Investasi migas, khususnya pengelolaan hulu migas memiliki ciri pokok, yaitu padat Investasi ketenagalistrikan mencakup pembangunan pembangkitan, transmisi, Investasi mineral dan batubara dilakukan oleh kontraktor KK, PKP2B, BUMN dan

30 Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2016 direncanakan sekitar Rp. 134,43 triliun dan meningkat menjadi Rp. 154,08 triliun pada tahun 2019.

a. Subsidi BBM dan LPG tahun 2016 direncanakan sebesar Rp. 64,67 triliun namun sesuai

Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi Rp. 65 Triliun, dan diupayakan untuk dijaga pada level tersebut pada tahun 2019. Hal yang dapat meningkatkan subsidi BBM dan LPG adalah kenaikan konsumsi yang merupakan cerminan dari tumbuhnya perekonomian. Selain itu, melemahnya kurs Rupiah dan faktor harga minyak internasional, akan meningkatkan subsidi mengingat harga patokan BBM dan minyak mentah menggunakan referensi international market price.

b. Subsidi listrik tahun 2016 direncanakan sebesar Rp. 69,76 triliun. Pada tahun 2019

subsidi listrik diperkirakan meningkat menjadi Rp. 89,41 triliun, antara lain karena pertumbuhan penjualan listrik atau semakin meningkatnya rumah tangga yang dilistriki. Penurunan subsidi listrik dapat dilakukan dengan penyesuaian tarif tenaga listrik untuk golongan tertentu, perbaikan energy mix pembangkit, pengurangan susut jaringan, dan mekanisme komisi PT PLN Persero yang lebih terukur.

I. Meningkatkan Investasi Sektor ESDM

Investasi sektor ESDM tahun 2016 ditargetkan sebesar US 51,4 miliar dan meningkat menjadi US 57,28 miliar pada tahun 2019. Porsi investasi terbesar yaitu pada sektor migas sekitar 52 dari total investasi sektor ESDM, diikuti ketenagalistrikan sebesar 28, mineral dan batubara sekitar 14 dan EBTKE sekitar 6. Demi terciptanya iklim investasi yang kondusif dilakukan melalui jaminan kepastian hukum, penyederhanaan perizinan, dan menciptakan kondisi sosial, politik dan ekonomi yang stabil. Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:

a. Investasi migas, khususnya pengelolaan hulu migas memiliki ciri pokok, yaitu padat

modal, padat resiko dan membutuhkan teknologi serta SDM berkualiikasi tinggi. Investor diharuskan untuk berani mengambil resiko, mempunyai kemampuan modal besar dan mampu dalam penyediaan teknologi. Sejak diterbitkannya UU No. 222001 tentang Minyak dan Gas Bumi, jumlah WK Migas meningkat sangat drastis dimana Tabel 12. Sasaran 8: Mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat sasaran PERENC ANAAN KERJA 31 EnergiBerkeadilan pada tahun 2001 terdapat 117 WK dan meningkat menjadi 321 WK tahun 2014. Artinya usaha pencarian investasi dan pencarian cadangan migas meningkat dibandingkan sebelum diterbitkannya UU Migas. Investasi migas tahun 2016 direncanakan sebesar US 22,2 miliar namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi US 20,42 Miliar dan meningkat menjadi US 29,9 miliar pada tahun 2019.

b. Investasi ketenagalistrikan mencakup pembangunan pembangkitan, transmisi,

gardu induk, gardu distribusi dan jaringan distribusi serta usaha penunjang ketenagalistrikan. Peran Pemerintah dalam investasi di subsektor ketenagaslitrikan cukup besar. Lebih dari Rp. 3 triliun per tahun dialokasikan dari APBN untuk infrastruktur pembangkit listrik. Target investasi ketenagalistrikan tahun 2016 sebesar US 16,4 miliar namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2016 disesuaikan menjadi US 16,3 Miliar dan meningkat dimana pada tahun 2019 direncanakan sekitar US 15,9 miliar, utamanya karena pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000 MW.

c. Investasi mineral dan batubara dilakukan oleh kontraktor KK, PKP2B, BUMN dan

jasa pertambangan. Peran pelaku usaha jasa pertambangan nasional harus didukung sehingga kegiatan pertambangan semakin berdampak mendukung ekonomi dan kesejahteraan nasional secara umum dan secara khusus bagi ekonomi daerah dan masyarakat sekitar tambang. Investasi mineral dan batubara tahun 2016 direncanakan sebesar US 6,5 Miliar, dan pada tahun 2019 diperkirakan mencapai US 7,8 miliar.

d. Investasi EBTKE meliputi investasi untuk bidang usaha panas bumi, biofuel, PLTA