Hambatan dalam Memberi Pendidikan Seks

Ada juga orang tua yang berhenti menjadikan buku sebagai sumber informasi karena merasa informasi didalamnya tidak selalu pas dengan kondisi nyata di lapangan.Orang tua ini kemudian mengikuti kata hatinya saja. “Jadi dari kecil mungkin anak pertama, mulai baca-baca buku, cara pendidikan seks yang begini gini gini ya, anak pertama ya, tapi terus ketika saya pikir, wah belum tentu bisa diterapkan gitu lho, kan beda-beda, suasana beda, tipikal anak beda, terus tipikal orang tua beda gitu lho. Jadi saya pake hati gitu lho” Ibu, FG3, 373-377

3. Hambatan dalam Memberi Pendidikan Seks

Terkait dengan hambatan, ada dua macam hambatan yang dihadapi orang tua, yaitu hambatan yang berasal dari internal dan dari ekstrenal. Tabel 8 Kategori dalam Hambatan dalam Memberi Pendidikan Seks Hambatan Internal Pola Pikir Relasi Sifat Orang tua Skill Perbedaan pemikiran orang tua dan anak Tabu atau tidak nyaman Tidak dekat dengan anak Sifat keras orang tua Tidak tahu cara memulai atau memberikan Proses penyampaian yang buruk Sulit menilai kesiapan anak Hambatan Eksternal Tidak ada hambatan Jarak geografis yang jauh Waktu bertemu terbatas Anak sudah tahu Perbedaan jenis kelamin Tidak ada hambatan Hambatan internal yang dialami orang tua mencakup area pola pikir, relasi, sifat orang tua, dan skill. Hambatan terkait pola pikir adalah adanya perbedaan pemikiran orang tua dan anak sehingga orang tua harus berusaha menyamakan pemikiran dengan pemikiran anak agar pendidikan seks yang diberikan dapat diterima anak. “Nah disitu saya mulai menggiring. Saya bisa mulai tahu, oh dia siapnya segini. Ya saya akan jawab seperti itu. Tapi kalau saya jawab dengan teori yang saya tahu. Kacau nanti. Prinsipnya semacam itu. Dia belum pernah praktek, saya sudah praktek berkali-kali kan gitu to? Ini yang jadi persoalannya. ” Ayah, FG1, 994-999 Hambatan lain terkait pola pikir adalah pandangan orang tua bahwa seksualitas itu tabu. Akibatnya orang tua juga menjadi tidak nyaman untuk membicarakan seksualitas dengan anak. “jadi agak-agak beban bagi orang tua untuk membicarakan soal itu. tetapi kita merasa itu penting ya bagaimana caranya mencari, tapi itu menjadi hambatan, mikir-mikir, sok sok tertunda-tunda. Budaya, budaya jawa. ” Ayah, FG1, 1013-1018 “… tapi saya sendiri kalo memang dari seks itu bagi saya masih tabu begitu. Karena mungkin juga pendidikan orang tua saya seperti itu, dan saya juga menganggap itu masih,… ” Ibu, FG3, 488-491 Selanjutnya pada hambatan relasi orang tua dengan anak, ketidakdekatan orang tua dengan anak membuat orang tua kesulitan untuk berbicara dengan anak. Akibatnya orang tua berjarak dengan anak dan hanya mengawasi anak saja. “. Jadi saya pantau dari jauh, karena kebetulan saya sendiri gak begitu sering de ngan anak itu, tapi sekarang saya usahakan untuk deket dengan anak.” Ibu, FG3, 499-501 Hambatan selanjutnya adalah sifat orang tua. Sifat ayah yang keras membuat anak enggan untuk dekat dengan ayah. “… untuk hal-hal yang tertentu, mungkin „wah nek tak omongke bapak mengko bapak nesu, gak boleh terus marah.‟ …. Jadi kadang-kadang saya memang agak keras ya sama anak sendiri. Tapi ya belajar dari istri saya mungkin, seperti ini [jadi lembut] akhirnya saya, anak-anak juga akan deket saya, … ” Ayah, FG4, 1270-1275 Hambatan terakhir adalah berkaitan dengan skill atau keterampilan yang dimiliki oleh orang tua. Masalah yang dihadapi orang tua adalah mereka tidak paham cara memberikan pendidikan seks kepada anak. Salah satunya adalah kebingungan untuk memulai percakapan mengenai seks. “tapi saya memang kadang-kadang mau masuk kesitu juga masih bingung caranya ngomong ya, cuman kadang cuman gimana.” Ayah, FG4, 661-663 “sebetulnya saya pengen, ingin menjelaskan banyak tapi saya juga jujur aja bingung mau memula i.” Ibu, FG2, 168-169 Hambatan lain terkait skill adalah proses penyampaian informasi seks yang buruk. Misalnya orang tua berbicara berputar-putar ataupun tidak menjelaskan secara lengkap. Selain itu orang tua juga mengalami hambatan terkait menilai kesiapan anak menerima informasi seksual. Hal ini membuat orang tua kadang ragu-ragu untuk memberikan pendidikan seks kepada anak. “Kesuwen gitu. Saya menyadari kesuwen, mubeng-mubeng trus terlalu mikir sehingga kadang-kadang ditunda, itu saya sadari, itu hambatan, dan itu jelek, tetapi itu yang terjadi.” Ayah, FG1, 1049-1051 “Itu yang mungkin bisa jadi hambatan saya, bagaimana saya berusaha untuk tahu kesiapan dia untuk menerima jawaban.” Ayah, FG1, 1001-1003 Hambatan eksternal mencakup empat hal yaitu jarak geografis yang jauh, waktu bertemu yang terbatas, anak sudah tahu, dan perbedaan jenis kelamin. Hambatan pertama adalah jarak secara geografis yang jauh. Ini terjadi pada salah satu ibu yang anaknya bersekolah di luar kota. Hal ini menyebabkan orang tua tidak bisa memberi pendidikan seks kepada anaknya. “… dan anak-anak saya yang dua ini sesudah lulus SMP, mereka sekolah dijogjasaya pada waktu itu masih diluar jawa ya, ….jadi saya tidak pernah mendidikkan, mengadakan, eh memberikan pendidikan seks secara transparan.” Ibu, FG3, 205-227 Hambatan lain adalah waktu bertemu yang terbatas dengan anak. Sehingga orang tua harus mencuri-curi waktu yang seadanya untuk berusaha membicarakan seks. “kami hanya bisa waktu ketemu dirumah itu sangat terbatas, pagi kami sudah berangkat, nanti ketemu sudah sore. … Jadi sangat terbatas, jadi kadang- kadang ceritanya ya pelan-pelan sambil makan, sambil dimobil itu tanya, tadi gimana, gimana. ” Ibu, FG3, 592-597 Hambatan lain adalah saat anak merasa sudah mendapat pendidikan seks mengenai suatu topik, maka anak akan menolak saat orang tua hendak memberikan pendidikan seks mengenai hal itu. “Ketika mungkin suatu ketika saya memegang buku misalnya, “kamu mau gak mbaca buku ini. Bagus lho. ”, ini soal pendidikan misalnya, “ahh sudah pernah. Saya sudah pernah mendapatkan disekolah. ” bilang gitu ….” Ibu, FG2, 320-322 Perbedaan jenis kelamin antara orang tua dan anak juga dapat menjadi hambatan dalam memberikan pendidikan seks. Orang tua merasa tidak percaya diri dalam memberikan pendidikan seks. Salah satu kesulitan akibat perbedaan jenis kelamin adalah orang tua tidak mengalami apa yang dialami oleh anak. “kalau wanita saya sebenarnya gak begitu PD, kalau anak cewek sih.” Ayah, FG1, 1316-1317 “saya menjelaskan kalo dengan yang cewek, saya menjelaskannya dengan kondisi yang saya tidak mengalami, saya pribadi. … Kesulitannya cuma masalah itu aja.” Ayah, FG1, 1330-1334 Ditengah segala hambatan internal dan eksternal tersebut, terdapat orang tua yang merasa tidak memiliki hambatan dalam memberikan pendidikan seks kepada anaknya. “[moderator menanyakan apakah tidak ada hambatan memberi pendidikan seks]. Ya sampai detik ini belum. Untuk hal yang khusus seksualitas itu gak ada.” Ibu, FG3, 1374-1378

4. Kemudahan dalam Memberi Pendidikan Seks