126
Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016
F. Produksi Nikel Matte
Capaian produksi nikel matte 2016 sebesar 78.748 ton atau lebih rendah1.251 ton atau 2 di bawah target bila dibandingkan dengan target produksi 2016 sebesar 80.000 ton. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya kadar Ni Nilkel Matte dalam bijih hasil penambangan di PT Vale Indonesia sehingga target produksi nikel matte yang dihasilkan oleh PT Vale Indonesia tidak
tercapai. Sehingga berpengaruh terhadap penurunan produksi Nikel Matte nasional. Apabia dibandingkan antara produksi nikel matte tahun 2016 dengan realisasi produksi
nikel matte tahun 2015 sebesar 82.440 ton, maka realisasi produksi nikel matte tahun 2016 menurun sebesar 3.692 ton atau 4 lebih rendah dari realisasi tahun 2015. Sedangkan jika
dibandingkan antara produksi nikel matte tahun 2016 dengan target produksi nikel matte tahun 2016 pada Renstra Kementerian ESDM 2015-2019 sebesar 80.000 ton, maka realisasi produksi
nikel mattetahun 2016 menurun sebanyak 1.251 ton atau 2 di bawah target 2016. Upaya perbaikan kedepan untuk mencapai produksi mineral sesuai target yang
direncanakan antara lain: 1
Melakukan perhitungan target yang disesuaikan dengan kondisi pertambangan mineral yang ada;
2 Melakukan pembinaan pengawasan kepada perusahaan seperti pengawasan melalui
pemantauan laporan produksi dan pemasaran secara berkala setiap bulan pada perusahaan;
3 Melakukan bimbingan teknis bagi pelaku usaha pertambangan mineral secara rutin;
4 Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya RKAB perusahaan pertambangan mineral
dilakukan sebelum tahun kegiatan berjalan sehingga perencanaan produksi dan anggaran biaya lebih baik;
5 Pengawasan ke lapangan lokasi pertambangan untuk pembinaan dan pengawasan
kegiatan operasional pertambangan agar sesuai dengan dokumen RKAB.
2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian dalam Negeri
Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian smelter di dalam negeri dilaksanakan sebagai upaya untuk mewujudkan peningkatan kapasitas produksi logam di dalam negeri,
menyediakan hasil pengolahan danatau pemurnian komoditas mineral sebagai bahan baku industri strategis di dalam negeri, memberikan muliplier efectbaik secara ekonomi, sosial dan
budaya, serta meningkatkan penerimaan negara. Proses kegiatan smelter meliputi: 1
Pembinaan dan pengawasan tahapan kegiatan penyiapan analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL.
2 Pembinaan dan pengawasan tahapan penyiapan ground breaking dan awal konstruksi
pabrik.
AKUNT ABILIT
AS KERJA
127
EnergiBerkeadilan
3 Pembinaan dan pengawasan tahapan penyiapan tahap pertengahan konstruksi pabrik.
4 Pembinaan dan pengawasan tahapan penyiapan tahap akhir konstruksi, penyiapan tahap
commissioningproduksi. Target pembangunan smelter tahun 2016 yang terdapat dalam Renstra Kementerian
ESDM sebesar 9 Unit, namun dalam Perjanjian Kinerja tahun 2016 target pembangunan smelter yang direncanakan akan selesai pada tahun 2016 ialah sebanyak 4 unit. Hal tersebut terjadi
karena kondisi iklim investasi pertambangan untuk pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian yang sedang menurun sehingga berdasarkan hasil evaluasi dokumen permohonan
IUP OPK Pengolahan dan Pemurnian yang masuk di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara target fasilitas pengolahan dan pemurnian yang akan selesai di tahun 2016 menjadi 4 unit.
Sampai dengan akhir tahun 2016, jumlah smelter yang telah selesai dibangun sebanyak 2 unit, yaitu PT Well Harvest Mining dan PT Megah Surya Pertiwi. Dua unit smelter lain yang
ditargetkan selesai di tahun 2016, tertunda pembangunannya dikarenakan kendala proses impor permesinan, serta faktor pembiayaan proyek smelter yang terkendala krisis global dan
jatuhnya harga komoditas. Pembangunan 2 unit smelter yang tertunda akan tetap dilanjutkan dan ditargetkan akan selesai pada kuartal I tahun 2017. Berikut rincian 2 unit smelter yang
sudah terbangun pada tahun 2016 dan rincian 2 unit smelter yang tertunda pembangunannya juga dapat dilihat pada tabel di bawah
.
Program-program yang dilakukan oleh Kementerian ESDM terkait pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian dalam negeri pada tahun 2016 meliputi pengawasan
pembangunan smelter, melakukan rapat koordinasi terkait pembangunan smelter, dan
No Nama
Perusahaan Lokasi
Kapasitas Input tpy
Produk Smelter Jenis
Kapasitas 1
PT Megah Surya Pertiwi
Halmahera Selatan – Maluku Utara
1.622.911 tpy FeNi
186.196 tpy
2 PT Well Harvest
Winning Ketapang –
Kalimantan Barat 6.158.000 tpy
SGA 2.000.000
tpy
No s
as 1
an
2 oal
No Perusahaan
Lokasi Komoditas
Kapasitas 1
PT Sebuku Iron Lateritic Ores
Kotabaru-Kalimantan Selatan
Bauksit 8.000.000
2 PT Kapuas Prima Coal
Pangkalan Bun- Kalimantan Tengah
Timbal 360.000
Program-program yang dilakukan oleh Kementerian ESDM terkait pembangunan
Tabel 67. Smelter yang telah selesai pembangunannya pada tahun 2016
Tabel 68. Smelter yang tertunda pembangunannya di tahun 2016
128
Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016
kegiatan veriikasi perkembangan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral tertentu. Perkembangan kemajuan pembangunan smelter dalam 2 tahun terakhir dapat dilihat
pada graik di bawah.
Graik di atas menggambarkan kondisi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam negeri dengan total smelter yang terbangun dari tahun 2015-2016 sebanyak 7
unit.
Gambar 51. Graik Rencana dan Realisasi Pembangunan Smelter Tahun 2015-2016
AKUNT ABILIT
AS KERJA
129
EnergiBerkeadilan
Salah satu faktor terhambatnya pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian dalam negeri adalah penurunan harga komoditas mineral dunia dalam 2 tahun terakhir ini
mengakibatkan menurunnya tingkat keekonomian. Sehingga terjadi penundaan pembangunan dan juga penghentian pembangunan smelter. Sedangkan, jika dibandingkan antara capaian
kinerja pembangunan smelter dengan target pada Renstra Kementerian ESDM Tahun 2015- 2019, realisasi 2 tahun terakhir ini capaiannya masih rendah yaitu 7 unit smelter yang sudah
terbangun dari total target sampai dengan tahun 2019 sebanyak 30 unit, sehingga persentase capaian jangka menengah untuk pembangunan smelter masih 23,33.
Upaya perbaikan ke depan agar pembangunan proyek smelter berjalan sesuai target yaitu: 1
Adanya insentif atau keringanan pajak yang dibebankan terhadap investor yang berencana melakukan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian di dalam negeri;
2 Berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian dan pihak-pihak terkait lainnya.
3.2 Tujuan II: Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM
Tujuan strategis II Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor ESDM”. Tujuan II didukung oleh satu sasaran strategis yaitu Mengoptimalkan
Penerimaan Negara dari Sektor ESDM yang terdiri dari empat indikator, yaitu: 1 Penerimaan Migas; 2 Penerimaan Mineral dan Batubara; 3 Penerimaan EBTKE; dan 4 Penerimaan lainnya.
Secara lebih rinci, capaian dari setiap sasaran strategis berikut dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat sebagai berikut:
Sasaran Strategis VII: Mengoptimalkan Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM
Tabel 69. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Strategis VII
Tujuan II : Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor ESDM Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target Realisasi
Mengoptimalkan Penerimaan
Negara dari Sektor ESDM
Penerimaan Negara Sektor ESDM: a. Penerimaan Migas
b. Penerimaan Mineral dan Batubara c. Penerimaan EBTKE
d. Penerimaan lainnya Rp. 126,19 Triliun
Rp. 48,2 Triliun Rp. 0,63 Triliun
Rp. 0,17 Triliun Rp. 83,58 Triliun
Rp. 27,21 Triliun Rp. 0,93 Triliun
Rp. 0,182 Triliun