“Nah kan ada kaitannya dengan sekolah, tidak bisa lepas, kita sebagai orang tua … Makanya kita perlu komunikasi sama guru, wali kelas, ada pendekatan
perkembangan anak kita.” Ibu, FG3, 1338-1349
8. Kebutuhan pemberdayaan orang tua
Dalam memberikan pendidikan seks, orang tua memerlukan pemberdayaan agar dapat menjadi pendidik seks yang lebih baik. Dari hasil
diskusi ditemukan empat hal yang orang tua rasa perlu ditingkatkan.
Tabel 13 Kategori dalam Kebutuhan Pemberdayaan Orang Tua
Kebutuhan pemberdayaan orang tua
Kurikulum atau materi yang perlu disampaikan kepada anak Cara memberikan pendidikan seks
Memasukkan nilai agama, moral, dan budaya dalam pendidikan seks Membangun dan menjaga prinsip dan nilai seksualitas dalam keluarga
Yang pertama adalah terkait kurikulum atau materi yang perlu disampaikan kepada anak. Orang tua cenderung mengalami kesulitan dalam
memberi pendidikan seks karena tidak tahu hal yang harus diajarkan. Oleh karena itu orang tua butuh dididik tentang materi yang tepat untuk anak, dan
bukan hanya materinya tetapi juga pada jenjang usia yang manakah materi tersebut tepat untuk diberikan.
“… yang kedua materi yang disampaikan untuk masing-masing anak karena ada umur balita, itu kan beda dengan …” Ayah, FG4, 1574-1576
“Maunya itu ada panduan walaupun orang mungkin berbeda-beda, tapi ada buku panduan. Umur sekian ki diajari iki iki iki …” Ayah, FG1, 239-241
Kebutuhan yang kedua adalah terkait cara memberikan pendidikan seks. Orang tua merasa perlu diajari mengenai cara mengkomunikasikan
informasi seksual kepada anak. Orang tua merasa juga perlu belajar dari pengalaman orang lain memberi pendidikan seks.
“Cara penyampaian yang bener tu kepiye. Metode penyampaian yang benar ke anak.” Ayah, FG4, 1570-1573
“… mungkin yang perlu semacam ini kita ikut semacam apa …. pembicaranya yang pengalaman dalam menyampaikan itu …. menyampaikan ke anak”
Ayah-ayah, FG1, 1402-1406
Kebutuhan ketiga adalah orang tua merasa perlu diajari tentang memasukan nilai agama, moral dan budaya dalam pendidikan seks. Hal ini
dirasa perlu dimasukkan sebagai penguat materi pendidikan seks yang diberikan dan sebagai acuan norma.
“Saya melihat itu nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya, itu saya kira juga harus dimasukkan sebagai penguat materi karena ketika kita butuh bicara
rambu-rambu normatif tentang apa yang boleh dan tidak boleh, rujukan kita kayaknya dua itu agama dan nilai-
nilai budaya” Ayah, FG4, 1583-1587
Kebutuhan yang terakhir adalah terkait membangun dan menjaga prinsip dan nilai seksualitas dalam keluarga. Orang tua perlu diajari agar tetap
teguh memegang nilai-nilai seksualitas yang ditanamkan didalam keluarga.
“Ada di situ komitmen, satu keluarga seperti ibu tadi, bu O kan komitmen, „kamu harus punya harga diri.‟, itu komitmen dalam keluarga.” Ibu, FG3,
1420-1421
C. Pembahasan