c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik. Di samping itu, ada manfaat lain yang diperoleh guru dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif Mulyasa, 2009:17: a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.
c. Melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.
d. Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada
akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
Berdasarkan pendapat dua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah menghasilkan
inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, meningkatkan profesionalitas guru, dan meningkatkan kemampuan reflektif guru.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning
a. Pengertian pembelajaran kooperatif Beberapa
pengertian mengenai
model pembelajaran
kooperatif menurut beberapa tokoh seperti yang termuat dalam Etin dan Raharjo 2007:4-5 antara lain sebagai berikut:
1 Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan
siswa bekerja
bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut Hamid Hasan, 1996.
2 Suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen Slavin, 1984.
3 Cooperative learning is more effective increasing motive and performance students Michaels, 1977.
Dari berbagai
pendapat tersebut,
semua tokoh
sependapat bahwa
pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga muncul
unsur interaksi yaitu saling bekerja sama satu sama lain dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif Unsur pembelajaran kooperatif menurut Arens Nur
Asma, 2008:9, yaitu: 1 Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2 Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya. 3 Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya. 5 Siswa dikenakan atau diberi hadiah penghargaan yang
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6 Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7 Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya. c. Karakteristik pembelajaran kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin
Isjoni, 2009:33, yaitu: 1 Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar suatu kelompok mencapai tujuan yaitu mendapat penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok dapat diperoleh jika kelompok
mencapai standar kriteria yang ditetapkan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada masing-masing individu sejauh
mana mereka mampu menciptakan hubungan antar personal untuk saling membantu dan peduli.
2 Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota. Dimana individu mempunyai tanggung jawab
masing-masing untuk aktif dalam memecahkan
masalah. Adanya
pertanggungjawaban individu juga diharapkan dapat menjadikan setiap anggota
siap dan mampu dalam menghadapi tes tanpa meminta bantuan anggota kelompok lain.
3 Kesempatan yang sama untuk berhasil Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring dari
prestasi belajar siswa yang sebelumnya. Dengan metode ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
belajar aktif dan memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
d. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif Menurut Yatim Riyanto 2009:270, ada lima prinsip
yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu: 1 Positive independence saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung dari pencapaian usaha masing-masing
anggota dalam mengerjakan tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing-masing anggota
kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa setiap anggota menyadari bahwa pentingnya kerja sama dalam
kelompok sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan kelompok.
2 Face to face interaction interaksi tatap muka Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan luas
kepada kelompok untuk berinteraksi dengan saling berhadapan dan bertukar pikiran. Informasi yang diberikan
anggota lain dapat membantu kelompok dalam memecahkan masalah. Interaksi tatap muka juga ditujukan terciptanya
kerja sama antar anggota dan mengajarkan bagaimana menghargai pendapat dan saling mengisi kelebihan serta
kekurangan masing-masing.
3 Individual accountability partisipasi Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu untuk
berpartisipasi dan
memberikan kontribusi
terhadap
keberhasilan kelompok. Siswa dilatih untuk mampu belajar aktif. Untuk aktif dalam kelompok, tentunya siswa perlu
dibekali kemampuan bagaimana berkomunikasi dengan baik. Misalnya bagaimana cara menyatakan ketidak-
setujuan pendapat anggota kelompok lain dengan sopan.
4 Use the
collaborativesocial skill
menggunakan keterampilan
Suatu kelompok tidak akan berhasil tanpa kolaborasi yang terjadi antar anggota. Hubungan tersebut akan tercipta
apabila masing-masing anggota mampu menggunakan keterampilan mereka untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
Agar siswa mampu untuk berkolaborasi, maka diperlukan adanya bimbingan guru.
5 Group processing proses menilai Agar keberhasilan kelompok dapat tercapai, maka setiap
anggota perlu bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan kelompok. Dengan begitu, siswa perlu menilai sejauh
mana kelompok dapat bekerja sama dengan efektif.
e. Prosedur pembelajaran kooperatif Menurut Suprijono 2009, ada enam tahapan dalam
pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran kooperatif:
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Menyampaikan tujuan mempersiapkan
peserta didik Guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran. Fase 2 : Menyampaikan
informasi Guru
menjelaskan materi ajar kepada siswa.
Fase 3 : Membantu peserta didik untuk
membentuk kelompok Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok. Fase 4 : Membantu siswa
belajar dalam kelompok
Guru membantu
siswa dalam
mengerjakan soal-soal
yang diberikan di kelompok.
Fase 5 : Mengevaluasi Guru
memberikan kuis untuk
menguji seberapa besar pemahaman
yang didapat siswa. Fase 6 : Memberikan
pengakuan atau penghargaan
Bagi kelompok
yang berhasil
mencapai kriteria
diberi penghargaan.
f. Keunggulan pembelajaran kooperatif
Wina Sanjaya 2006:247 memaparkan keunggulan dari pembelajaran kooperatif, antara lain:
1 Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung
pada guru
sehingga dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir.
2 Melalui pembelajaran
kooperatif, siswa
dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain.
3 Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk merespon rangsangan orang lain.
4 Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5 Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan
kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. 6 Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
7 Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata riil. 8 Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan berpikir siswa. g. Kelemahan pembelajaran kooperatif
Selain keunggulan, Wina Sanjaya 2006:248 juga memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif,
antara lain: 1 Untuk
memahami dan
mengerti filosofi
Sistem Pembelajaran Kooperatif SPK memang butuh waktu. Jika
ada siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim
kerja sama dalam kelompok.
2 Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajari apa yang seharusnya
dicapai oleh siswa.
3 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat
membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan
kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa.
4 Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh
karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya
5 Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya
melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.
Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.
h. Lima tipe pembelajaran kooperatif Isjoni 2007:51 memaparkan lima tipe pembelajaran
kooperatif, antara lain: 1 Student Teams Achievement Divisions STAD
Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat
heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan
mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis.
2 Jigsaw Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap
anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota
kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis.
3 Group Investigation Dalam metode ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok
mempelajari satu
bagian materi
pembelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas.
4 Thing Pair Share Strategi think-pair-share TPS atau berfikir berpasangan
berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah
–langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir thinking, berpasangan pairing, dan
berbagi sharing 5 Teams Games Tournament TGT
Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat.
Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.
Sedangkan menurut
Lie http:akhmadsudrajat.
wordpress.com20080119model-pembelajaran-inovatif, ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di
kelas, antara lain: 1 Mencari pasangan Make a Match
Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran 1994. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil memahami
suatu konsep
dalam suasana
menyenangkan. 2 Bekerja berpasangan Cooperative Script
Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru.
3 Berpikir Berpasangan Berempat Think Pair and Share Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja
sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. 4 Berkirim salam dan soal
Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya.
5 Kepala bernomor Numbered Heads Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan
bersosialisasi dengan teman lainnya.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match