pernah diberikan. Selain itu orang tua juga dapat “ketinggalan perahu” atau melewatkan kesempatan untuk menjadi sumber informasi pertama, menunda
hubungan seks pertama pada anak, dan mendorong perilaku seksual yang lebih aman Walker Milton, 2006; Eisenberg et al., 2006. Eisenberg et al. 2006
menyoroti kesulitan mengubah perilaku beresiko tinggi misalnya seks tanpa pengaman menjadi perilaku dengan resiko lebih rendah, saat remaja sudah
terlibat dalam relasi romantis. Sementara Wamoyi et al. 2010 mengatakan bahwa relasi seksual memiliki sifat dasar disembunyikan sehingga menemukan
tanda-tanda keaktifan seksual anak sebelum memberi pendidikan seks akan sulit, terlebih untuk anak-anak yang tertutup. Akibatnya ada resiko yang lebih
besar pada anak-anak yang tertutup untuk melakukan perilaku seksual beresiko.
4. Hal yang Memudahkan Terjadinya Pendidikan Seks
a. Relasi orang tua - anak
Menurut Wamoyi et al. 2010, kedekatan orang tua-anak penting untuk membangun komunikasi seks. Hal senada juga diungkapkan Trinh et
al. 2009 yang menemukan bahwa relasi orang tua-anak yang baik memampukan dan mendorong orang tua menjadi guru yang memberi
informasi dan mendorong anaknya bertanya, namun juga teman yang berbagi pengalaman hidup. Menurut Pluhar dan Kuriloff 2004 adanya rasa
nyaman dan empati menjadi kualitas afektif yang mendukung relasi orang tua dan anak yang baik.
b. Gaya komunikasi
Menurut Rosenthal et al. 2001 komunikasi seks adalah bagian dari kemampuan komunikasi secara umum sehingga saat orang tua memiliki
gaya komunikasi yang positif, keterampilan berkomunikasi ini dapat diterapkan pada area spesifik, dalam hal ini komunikasi mengenai
seksualitas. Selanjutnya Pluhar Kuriloff 2004 mengatakan bahwa mendengarkan adalah kompenen penting untuk membangun komunikasi
yang baik dan kedekatan. c.
Keterbukaan Faktor lain yang mendukung berjalannya pendidikan seks adalah
keterbukaan dan penerimaan terhadap diskusi mengenai seks Walker, 2004; Walker Milton, 2006. Keterbukaan berarti kemauan menjawab
pertanyaan seputar seks. Meskipun begitu orang tua juga diharapkan agar tidak terlalu membesar-besarkan dan berfokus terus menerus keep a
spotlight pada topik seksual Kirkman et al., 2005. Walker dan Milton juga menambahkan bahwa penerimaan terhadap diskusi seks tidak hanya
diperlukan di dalam keluarga namun juga diperlukan secara kultural dan sosial.
d. Model pengasuhan
Landor, Simons, Brody dan Gibbons 2011 mengatakan bahwa model pengasuhan authoritative terkait dengan perilaku seksual beresiko
yang lebih rendah. Keterkaitan ini lebih kuat pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki. Ini karena orang tua melakukan lebih
banyak pengawasan dan diskusi mengenai seks kepada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
e. Stimuli
Orang tua memandang penting adanya stimuli, atau pemicu untuk memulai diskusi mengenai seks Trinh et al., 2009; Walker, 2004. Stimuli
atau pemicu ini bisa berupa kasus tetangga yang meninggal karena HIVAIDS, adanya gadis desa yang hamil, acara TV atau radio, atau anak
pulang membawa selebaran dari sekolah Trinh et al., 2005; Wamoyi, 2010.
5. Hambatan Memberikan Pendidikan Seks