Subsidi BBM dan LPG

136 Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016

1. Subsidi BBM dan LPG

Untuk mewujudkan subsidi BBM dan LPG yang lebih tepat sasaran dan dengan pertimbangan perkembangan kebutuhan nasional atas BBM, Presiden Joko Widodo pada tanggal 31 Desember 2014 menandatangani Perpres Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM. Jenis BBM yang diatur dalam Perpres ini terdiri dari jenis BBM tertentu, jenis BBM khusus penugasan dan jenis BBM umum. Jenis BBM Tertentu terdiri atas Minyak Tanah Kerosene dan Minyak Solar Gas Oil, BBM Khusus Penugasan merupakan BBM jenis Bensin Gasoline RON minimum 88 untuk didistribusikan di wilayah penugasan seluruh wilayah NKRI kecuali DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, dan Bali. Sedangkan jenis BBM umum terdiri atas seluruh jenis BBM di luar jenis BBM Tertentu dan BBM Khusus Penugasan. Seperti terlihat pada tabel di atas, realisasi capaian subsidi Jenis BBM Tertentu JBT dan LPG sebesar Rp. 43,69 Triliun atau sebesar 67,29 dari target yang terdapat di PK Kementerian ESDM sebesar Rp. 65 Triliun. Akan tetapi realisasi capaian ini semakin kecil realisasinya semakin baik, sehingga bisa dialokasikan ke dana pendidikan dan pengembangan infrastruktur lainnya. Realisasi untuk tahun berjalan hanya sampai dengan bulan Juni 2016 hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran oleh Kementerian Keuangan disebabkan oleh target pajak yang tidak dapat tercapai sehingga mengubah postur anggaran belanja negara. Kekurangan pembayaran subsidi oleh Kementerian Keuangan akan diperhitungkan pada tahun anggaran berikutnya. No Keterangan Realisasi 1 Subsidi JBT 18.747,92 a. Tahun berjalan 5.038,86 b. Kekurangan Tahun 2014 7.426,46 c. Kekurangan Tahun 2015 6.282,59 2 Subsidi LPG 24.938,94 a. Tahun berjalan 10.817,24 b. Kekurangan Tahun 2014 435,024 c. Kekurangan Tahun 2015 13.686,67 3 Subsidi 1+2 43.686,86 a. Tahun berjalan 15.856,11 b. Kekurangan Tahun 2014 7.861,49 c. Kekurangan Tahun 2015 19.969,26 Tabel 77. Tabel Subsidi Jenis BBM Tertentu JBT dan LPG Tahun 2016 Rp Miliar AKUNT ABILIT AS KERJA 137 EnergiBerkeadilan Kementerian ESDM hanya melaksanakan veriikasi terhadap volume pendistribusian LPG Tabung 3 Kg yang dilakukan oleh PT. Pertamina Persero, dan selanjutnya hasil veriikasi tersebut disampaikan kepada Kementerian Keuangan dalam rangka pembayaran subsidi. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 130PMK.022015 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dalam bagian menimbang disebutkan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur pelaksanaan anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Belanja Subsidi BA 999.07 untuk subsidi energi. Dengan demikian maka kewenangan perhitungan dan pembayaran nilai subsidi tersebut merupakan kewenangan Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Kementerian ESDM c.q. Ditjen Migas melakukan pengelolaan kuota volume dan penetapan harga BBM bersubsidi dimana pengawasan pelaksanaannya dilakukan oleh BPH Migas. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 29 PMK tersebut di atas, maka KPA, yang merupakan pejabat pada satuan kerja dari masing-masing Pembantu Pengguna anggaran Bendahara Umum Negara yang memperoleh penugasan dari Menteri Keuangan, menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 3PMK.022015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan nomor 218PMK.022011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban Subsidi LPG Tabung 3 Kg Pasal 8A dinyatakan bahwa Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara dapat melakukan penghitungan dan pembayaran subsidi LPG Tabung 3 Kg dengan menggunakan dasar harga patokan tahun lalu dan atau yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik penghitungan nilai subsidi BBM tertentu maupun nilai subsidi LPG tabung 3 Kg merupakan kewenangan Kementerian Keuangan, bukan termasuk dalam kewenangan Kementerian ESDM. Oleh karena sebab itu, diharapkan indikator yang tidak sepenuhnya menjadi kewenangan dari Kementerian ESDM tidak perlu dimasukkan dalam kinerja Kementerian ESDM karena hal ini akan menyulitkan dalam hal pelaporan dan pemantauan kinerjanya di tiap bulan.

2. Subsidi Listrik