Self dalam Diri Arsena

Disisi yang lain, Arsena selalu dibayang-bayangi oleh Edu, seorang homoseksual. Arsena tak mampu keluar dari bayang-bayang Edu. Dia bahkan menikmati percintaan homoseksual itu. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Edu duduk di pinggir tempat tidur. Mengusap-usap rambutku. Lagi- lagi, tak kuasa mencegah. Dia barut-barut punggung dan leherku, mencoba menghangatkan tubuhku dan mengembalikan kesadaran. Tapi aku tetap tak berdaya. Dan, Aku mengenal Edu yang sebenarnya hari itu. Hilman betul. Edu selalu siap memanfaatkan setiap peluang. Dia tahu bagaimana cara memanfaatkannya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku lemah, tak berdaya Riantiarno, 2004: 275. Percintaannya dengan Edu menjauhkan dirinya kepada kehidupan yang harmoni karena adanya ketidakseimbangan dengan tujuan hidupnya menjadi seorang yang normal. Memang semua tidaklah terealisasi keseluruhan self dengan baik di masa depannya. Pada fase akhir, Arsena menyadari dirinya sebagai orang yang gagal. Dia gagal menghentikan Nancy yang bunuh diri. Dia gagal memenuhi kemauan Ibunya. Kesadaran akan kegagalan itu memicu Arsena untuk bunuh diri. Karena rasa bersalah dan ketidak berdayaan dirinya. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Ku ambil pisau cukur Edu. Kucoba mengiris sedikit ujung jari telunjuk. Tajam sekali. Lalu aku duduk di pinggir bath tub. Perlahan kuiris nadi ditangan kiri Riantiarno, 2004: 421. Dari beberapa fase di atas dapat disimpulkan bahwa self Arsena memiliki jiwa yang tabah namun juga lemah menghadapi bayang-bayang Nancy yang terus menghantuinya karena rasa bersalahnya, tidak dapat tegas dalam menghadapi Edu yang terus mengekang hidupnya. Arsena tidak dapat menguasai dirinya seutuhnya. sehingga Arsena memutuskan untuk bunuh diri. Namun Arsena pasrah terhadap kenyataan yang dihadapinya tidak ada penyalahan kepada lingkungan dan orang lain hanya ada penyelahan terhadap diri sendiri. Self Arsena tidak seutuhnya menampilkan kesatuan dan harmoni dari keseluruhan kepribadiannya. Permasalahan Arsena dari fase awal hingga fase akhir adalah bentuk dari perjuangan Arsena untuk mencapai keseimbangan keseluruhan dari kepribadiannya. Kepribadian Arsena yang sesungguhnya adalah laki-laki normal namun karena adanya suatu godaan yang membuatnya tidak mampu untuk mengatasi dan mencegahnya sehingga ia masuk dalam pesona kehidupan dan kepribadian yang tidak normal atau bikseksual.

3.5 Rangkuman

Dalam bab III ini telah dilakukan kajian tentang Arketipe terhadap tokoh Arsena. Kajian Arketipe mencakup empat objek yaitu 1 Analisis persona, tokoh Arsena menggunakan persona atau topeng sebagai seorang anak dan sebagai seorang homoseksual, heterokseksual. Topeng ini membantu dirinya untuk menutupi siapa dirinya yang sebenarnya yaitu dirinya yang memiliki kepribadian bikseksual atau menyimpang. 2 Analisis shadow berhubungan dengan taraf tak sadar personal dan kolektif. Shadow dalam diri Arsena adalah bentuk-bentuk kejahatan yang dia lakukan baik secara psike maupun secara moral. 3 Analisis anima dan animus dalam diri Arsena tidak berkerja secara seimbang Sehingga mengakibatkan dirinya menjadi bikseksual. Arsena sebagai seorang lelaki menjadi lelaki normal namun karena terlalu dominan animanya menjadikan dia seorang homoseksual. Sedangkan 4 Analisis self yang merupakan bagian dari kepribadian dan tujuan hidup dalam diri Arsena tidak berkerja secara seimbang. Fase-fase menuju self yang telah di alami oleh Arsena tidak menjadikan dirinya menuju kepribadian yang seperti dia inginkan. Ia lemah, menjadi seorang homoseksual dan memutuskan untuk bunuh diri. Dari analisi terhadap Arketipe tersebut dapat dipahami bahwa tokoh Arsena menghadapi problem-problem psikologi yang berat. Dapatlah dipahami jika Arsena pada akhirnya tidak kuat menganggung beban-beban psikologi tersebut, sehingga dia memutuskan untuk bunuh diri. Bunuh diri yang dilakukan tokoh Arsena merupakan “solusi” yang melepaskan dia dari beban psikologi yang di hadapinya. 111

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

Penelitian ini mengangkat judul “Studi Arketipe terhadap Tokoh Arsena dalam Novel Cermin Merah Karya Nano Riantiarno: Kajian Psikologi Sastra”. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori Struktural dan Teori Psikologi Sastra menurut Carl Gustav Jung. Analisis struktur novel dilakukan terlebih dahulu untuk memahami novel sebagai karya sastra dan menemukan persoalan arketipe dalam diri tokoh Arsena. Analisis difokuskan pada tokoh dan penokohan, latar serta alur. Analisis ini dilakukan untuk mengenal dan mengetahui kehidupan tokoh utama karena ketiga unsur tersebut sangat berhubungan dan erat kaitannya dengan tokoh utama. Analisis struktur cerita ini digunakan sebagai dasar untuk menganalisis kepribadian diri tokoh utama yaitu Arsena, khususnya menyangkut aspek arketipenya. Dari analisis struktur cerita dapat disimpulkan bahwa tokoh Arsena terbukti dari awal hingga akhir cerita mempunyai peran paling banyak sebagai tokoh yang diceritakan, baik sebagai kejadian maupun yang dikenai kejadian. Itulah sebabnya tokoh Arsena disebut sebagai tokoh utama. Setiap peristiwa mempengaruhi kepribadian Arsena yang berdialog langsung dengan tokoh tambahan yang juga dianalisis dalam bab II. Dalam analisis tokoh dan penokohan dianalisis juga tokoh tambahan yaitu Edu, Hilman, dan Nancy. Mereka berinteraksi secara intensif dengan tokoh utama yaitu Arsena. Latar dan alur dalam novel Cermin Merah juga tergambar dalam cerita sehingga dilakukan analisis untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh Arsena karena dari situlah diketahui latar belakang kehidupan Arsena. Novel Cermin Merah mencakup tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Cermin Merah adalah kota C dan kota Jakarta. Latar waktu terjadi saat peristiwa G30SPKI. Latar sosial menunjukkan keadaan masyarakat di mana Arsena tinggal. Latar sosial dalam novel ini ada tiga yang sangat dominan yaitu latar sosial kota Jakarta, latar sosial perilaku dan seks “menyimpang” serta latar sosial G30SPKI. Alur dalam novel Cermin Merah menggunakan alur campuran, karena terdapat gaya penceritaan flasback. Namun, dalam analisis direkontruksi alur ini secara kronologis sehingga dapat dengan mudah menjelaskan logika perkembangannya pada tiga tahap yaitu: tahap pertama, tahap kedua, dan tahap akhir. Pada tahap pertama, yaitu pada saat Arsena berada di kota C, Arsena mengalami peristiwa G30SPKI, penangkapan sang ayah yang diduga terlibat PKI, dam hubungan homoseksual pertamanya dengan Anto. Pada tahap kedua, saat Arsena memutuskan untuk pergi ke Jakarta, dimana Arsena masuk kembali ke dalam percintaan homoseksual dengan Edu, pertengkarannya dengan Hilman dan hubungan seks yang Arsena lakukan dengan Nancy membuat nancy hamil lalu mengugurkannya. Pada tahap ini berkembang di kota Jakarta karena konflik banyak terjadi di kota Jakarta. Tahap akhir, saat Arsena menghadapi kelemahan dalam dirinya dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri masuk dalam lubang putih bercahaya. Dari analisis struktur tokoh dan penokohan, latar, serta alur dapat diketahui secara detail siapa, mengapa, dan bagaimana hubungan permasalahan yang dihadapi tokoh Arsena sehingga kita dapat menganalisis tokoh Arsena dengan menggunakan perspektif Carl Gustav Jung dengan teori arketipe yang mencakup persona, shadow, anima dan animus serta self. Analisis kepribadian arketipe dilakukan untuk mengetahui secara mendalam mengenai tokoh Arsena. Arketipe adalah alam bawah sadar kolektif dengan menggunakan pengalaman-pengalaman personal untuk memperkuat kepribadian total, sehingga Jung meletakkan alam bawah sadar kolektif sebagai daya-daya otonom. Arketipe mencakup empat aspek, yaitu persona, shadow, anima dan animus seta self. Persona atau topeng Arsena terlihat sebagai seorang anak, seorang heteroseksual dan seorang homoseksual untuk menempatkan dirinya di berbagai lingkungan kehidupannya. Terdapat dua shadow dalam diri Arsena yaitu shadow berhubungan dengan taraf tak sadar dan kolektif. Shadow personal merupakan kumpulan pengalaman yang ditolak atas dasar moral sedangkan