8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas PTK
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat Wijaya, 2009:9. Menurut Arikunto 2006:2-3, terdapat tiga kandungan isi PTK Classroom Action Research, yaitu;
penelitian, tindakan, dan kelas: a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. c. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada bagian pengertian ruang
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti, yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dan dari
guru yang sama pula.
Menurut Masnur Muslich 2011:12-14, karakteristik PTK adalah sebagai berikut:
a. Masalah PTK berasal dari guru. b. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.
c. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif.
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di
kelas. e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas adalah
penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki pembelajaran, menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik untuk memunculkan adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar di kelas.
2. Prinsip PTK
Menurut Suharsimi Arikunto 2006:7-11, beberapa prinsip PTK antara lain sebagai berikut:
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah
situasi rutin. Hal ini dikarenakan bila dalam penelitian dilakukan perubahan, atau terjadi pada situasi lain, hasilnya tidak dapat
dijamin sama dengan bila dilakukan saat situasi wajar.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa manusia
tidak suka hal-hal yang statis, tetapi selalu ingin sesuatu yang lebih baik. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan
bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,dengan senang hati, karena menunggu
hasilnya lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak Dengan berpijak pada SWOT, penelitian tindakan dapat
dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru
sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
d. Upaya empiris dan sistematik Prinsip keempat ini adalah penerapan prinsip ketiga. Dengan
telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip
empiris terkait dengan pengalaman dan sistematik, berpijak
pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan Tindakan yang dipilih peneliti harus :
1 Khusus spesifik, tidak terlalu luas. 2 Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya
kesulitan dalam mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.
3 Dapat diterima oleh subyek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan,
dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya. 4 Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat
bagi dirinya dan subyek yang dikenai tindakan. 5 Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya, yaitu
kapan dapat dilihat hasilnya. 3.
Tahap PTK Menurut Arikunto 2006:17-20, PTK memiliki beberapa alur
atau tahap yaitu: a. Menyusun rancangan tindakan planning
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.
b. Pelaksanaan tindakan acting Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah pada tahap ini pelaksana
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berperilaku wajar, tidak
dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar
sinkron dengan yang dimaksud semula.
c. Pengamatan observing Dalam tahap ini berisi pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan. Karena seharusnya
pengamatan dilakukan ketika tindakan dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
d. Refleksi reflecting Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata
bahasa Inggris reflection, yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Menurut Arikunto 2006:17-20, siklus tahapan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto 2006:23-24, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK:
a. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam
pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. PTK oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus
menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.
c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya
dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan- kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus
kedua, begitu pula seterusnya.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan Pelaksanaan
Refleksi
?
d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK
tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
e. Penelitan harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun
pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan
yang telah dilakukan dengan rencana yang ada.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya
tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan
hanya guru.
5. Instrumen PTK
Instrumen yang diperlukan dalam PTK dari sisi hal yang diamati menurut Reed dan Bergemen http:ptkguru.wordpress.com
20080511-penelitian-tindakan-kelas-bentuk-dan-skenario tinda
kan-serta-pengembangan-instrumen-untuk-mengukur-keberhasilan- tindakan
adalah sebagai berikut: a.
Pengamatan terhadap perilaku guru observing teacher Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya
adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal- hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal
terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Pengamatan terhadap kelas observing classroom
Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang
lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas.
c. Pengamatan perilaku siswa observing students
Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu
dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan
kelas.
d. Wawancara
Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode
wawancara ini membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data yang jelas.
6. Sasaran atau Objek PTK
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan dirancang sebelumnya, maka objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif
dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak Arikunto, 2006:24. Secara lebih lanjut Arikunto 2006:25-
26 menjabarkan objek dan sasaran PTK sebagai berikut : a. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelaslapanganlaboratoriumbengkel, maupun ketika sedang
asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada
siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau
ketika guru sedang mengadakan
kunjungan ke rumah siswa. c. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang
sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana Semesteran, dan Analisis Materi Pelajaran.
d. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perorangan, peralatan yang
disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium.
e. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai siswa melalui
pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. f.
Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa dirumahnya.
g. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
7. Manfaat PTK
Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK menurut Susilo 2007:18 antara lain:
a. Inovasi pembelajaran. b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat
kelas.
c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik. Di samping itu, ada manfaat lain yang diperoleh guru dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif Mulyasa, 2009:17: a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul.
c. Melalui PTK guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah.
d. Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada
akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru.
Berdasarkan pendapat dua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah menghasilkan
inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, meningkatkan profesionalitas guru, dan meningkatkan kemampuan reflektif guru.
B. Model Pembelajaran Kooperatif