i. Kesulitan orang tua dalam membicarakan topik-topik spesifik
Orang tua dapat mengalami dilema membicarakan topik tertentu saat mereka memiliki nilai yang bertentangan. Misalnya membicarakan
penggunaan kondom saat berhubungan seks padahal mereka ingin anaknya berpantang. Jerman Constantine, 2010.
Selain itu hal lain yang berpotensi menghambat terjadinya pendidikan seks adalah merasa bahwa anak sudah memiliki sumber pengetahuan yang
memadai dan pendidikan seks merupakan tanggung jawab pihak lain, seperti pasangan atau sekolah Ha Fisher, 2011; Walker, 2001, 2004.
6. Konteks Pendidikan Seks
Walker 2004 menemukan bahwa orang tua menggunakan pendekatan oportunistik atau mengandalkan pada kehidupan sehari-hari untuk membentuk
proses pendidikan seks agar sesuai dengan perkembangan kesadaran seksual pada anak. Komunikasi muncul secara spontan dan dipicu oleh program radio,
kematian warga karena HIVAIDS, anak pulang sambil membawa selebaran seks dari sekolah, adanya persepsi orang tua bahwa perilaku anak beresiko, dan
saat mereka melihat seseorang yang sangat kurus yang dipersepsikan positif HIV Wamoyi et al., 2010. Hal senada diungkapkan oleh Trinh et al. 2009
bahwa kisah nyata yang terjadi di masyarakat adalah pemicu penting untuk memulai diskusi mengenai seks.
Diskusi mengenai seks umumnya terjadi sambil melakukan aktivitas lain on-the-fly, seperti saat makan bersama, menonton TV, saat anak
membantu orang tua melakukan aktivitas rumah tangga Pluhar Kuriloff, 2004; Trinh et al., 2009. Kadangkala diskusi juga dilakukan pada saat waktu
luang di akhir pekan atau sebelum tidur. Meskipun begitu Pluhar dan Kuriloff 2004 menemukan bahwa orang tua menginginkan pendidikan seks dalam
komunikasi tatap muka secara fokus tanpa melakukan aktivitas lain.
7. Gaya Komunikasi
Pluhar dan Kurilofff 2004 mengatakan bahwa ada dua gaya komunikasi yaitu didaktis dan interaktif. Dalam gaya komunikasi didaktis, ibu
mengontrol pembicaraan dan alur percakapan mengalir terutama dari ibu ke anak. Sedangkan dalam gaya komunikasi interaktif, percakapan mengalir dari
ibu ke anak, dan anak ke ibu, berbentuk diskusi dan bukan pola pengajar- pendengar. Menurut Pluhar dan Kuriloff, gaya interaktif lebih efektif dalam
membangun kedekatan yang berujung pada pendidikan seks yang lebih baik. Meskipun begitu ada indikasi bahwa orang tua lebih cenderung menggunakan
gaya didaktis Trinh et al., 2009. Komunikasi mengenai seks umumnya dimulai oleh orang tua dan
jarang dari anak, serta memiliki karakteristik satu arah, berbentuk instruksi, peringatan, dan ancaman bukan dialog dan diskusi, serta menggunakan
terminologi yang tidak akurat atau samar-samar Bastian et al., 2011; Wamoyi et al., 2010.
8. Gender dan Jenis Kelamin