airnya bisa keluar, itu karna geli, papa pasti tau kamu pasti raba-raba burung kamu.‟” Ayah, FG1, 317-320
“ketika mereka terus mimpi basah datengnya juga ke saya, „kog bisa ya ma? Aku ngompol e ma.Maaf ya ma.‟, gitu lho, terus aku bilang, „oh itu bukan
ngompol.‟, terus tak jelaske gitu lho” Ibu, FG3, 402- 405
2. Sumber Informasi Pendidikan Seks
Dalam memberikan pendidikan seks, orang tua memiliki beragam sumber yang digunakan untuk mendapatkan informasi seksual yang akan
diberikan kepada anaknya. Sumber informasi pendidikan seks bagi orang tua dapat dibagi menjadi 3 sumber, yaitu pengalaman pribadi, pengalaman dan
interaksi dengan orang lain, dan media.
Tabel 7 Kategori dalam Sumber Informasi Pendidikan Seks
Pengalaman Pribadi Pengalaman Atau Interaksi
Dengan Orang Lain Media
Pengalaman waktu kecil
Sekolah Seminar
Cerita dari anak Tetangga
Teman sebaya orang tua TV
Internet Buku, majalah,
koran
Pengalaman pribadi orang tua meliputi pengalaman orang tua waktu kecil, pendidikan yang didapatkan di sekolah, ataupun kegiatan yang orang tua
lakukan untuk secara khusus mencari informasi seksual, seperti mengikuti seminar.
“… dan juga kita sekolah dulu, sedik … setidak-tidaknya kita juga dapet.” Ayah, FG4, 1503-1505
“waktu saya SD, waktu saya kecil, jaman cowok cowok cowoksaya juga merasa ilmu saya itu bukan dari orang tua tapi dari lingkungan artinya
pengetahuan seks.” Ayah, FG4, 712-713
Kategori kedua adalah informasi yang berasal dari pengalaman orang lain atau interaksi orang tua dengan orang lain, seperti pengalaman tetangga,
cerita dari anak, dan obrolan dengan teman sebaya orang tua.
“Kalo saya dulu di apa ya, kadang liat ditetangga, terus nanti kasi tau gitu ….. Iyaa itu kan banyak informasi.” Ibu, FG2, 542-544
“Termasuk peer group sejak kita remaja sampai kemudian teman ting-tong ting-tong pas kuliah sampe nyambut gawe, ya to? Teman nyambut gawe kan
biasane yo” Ayah, FG4, 1529-1531
Sementara kategori terakhir adalah media baik media cetak seperti buku, koran, majalah, ataupun media elektronik seperti televisi dan internet.
“… cuma saya yang aktif dengar berita, dengar informasi, lha nanti informasi ini saya pendekatan kepada anak-
anak, saya tuangkan kesitu.” Ibu, FG3, 310- 312
“Juga rubrik-rubrik entah di Kompas, Femina, Kartini, itu memberi pengetahuan yang luar biasa.Intisari dan sebagainya itu memberi rubrik-rubrik
khususnya luar biasa itu untuk memberi pengetahuan pada kita.” Ayah, FG4,
1506-1509
Meskipun internet menjadi sumber informasi bagi orang tua, namun ada juga orang tua yang tidak menjadikan internet sebagai sumber informasinya.
Hal ini berhubungan dengan ketidakmampuan orang tua menggunakan internet.
“ [moderator bertanya apakah internet menjadi sumber informasi bagi orang tua] Kalo jaman saya dulu kan belum ada, paling orang kaya yang punya.
Hahaa. [ibu lain menimpali] Ya itu takutnya kalo seperti saya kan jadul ya, „wis mama iki jadul. Gak ngerti apa-apa.‟” Ibu, FG2, 553-557
Ada juga orang tua yang berhenti menjadikan buku sebagai sumber informasi karena merasa informasi didalamnya tidak selalu pas dengan kondisi
nyata di lapangan.Orang tua ini kemudian mengikuti kata hatinya saja.
“Jadi dari kecil mungkin anak pertama, mulai baca-baca buku, cara pendidikan seks yang begini gini gini ya, anak pertama ya, tapi terus ketika
saya pikir, wah belum tentu bisa diterapkan gitu lho, kan beda-beda, suasana beda, tipikal anak beda, terus tipikal orang tua beda gitu lho. Jadi saya pake
hati gitu lho” Ibu, FG3, 373-377
3. Hambatan dalam Memberi Pendidikan Seks