pengganti kakaknya namun Arsena berani melawan perkataan Hilman karena merasa tidak tahan menghadapi tuduhan Hilman.
Arsena mampu mempertahankan keutuhan dirinya serta nama baiknya dihadapan Hilman walaupun mereka harus berakhir dalam
sebuah pertengkaran.
3.3 Anima dan Animus dalam Diri Arsena
Seperti yang telah diungkapkan di dalam landasan teori, anima dan animus merupakan sisi kewanitaan dalam pria dan sisi kepriaan dalam wanita. Anima
dan animus merujuk pada dasar manusia yang sebenarnya biseksual. Dalam kehidupan psikologi, setiap jenis kelamin akan termanifestasi dalam
karekteristik, tempramen, dan sikap dari jenis kelamin tertentu. Psyche perempuan memiliki aspek maskulin arketipe animus yang sebenarnya
dimiliki laki-laki, dan psyche laki-laki berisi aspek feminim arketipe anima yang sebenarnya dimiliki perempuan.
Menurut Jung, baik anima maupun animus harus ditampilkan, laki-laki harus menampilkan sisi feminimnya, seperti halnya karakter maskulinnya.
Demikian juga perempuan, harus menampilkan sisi maskulinnya seperti halnya femininitasnya. Apabila kedua aspek tersebut terbengkalai dan kurang
berkembang, maka akan menyebabkan kepribadian hanya memiliki satu sisi
saja. Ada beberapa gambaran sisi anima dan animus dalam diri Arsena.
Gambaran inilah yang akan membentuk kepribadian dalam diri Arsena karena dengan adanya anima dan animus maka akan lebih mudah memahami diri
Arsena. Berikut adalah gambaran sisi anima dan animus tokoh Arsena.
3.3.1 Anima Diri Arsena
Di dalam diri Arsena terdapat Anima yang terus mewarnai kehidupannya. Anima Arsena adalah sisi kewanitaan dalam diri Arsena.
Walaupun Arsena seorang laki-laki namun ia tetap memiliki sisi kewanitaan. Sisi kewanitaan ini atau seks yang berseberangan diperlukan
untuk membantu menyesuaikan dan bertahan hidup, karena orang dengan jenis kelamin tertentu akan lebih memahami hakikat jenis kelamin yang
lainnya. Karakteristik ini akan mengantarkan perilaku kita untuk menyukai lawan jenis. Arsena sebagai seorang laki-laki, Ia merasakan takut saat
Bayangan-bayangan menghantuinya membuatnya semakin tidak terkendali. Segala yang ia lakukan membuatnya semakin sakit batinnya. Ia menjadi
semakin lemah. Seperti bayangan Nancy, Ayah dan kakaknya membuat ia depresi. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Tapi mereka muncul di sembarangan tempat sembarangan waktu. Barangkali selalu muncul karena aku tidak bisa melupakan
Nancy. Ketidakwajaran
kematiannya. Dan
tidak mungkin
menghilangkan kenangan tentang Nancy” Riantiarno, 2004: 397.
Nancy dalam bayangan Arsena selalu memintanya untuk pergi bersamanya. Disinilah anima Arsena diwujudkan dalam sebuah kelemahan
dan ketidakberdayaan sebagai seorang laki-laki. Karena ia menolak keinginan Nancy. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Aku ingin kau menyusul. Kau pernah bersumpah akan lekas me
nyusulku” Riantiarno, 2004: 387.
Kelemahan Arsena membuatnya semakin terjatuh dalam lubang ketidakberdayaan sehingga Arsena memutuskan untuk bunuh diri.
Keputus-asaan yang sangat fatal. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Ku ambil pisau cukur Edu. Kucoba mengiris sedikit ujung
jari telunjuk. Tajam sekali. Lalu aku duduk di pinggir bath tub. Perlahan kuiris nadi ditangan kiri Riantiarno, 2004: 421.
Edu tahu apa yang sedang dialami oleh Arsena. Bahkan Edu lah yang menyelamatkan Arsena dari lubang putih bercahaya sehingga Arsena
terselamatkan. Anima di sini adalah kelemahan seorang laki-laki sehingga Arsena memutuskan untuk bunuh diri.
Sebagai seorang laki-laki, Arsena seharusnya menunjukan sifat
maskulinnya. Saat ibu memintanya untuk menikah, ia tidak dapat memberikan jawaban yang pasti kepada ibunya. Hanya ada rasa takut jika
ibunya mengetahui bahwa ia seorang homo. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Ketika berangkat dari Jakarta aku merencanakan untuk bercerita tentang Edu. Tapi mulut masih terkunc
i” Riantiarno, 2004: 341.
“Sekarang, terasa ada yang hilang. Keintiman. Sejak dulu aku memang lebih intim dengan Ayah. Aku merasa Ibu lebih
sayang Kak Herman” Riantiarno, 2004: 341. “Jadi semua yang terjadi di Jakarta dia tahu. Tosin sering
datang. Pertengkaranku dengan Hilman mungkin juga dia sudah tahu sebabnya. Bahkan tak mungkin dia tahu hubunganku dengan
Edu” Riantiarno, 2004: 344.
Disinilah sisi animanya tidak seimbang karena seharusnya Arsena menjadi laki-laki normal bukan sebaliknya. Anima ini adalah sisi feminim
dalam diri laki-laki yang digunakan untuk mengetahui perilaku ataupun seksualitas lawan jenisnya. Namun sepertinya Arsena tidak memahami
anima yang ada dalam dirinya sehingga Ia menjadi laki-laki yang lemah, tidak berdaya dan bahkan salah melakukan seksualitas dengan
berhubungan sesama jenis.
3.3.2 Animus dalam diri Arsena
Animus dalam diri Arsena terlihat ketika ia menyadari bahwa ia mencintai Nancy. Sebagai seorang kekasih ia mau menuruti semua
permintaan Nancy. Arsena mampu bersikap sebagai seorang lelaki yaitu bercinta dengan Nancy. Arsena memberikan kasih sayangnya kepada
Nancy di Pucak CR walaupun ia juga menyayangi Edu namun ia tetap memberikan dirinya kepada Nancy. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Lalu Nancy membimbingku masuk ke dalam vila, menuju kamar yang juga sudah dia persiapkan. Kamar tidur penuh cahaya
lilin. Kami saling tukar rasa sayang diranjang, saling menanggalkan seluruh baju sampai kami seperti bayi yang baru lahir. Tidak, kami
bagaikan sepasang ular yang saling mencumbu. Nancy telah menyerahkan seluruh dirinya kepadaku Riantiarno, 2004: 318.
Semua yang kita lakukan di Cp, adalah bukti cintaku. Aku istrimu, kau suamiku, sampai kapan pun aku akan mengakuinya
Riantiarno, 2004: 324.
Dalam percintaanya dengan Nancy. Arsena tidak menyadari bahwa Nancy hamil. Karena sibuk pergi bersama Edu. Akhirnya Nancy
mengambil keputusan untuk mengugurkan bayinya dan meninggal dunia. Setelah Arsena mengetahuinya. Dia mengalami depresi dan kecewa serta
merasa bersalah. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Mengapa aku lalai? Kelalaian yang harus dibayar mahal. Tapi
mengapa pembantu rumah tidak pernah memberi tahu Nancy pernah