilang Cilacap, Kilang Dumai, Kilang Plaju dan Kilang Balongan. Pengembangan kilang minyak tersebut akan meningkatkan produksi sebanyak 2 kali lipat dari saat ini sekitar 820 ribu bpd menjadi 1,6 juta bpd. RDMP tidak akan selesai dalam waktu 5 tahun, tetapi memiliki time frame proyek hingga tahun 2025. Untuk tahap pertama akan dimulai pada tahun 2018 melalui modernisasi untuk 4 kilang, yaitu Plaju, Balikpapan, Cilacap dan Balongan. Sementara Kilang Dumai akan dimulai tahun 2021. Calon investor proyek RDMP yang telah melakukan MOU dengan Pertamina antara lain Saudi Aramco, Sinopec dan JX Nippon dengan investasi sekitar 25 miliar US. • Residual Fluid Catalytic Cracking RFCC di kilang Cilacap yang beroperasi tahun 2015 sehingga akan memberikan tambahan produk gasoline sekitar 12.579 BPD. • Proyek Langit Biru Cilacap PLBC merupakan kelanjutan dari pembangunan Residual Fluid Catalytic Cracking RFCC Cilacap untuk meningkatkan kapasitas produksi BBM nasional dan mengurangi ketergantungan impor. PLBC berfokus untuk mengkonversi BBM jenis Premium menjadi BBM jenis Pertamax.

2. Akses dan infrastruktur gas bumi, yang terdiri dari:

a. Volume LPG bersubsidi sampai tahun 2019 akan mengalami peningkatan

menjadi 7,28 juta MT. Pada tahun 2016 direncanakan sebesar 6,25 Juta MT, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi 6,6 Juta MT.

b. Pembangunan jaringan gas kota Jargas pada periode 2016-2019 rencananya

dilakukan di 210 lokasi, melalui pendanaan APBN 10 lokasi, PGN 172 lokasi dan Pertamina 28 lokasi dengan target Rumah Tangga tersambung sebanyak 1,14 juta sambungan rumah. Untuk memperlancar pembangunan jargas khususnya yang melalui pendanaan APBN, maka pembangunan diupayakan agar dilakukan melalui penugasan kepada BUMN yang selanjutnya dapat bertindak sebagai operator. Untuk tahun 2016 direncanakan pembangunan di 6 lokasi.

c. Pembangunan infrastruktur SPBG pada periode sampai tahun 2019