Arketip Menurut Jung Kajian Psikologi Sastra

yang menampilkan kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaannya serta berusaha disembunyikan dari diri kita sendiri dan orang lain. Serta lebih mudah memproyeksi sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, dengan melihat kejelekan dan sifat jahat pada orang lain yang tidak ingin kita lihat pada diri kita Jess Gregory 2010: 127. Shadow memiliki dua aspek primer. Yang pertama berhubungan dengan taraf tak sadar personal, dan yang lainnya berhubungan dengan taraf tak sadar kolektif. Dalam taraf tak sadar personal, shadow merupakan kumpulan pengalaman yang ditolak seseorang atas dasar moral atau estetis. Dalam taraf tak sadar kolektif, shadow merupakan personifikasi yang universal dari bentuk kejahatan dalam psike Alfons, 1994: 10. Shadow muncul dalam berbagai bentuk, seperti perangai yang buruk, sakit yang tak tentu sebabnya, keinginan untuk mencelakai orang lain, dan sebagainya. Jung mengatakan bahwa dorongan-dorongan itu tidak dapat kita kontrol. Bahkan mereka bekerja secara independen dalam taraf tak sadar. Dimana kekuatan shadow dapat menampakkan diri dalam taraf sadar, seperti misalnya dalam bentuk kemarahan. Ego dan shadow berlawanan satu sama lain. Ego adalah sisi positif dari pribadi manusia, sementara shadow adalah sisi negatifnya. 1.6.2.2.3 Sifat Kewanitaan dalam Pria Anima Jung berkeyakinan bahwa pria dan wanita mempunyai unsur dari jenis seks yang lain dalam dirinya sendiri. Arketipe wanita dalam diri pria disebut anima, sedangkan arketipe pria dalam wanita disebut animus Jung, 1963. Anima bekerja positif pada seorang pria bila ia membangkitkan inspirasi, kemampuan intuitif, dapat memberikan peringatan dan sebagainya. Sedangkan dia juga dapat membawa dampak negatif, berupa perangai yang buruk atau suasana hati yang tidak menentu. Sedangkan animus pada wanita beraspek positif bila menampakkan diri dalam argumentasi berdasarkan pemikiran yang logis dan masuk akal. Aspek negatifnya, bila wanita bermulut tajam, tanpa perasaan dan sebagainya Alfons, 1994: 11. Anima dan Animus adalah personifikasi dari sifat feminin alam manusia sadar dan maskulin seorang wanita. Biseksualitas adalah psikologis refleksi dari fakta biologis bahwa sejumlah besar gen laki-laki atau perempuan yang merupakan faktor penentu dalam penentuan seks. Anima dan animus menampakkan diri biasanya dibentuk dari personifikasikan sebagai tokoh dalam mimpi dan fantasi mimpi gadis, kekasih impian dan dalam irasionalitas perasaan seorang pria berpikir wanita. Animus dan anima harus berfungsi sebagai jembatan, atau pintu yang mengarah ke gambar dari kolektif sebagai persona harus menjadi semacam jembatan ke dunia. Victore, 2011: 6. Anima , seseorang pria harus melampaui batas intelektualnya, jauh ke bagian terdalam ketidaksadarannya dan menyadari sisi feminin dari kepribadiannya, Jung dapat mengenali animanya hanya setelah ia belajar untuk merasa nyaman dengan bayangannya Jess Gregory. 2010: 128. Bila anima merepsentasikan mood dan perasaan yang irasional, maka animus merupakan symbol dari proses berpikir dan bernalar. Animus mampu memengaruhi proses berpikir seorang wanita, yang sebenarnya tidak dimiliki oleh seorang wanita. Jung percaya bahwa animus bertanggung jawab dalam proses berpikir dan berpendapat seorang wanita, sama dengan anima yang menghasilkan perasaan dan mood seorang pria Jess Gregory. 2010: 129. 1.6.2.2.4 Self, atau Aku Self atau Aku adalah bagian sadar dari kepribadian kita. Aku adalah tujuan akhir dari perkembangan kepribadian setiap manusia, yang oleh Jung juga disebut sebagai jalan menuju individu. Jung mengatakan bahwa aku self tak dapat dicapai dalam usia yang masih muda. Aku akan kita capai kalau kita sudah berada pada usia menengah, limapuluh tahun keatas. Kalau seseorang sudah mencapai keselarasan atau harmoni, terciptalah aku Alfons, 1994: 11. Jung mempercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan, untuk bergerak menuju perubahan, kesempurnaan, dan kelengkapan, yang diwarisi. Ia menyebut disposisi bawaan ini sebagai diri self. Walaupun diri tidak pernah mencapai keseimbangan yang sempurna, setiap orang dalam ketidaksadaran kolektifnya memiliki sebuah konsep tentang diri yang sempurna dan terpadu Jass Gregory. 2010: 133.

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian mencakup pendekatan, metode, dan teknik penelitian.

1.7.1 Pendekatan

Studi ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktural dan pendekatan psikologi. Penelitian ini akan memulai dengan analisis pendekatan stuktural terlebih dahulu. Pendekatan struktural dilakukan untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengdeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik fisik yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi, misalnya bagimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain Nurgiantoro, 2010: 37. Dalam pendekatan ini, kajian dengan pendekatan dibatasi pada kajian tentang tokoh dan penokohan, alur serta latar. Pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang menelaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologi hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Dalam penelitian ini pendekatan psikologi dibatasi pada kajian psikoanalisis khususnya pada persona, shadow, anima-animus, dan self.

1.7.2 Metode Penelitian

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, metodologi penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kulitatif adalah metode yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi yang Dikaitkan dengan hakikat penafsiran. Metode yang memberi perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaanya. Cara-cara inilah yang dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Dalam penelitian karya sastra, akan dilibatkan pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya Ratna, 2012,46-47.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik baca catat dan teknik studi pustaka. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca catat. Teknik baca catat adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan membaca seluruh isi novel secara berulang-ulang kemudian dicatat untuk mendapatkan data. Teknik studi pustaka untuk mendapatkan data serta referensi yang akurat untuk analisis teks sesuai dengan teori yang digunakan. Pelaksanaan teknik ini yaitu menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan objek penelitian, yakni Studi Arketipe terhadap tokoh Arsena dalam novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno.

1.7.4 Sumber Data

Sumber data terdiri atas sember primer dan sumber sekunder. 1.7.3.1 Sumber Data Primer Judul : Cermin Merah Penerbit : PT. Grasindo Tahun Terbit : 2004 Tebal Buku : xii + 426 halaman Cetakan : Pertama 1.7.3.2 Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yang mendukung penulis berupa buku Cetak, artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan objek penelitian.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan diadakannya penelitian ini. Manfaat penelitian ini menjelaskan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahasa tentang novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Metode penelitian menjelaskan pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam penelitian ini. Bab II berisi Pembahasan struktur novel meliputi tokoh, dan penokohan, latar, alur. Bab III berisi Analisis Studi Arketipe Tokoh Arsena dalam novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno Psikologi Sastra. Bab IV berupa penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. 36

BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL CERMIN MERAH

Dalam bab ini akan dianalisis unsur-unsur penceritaan dalam novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno. Analisis akan difokuskan pada tokoh, penokohan, latar, dan alur. Kajian terhadap tokoh, penokohan, latar dan alur dilakukan untuk memahami secara komperensif dan mendalam untuk menganalisis unsur arketipe terhadap tokoh Arsena. Latar menjelaskan tentang situasi yang dihadapi tokoh Arsena. Alur menceritakan hubungan sebab-akibat terjadinya peristiwa yang dialami oleh tokoh Arsena. Dalam novel ini pengarang mengekspresikan dan mengungkapkan gagasan-gagasannya melalui unsur struktur. Tiga unsur inilah yang akan mempengaruhi ruang gerak serta sikap tokoh Arsena dan tokoh-tokoh lainnya.

2.1 Analisis Tokoh dan Penokohan

Dalam novel Cermin Merah terdapat banyak tokoh, di antaranya Arsena, Edu, Nancy, Herman, Ayah, Ibu dan masih banyak tokoh yang lain. Begitu banyak tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut, akan tetapi penulis hanya akan menganalisis tokoh utama yaitu Arsena, tokoh tambahan yaitu Edu, Herman dan Nancy. Alasan memilih keempat tokoh ini adalah untuk mengetahui secara mendalam hubungan interaksi yang terjadi antara tokoh arsena dengan tokoh- tokoh lainnya. Arsena sebagai tokoh utama memiliki peran utama dalam cerita, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh Edu, Herman