Materi Pendidikan Seks Pembahasan

usaha mengembangkan orang tua agar dapat menjadi pendidik seks yang baik. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang menyeluruh mengenai pendidikan seks oleh orang tua. Sayangnya penelitian mengenai komunikasi orang tua – anak mengenai seks masih sedikit dilakukan diluar negara-negara Barat, terutama di negara- negara berkembang Kaljee et al., 2011; Trinh et al., 2009. Meskipun pendidikan seks memiliki dimensi yang universal, namun budaya, norma dan konteks lokal dapat menciptakan variasi dan perbedaan Bastien et al., 2011; Epstein Ward, 2007; Kirkman et al., 2005; Walker Milton, 2006. Berikut ini dibahas berbagai aspek pendidikan seks oleh orang tua di Indonesia.

1. Materi Pendidikan Seks

Tabel 14 Perbandingan Hasil Penelitian pada Aspek Materi Pendidikan Seks Hasil penelitian sebelumnya Topik Selaras Bertentangan Materi pendidikan seks yang utama dari orangtua adalah mengenai rambu-rambu berpacaran dan norma berperilaku dan berelasi yang pantas. Doskoch 2011 Trinh et al. 2009 Ha dan Fisher 2011 Raffaelli dan Green 2003 Regnerus 2005 Orangtua membahas mengenai pornografi dengan anak Bastien et al. 2011 Doskoch 2011 Epstein dan Ward 2007 Ha dan Fisher 2011 Trinh et al. 2009 Tidak ada orangtua yang menyebutkan aborsi sebagai topik yang dibahas Bastien et al. 2011 Doskoch 2011 Epstein dan Ward 2007 Wamoyi et al. 2010 Trinh et al. 2009 Topik Sexual Safety merupakan topik yang sangat jarang didiskusikan orang tua – anak. Wamoyi et al. 2010 Jerman dan Constantine 2010 Miller et al. 1998 Rosenthal dan Feldman 1999 Topik mengenai mastrusbasi masih jarang dibahas Miller et al. 1998 Wamoyi et al. 2010 Rosenthal dan Feldman 1999 Catatan. Penelitan yang dicetak miring adalah penelitian di negara-negara berkembang. Materi pendidikan seks oleh orang tua yang paling utama adalah pada kategori Sexual Norm dan Sexual Relationship. Kategori Sexual Norm meliputi norma berperilaku dan berelasi yang pantas, sedangkan Sexual Relationship meliputi aspek relasi romantis dan aktivitas seksual dengan pasangan. Meskipun begitu, konten yang dibahas oleh orang tua pada kategori Sexual Relationship lebih menyorot pada aspek relasi romantis seperti rambu-rambu berpacaran dibanding aktivitas seksual. Hanya ada beberapa orang tua yang menjelaskan mengenai aktivitas seksual. Itupun terbatas pada ciuman dan menyebutkan hubungan seksual kepada anak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Doskoch 2011, Trinh et al. 2009, Ha Fisher 2011, dan Raffaelli dan Green 2003 yang menunjukkan bahwa aspek moralitas dan kepantasan perilaku seksual merupakan hal yang terutama diajarkan kepada anak. Orang tua juga cukup banyak mendiskusikan hal-hal terkait perkembangan dan perubahan pada anak, seperti pubertas, fungsi organ reproduksi, dan menstruasi. Selanjutnya orang tua juga membicarakan pornografi, pemerkosaan, dan keperawanan dalam kategori Societal Concern. Topik konsekuensi perilaku seksual pranikah merupakan topik yang banyak dibahas dalam kategori ini. Dalam penelitian sebelumnya materi pornografi tidak pernah muncul Bastien et al., 2011; Doskoch, 2011; Epstein Ward, 2007; Trinh et al., 2009. Topik pornografi sempat muncul pada diskusi kelompok dalam penelitian Ha dan Fisher 2011, namun orang tua memandang bahwa orang tua hanya perlu mengawasi anak agar tidak mengakses pornografi namun tidak perlu mendiskusikan hal tersebut dengan anak. Kemunculannya pada penelitian saat ini mungkin terkait dengan konteks jaman dimana akses anak kepada pornografi termasuk mudah. Hal ini terutama karena kemudahan informasi melalui internet. Hal ini disadari oleh orang tua sehingga isu pornografi menjadi topik yang perlu dibicarakan dengan anak. Sementara itu orang tua tidak menyebutkan aborsi sebagai topik yang dibahas. Pada penelitian Trinh et al., 2009 topik aborsi merupakan salah satu topik yang sering dibahas oleh orang tua. Sementara pada beberapa penelitian lain Bastien et al., 2011; Doskoch, 2011; Epstein Ward, 2007; Wamoyi et al., 2010, topik mengenai aborsi tidak muncul dalam pendidikan seks dari orang tua. Di Indonesia, kondisi ini kemungkinan karena secara hukum di Indonesia, aborsi umumnya adalah tindakan melawan hukum Fahroja, 2012 sehingga orang tua merasa tidak perlu mendiskusikan aborsi dengan anak. Kategori Sexual Safety merupakan kategori yang sangat jarang didiskusikan orang tua – anak. Dalam penelitian ini tidak ada orang tua yang membahas mengenai HIVAIDS. Hanya ada satu ayah yang membahas mengenai PMS. Ini bisa jadi karena kurangnya kesadaran orang tua tentang HIVAIDS, atau merasa bahwa HIVAIDS adalah topik yang jauh dari kehidupan anak. Sementara materi kontrasepsi dibahas dalam salah satu kelompok namun terbatas pada kondom saja. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Jerman dan Constantine 2010, Miller et al. 1998, Rosenthal dan Feldman 1999, yang menunjukkan bahwa topik terkait Sexual Safety atau keamanan seksual seperti kontrasepsi, HIVAIDS, PMS, seks aman menjadi topik yang paling banyak dibahas orang tua – anak. Apabila dibandingkan dengan Wamoyi et al. 2010 maka terdapat hasil yang bercampur. Wamoyi et al. menemukan bahwa orang tua memang jarang membicarakan mengenai kontrasepsi dan kondom, namun cukup sering membicarakan mengenai HIVAIDS dan PMS. Kondisi di atas kemungkinan karena orang tua memiliki ekspektasi agar anak tidak aktif secara seksual abstinence, sementara topik Sexual Safety sedikit banyak terkait dengan berperilaku seksual yang aktif namun aman. Oleh karena itu pembahasan kategori Sexual Safety pun menjadi kurang perlu. Penelitian Wamoyi 2010 menunjukkan hasil serupa bahwa orang tua merasa membicarakan kontrasepsi akan mendorong anak untuk aktif secara seksual yang bertentangan dengan pesan orangtu mengenai abstinence. Selanjutnya kondisi ini bisa jadi dipengaruhi juga dengan konteks Indonesia dimana hubungan seksual pranikah masih sangat jarang dan belum dipandang sebagai suatu hal yang „dapat diterima‟ dan lazim. Sementara di negara-negara maju, hubungan seksual pranikah sudah lebih lazim. Hal ini tampak dari perbandingan berikut bahwa di Amerika Serikat, antara 46 – 70 remaja dibawah usia 19 tahun sudah pernah berhubungan seksual sedangkan di Indonesia hanya 30 remaja yang pernah berhubungan seks Guttmacher Institiute, 2012 16 ; Youth Risk Behavior Survileance, 2009 17 ; Muchtar, 2010 18 ; Syn, 2011 19 , 2012 20 . Perbedaan inilah yang menyebabkan kategori Sexual Safety banyak diberikan dinegara-negara maju agar remaja yang aktif secara seksual menjadi aman sementara di Indonesia kategori Sexual Safety menjadi tidak perlu karena remaja Indonesia cenderung belum aktif secara seksual dan orang tua membatasi anak dengan memberi pendidikan seksual mengenai relasi dan rambu-rambu berperilaku yang pantas. Salah satu kelompok ayah juga membahas mengenai mimpi basah dan mastrurbasi. Walaupun begitu secara umum, topik ini masih kurang disentuh. Penemuan ini konsisten dengan berbagai penelitian lain dimana masturbasi jarang dibicarakan, Miller et al., 1998; Rosenthal Feldman, 1999; Wamoyi et al., 2010. Pembahasan mengenai masturbasi pun terbatas pada peringatan dan nasihat untuk tidak melakukannya. Ini pun disertai informasi yang sifatnya menakut-nakuti anak namun tidak akurat. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa konten pendidikan seks oleh orang tua berfokus pada perilaku seksual yang pantas bagi anak. rambu-rambu berpacaran dan berelasi, mencari teman yang baik. Hasil ini mendukung pandangan Fisher dan Sanders dan Mullis dalam Regnerus, 2005, hal. 80 bahwa orang tua lebih membentuk sikap dan nilai anak mengenai seksualitas daripada memberikan informasi dan fakta mengenai seksualitas. Hasil ini dapat dijelaskan juga melalui temuan Regnerus 2005. Penelitian Regnerus menemukan bahwa umumnya komunikasi mengenai seks dari orang tua dengan tingkat religiusitas tinggi kepada anak, adalah mengenai nilai-nilai seksual. Meskipun tidak ada pengukuran secara akurat, namun subyek pada penelitian ini adalah orang-orang yang rutin bergereja sehingga bisa dikatakan bahwa subyek pada penelitian ini memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan beragam topik yang dibahas orang tua dalam pendidikan seksnya. Meskipun begitu penelitian ini tidak dapat melihat frekuensi orang tua dalam membahas topik-topik tersebut. Hanya dapat dikatakan bahwa paling tidak orang tua pernah membahas topik tersebut.

2. Sumber Informasi Pendidikan Seks