Kebutuhan Pemberdayaan Orang Tua Pembahasan Umum

lebih banyak dari ibu daripada ayah. Penelitian Rosenthal 2001 menyarankan adanya pengklasifikasian orang tua berdasar persepsi anak dan orang tua terhadap kompetensi orang tua sebagai pendidik seks. Meskipun ayah lebih jarang memberikan pendidikan seks kepada anak, ayah tidak kemudian lepas tangan. Ayah berusaha mengimbangi peran ibu dengan masuk ke dalam komunitas anak untuk mengawasi anak. Sekalipun ayah tidak memberi pendidikan seks secara langsung, ayah tetap berperan dengan cara memonitor dan mengawasi anak.

7. Kebutuhan Pemberdayaan Orang Tua

Tabel 20 Perbandingan Hasil Penelitian pada Aspek Kebutuhan Pemberdayaan Orang Tua Hasil penelitian sebelumnya Topik Selaras Bertentangan Orangtua butuh pemberdayaan mengenai kurikulum atau materi yang disampaikan ke anak, dan metode menyampaikannnya. Ha dan Fisher 2011 Wamoyi 2010 Catatan. Penelitan yang dicetak miring adalah penelitian di negara-negara berkembang. Terkait kebutuhan pemberdayaan yang diperlukan, orang tua merasa membutuhkan informasi mengenai kurikulum atau materi apa yang perlu disampaikan kepada anak, dan metode memberikan pendidikan seks tersebut kepada anak. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya Ha Fisher, 2011; Wamoyi et al, 2010 dimana orang tua merasa membutuhkan pengetahuan lebih banyak dan peningkatan dalam kemampuan berkomunikasi. Trinh et al. 2009 berpandangan bahwa kurangnya pengetahuan menghambat komunikasi seks dari orang tua ke anak. Oleh karena itu, persoalan pengetahuan mengenai seks dan kemampuan berkomunikasi dengan anak merupakan hal yang perlu segera ditangani, karena kekurangan dalam area ini menghambat terjadinya pendidikan seks oleh orang tua. Kaljee et al. 2012, menemukan bahwa tidak memiliki cukup informasi menjadi salah satu hambatan utama dalam terjadinya pendidikan seks. Oleh karena aksesibilitas bahan pendidikan seks bagi orang tua adalah penting agar orang tua dapat memiliki pengetahuan yang memadai Walker, 2001. Kebutuhan pemberdayaan yang lain adalah mengenai memasukkan nilai agama, moral dan budaya kedalam pendidikan seks. Kebutuhan ini mungkin muncul karena fokus orang tua dalam memberi pendidikan seks adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianut. Oleh karena itu orang tua merasa membutuhkan pemberdayaan ini agar dapat menguatkan pendidikan seks yang mereka berikan.

8. Pembahasan Umum

Pendidikan seks oleh orang tua biasanya dilakukan oleh ibu. Hal ini karena anak merasa lebih nyaman membicarakan seks dengan ibu dibanding dengan ayah. Pendidikan seks lebih dilakukan oleh ibu dapat terjadi karena ibu dipandang sebagai penanggungjawab atas urusan rumah tangga termasuk masalah mendidik anak. Ayah umumnya lebih berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Kondisi ini membawa resiko anak laki-laki kehilangan pendidikan seks yang memadai dari orang tua. Hal ini karena sekalipun ibu menjadi pendidik seks utama dalam keluarga, ibu tetap merasa lebih nyaman membicarakan seks dengan anak perempuan. Hal ini karena diskusi dapat lebih mendalam dan orang tua dapat berbagi pengalamannya. Oleh karena itu ada usaha untuk memberikan pendidikan seks dari orang tua yang memiliki jenis kelamin sama. Pendidikan seks oleh orang tua di Indonesia umumnya masih membahas mengenai hal-hal yang terkait dengan moralitas dan kepantasan perilaku seksual saja. Norma dan cara berperilaku menjadi topik yang paling dibahas. Hal ini terjadi karena secara kultur di Indonesia, seks masih dipandang sebagai sesuatu yang terlarang, tabu, dan perlu dihambat Holzner Oetomo, 2004. Oleh karena itu ekpektasi orang tua adalah anak tidak aktif secara seksual. Selanjutnya keinginan orang tua melindungi anak dari sisi negatif seks mendorong untuk mengambil posisi kontrol dan mengarahkan jalan anak Pluhar Kuriloff, 2004. Akibatnya bentuk komunikasi dari orang tua pun berupa komunikasi satu arah dan lebih banyak berisi nasihat, arahan dan peringatan. Pendidikan seks yang demikian cenderung kurang lengkap dan komprehensif bagi anak. Orang tua dapat melewatkan informasi-informasi seksual yang penting bagi kehidupan seksual anak. Padahal idealnya pendidikan seks memampukan anak dengan kesadaran dan pengertian memilih sendiri perilaku yang sesuai bagi dirinya Roger, 1974. Oleh karena itu pendidikan seks dari orang tua perlu memasukkan informasi dan pengetahuan, bukan hanya nasihat dan arahan saja. Agar hal itu terjadi maka perlu pemberdayaan orang tua dengan meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pendidikan seks. Pembicaraan mengenai seks dilakukan secara spontan tanpa perencanaan waktu secara khusus, diskusi berlangsung pada berbagai macam waktu mulai dari makan, belajar, bersantai, maupun saat hendak tidur. Hambatan terbesar orang tua untuk memanfaatkan waktu-waktu tersebut adalah kemampuan komunikasi orang tua. Dengan meningkatkan kemampuan komunikasi orang tua, waktu-waktu tersebut dapat digunakan secara lebih maksimal. Peningkatan kemampuan komunikasi orang tua mengenai seks dapat mendorong kualitas dan frekuensi pendidikan seks yang lebih baik. Sampai saat ini tampaknya orang tua cenderung mengandalkan pertanyaan anak untuk memulai diskusi mengenai seks. Ketika anak bertanya, orang tua merasa bahwa anak benar-benar membutuhkan pendidikan seks sehingga informasi yang disampaikan akan mudah diterima. Meskipun begitu orang tua perlu proaktif agar tidak kehilangan kesempatan memberi pendidikan seks yang memadai. Cara orang tua memberikan pendidikan seks kepada anak umumnya melalui komunikasi langsung dengan anak. Orang tua juga memiliki berbagai teknik yang baik untuk berkomunikasi dengan anak seperti storytelling, memakai humor, dan memulai percakapan dengan topik lain. Meskipun begitu orang tua juga menggunakan beberapa teknik yang kurang baik seperti memberikan informasi yang tidak tepat dan menjelekkan anak. Hal ini dapat kontraproduktif dengan pendidikan seks dan merusak anak sehingga sebaiknya dihilangkan. Selanjutnya kedekatan orang tua – anak dan anak sudah memiliki pengetahuan seksual terlebih dahulu merupakan dua hal yang menjadi kemudahan bagi orang tua terkait memberikan pendidikan seks. Meskipun begitu kemudahan yang didapat orang tua dari anak yang berpengetahuan, lebih terkait dengan meringankan beban orang tua bukan memperlancar terjadinya pendidikan seks oleh orang tua. Terkait sumber informasi, orang tua tampaknya mengandalkan TV sebagai sumber informasi seksualnya. Hal ini karena budaya lisan masih kuat dalam diri orang Indonesia dan TV merupakan bentuk budaya lisan Mulya, 2008. Kondisi ini perlu dimanfaatkan dengan pengadaan program TV yang memuat informasi mengenai seks. Orang tua menyadari adanya pihak-pihak lain yang memberikan pendidikan seks kepada anak. Pihak yang menurut orang tua layak memberikan pendidikan seks kepada anak antara lain adalah anak tertua, paman dan bibi, sampai dengan gereja dan sekolah. Dari beragam pihak lain tersebut, orang tua memandang sekolah sebagai pihak alternatif yang utama. 109

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan seks dari orang tua di Indonesia memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan ini terkait konten yang umumnya terbatas mengenai moralitas dan kepantasan perilaku seksual saja, serta metode komunikasi yang cenderung satu arah dan berupa nasihat, arahan dan peringatan. Meskipun begitu orang tua sudah memiliki berbagai teknik yang digunakan dalam memberi pendidikan seks kepada anak seperti storytelling, memakai humor, dan memulai percakapan dengan topik lain. Hal-hal ini menjadi bekal penting agar komunikasi mengenai seks dapat berjalan baik. Walapun begitu orang tua juga menggunakan beberapa teknik yang kurang baik seperti memberikan informasi yang tidak tepat dan menjelekkan anak. Dalam memberikan pendidikan seks kepada anak, orang tua tidak menyediakan waktu khusus untuk berbicara kepada anak namun mencari kesempatan dan waktu yang tepat saja. Pendidikan seks dilakukan secara spontan yang seringkali disebabkan munculnya pemicu seperti adanya adegan seksual di TV atau film dan anak mengajukan pertanyaan terkait seks. Hambatan utama orang tua dalam memberik pendidikan seks adalah terkait skill memberikan pendidikan seks kepada anak. Sementara kemudahan utama adalah kedekatan orang tua – anak dan anak sudah berpengetahuan. Meskipun begitu kemudahan yang didapat orang tua dari anak yang