“Kau pasti paham apa maksudnya. Kau sudah dewasa. Kau tahu siapa Edu. Dari caranya bersikap, berbuat, kau tahu apa
yang dia harapkan. Dia mengincarmu. Dia menunggu waktu yang tepat untuk memangsamu. Percaya aku Ars, jangan terlalu
dikasih hati. Tutup rapat-rapat peluangnya. Kalau tidak kau akan terjerat. Dan itu tidak bagus untuk masa depanmu. Aku kakakmu,
percayalah” Riantiarno, 2004: 289. “Jangan berlagak tidak tahu. Aku tahu, kau tahu siapa
Edu. Kalau kau sangat mencintai Nancy, kau tidak akan bergaul dengan Edu. Apa kau cinta Nancy?” Riantiarno, 2004: 290.
Walaupun Arsena sudah mengetahui kalau Hilman mengetahui hubungannya dengan Edu. Tetap saja Arsena tidak mengakuinya
bahkan ia tetap menggunakan topeng untuk menutupi kesalahan dan kekeliruannya. Topeng yang digunakan oleh Arsena mengakibatkan
dirinya dan Hilman bertengkat. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Apa tuduhan mereka sudah kaulakukan? Aku masih
menyangkal. Itu tidak benar, kubilang. Aku membelamu karena kau adikku. Aku masih mencoba memberi tahu, menasehati, tapi
matamu merem, kupingmu tuli, hatimu buta. Kau tidak mau terbuka, bahkan kepadaku, orang yang selama lima tahun
menerima kau dengan ikhlas” Riantiarno, 2004: 292.
Pertengkaran diantara merekapun terjadi. Arsena tetap mempertahankan dirinya bahkan ia tidak memiliki hubungan dengan
Edu. Pertengkaran inipun membuat mereka jauh dan pada akhirnya Arsena pergi dari rumah Hilman.
Inilah topeng persona yang digunakan oleh Arsena. Ia sebagai seorang lelaki menutupi dirinya sendiri kalau sesungguhnya ia seorang
homo. Dengan lingkungan sekitar, keluarga, rekan kerja atau teman melihatnya sebagai seorang lelaki normal padahal sesungguhnya ia
seorang homo, bahkan saat berada bersama Edu seorang homoseksual, Arsena tetap menunjukan bahkan dirinya seorang yang normal. Ia
menganggap dirinya terjebak oleh pesona Edu sehingga ia tidak bisa lepas dari Edu. Nancy kekasihnya juga mengetahui bahwa dirinya
seorang laki-laki normal. Itulah persona yang digunakan oleh Arsena.
3.2 Shadow dalam Diri Arsena
Shadow memiliki dua aspek primer yaitu shadow yang berhubungan
dengan taraf tak sadar personal dan shadow yang berhubungan dengan taraf tak sadar kolektif. Dalam taraf tak sadar personal, shadow merupakan
kumpulan pengalaman yang ditolak sesorang atas dasar moral atau estetis. Dalam taraf tak sadar kolektif, shadow merupakan personifikasi yang
universal dari bentuk kejahatan dalam psike Alfons, 1994: 10. Perilaku masyarakat yang berkaitan dengan tindakan iblis dan amoral
adalah merupakan perwujudan dari shadow. Oleh karenanya, shadow merupakan sisi gelap kemanusiaan yang harus dijinakkan jika manusia ingin
hidup secara harmonis. Meskipun kita mengalami dilema, karena shadow tidak hanya menjadi sumber dari tindakan setan, tetapi juga menjadi sumber
vitalitas, spontanitas, kreativitas, dan emosi. Jika shadow sepenuhnya ditekan, tidak hanya kepribadian menjadi datar, tetapi juga orang akan menghadapi
kemungkinan shadow akan memberontak Hidayat, 2011:48.
3.2.1 Shadow Personal dalam Diri Arsena
Shadow yang berhubungan dengan taraf tak sadar personal adalah
kumpulan pengalaman yang ditolak seseorang atas dasar moral dan estetis. Di dalam diri Arsena terhadap sisi jahat shadow walaupun tidak terlalu
tergambarkan secara rinci di dalam novel. Namun perasaan jahat dan kemarahan selalu mewarnai kehidupan Arsena. Ada banyak macam
shadow yang dialami Arsena yang berhubungan dengan tarak tak sadar
personal. Arsena menyadari hubungannya dengan Edu adalah sebuah
kesalahan karena merupakan hubungan yang menyimpang, ia sendiri juga sadar bahwa yang ia lakukan adalah salah namun tetap saja ada rasa
cemburu saat Edu bersama Jhon. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Pipi seperti kena tampar. Kucoba menyembunyikan
perasaan cemburu dengan pertanyaan yang netral seakan menaruh perhatian penuh terhadap pekerjaanya” Riantiarno, 2004: 227.
“Tapi sulit membikin hati tenang. Dan John, berapa besar perannya? Apa hanya kolega bisnis semata?” Riantiarno, 2004:
227. “Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa tidak sebelumnya aku
diajak? Apa karena ada John? Nama Jhon mulai jadi masalah penting dalam kepalaku” Riantiarno, 2004: 228.
Rasa cemburunya terhadap Jhon tidak bisa ia tutupi. Sehingga ia mulai agak ketus terhadap Edu dan Edu pun merasakan kecemburuan itu.
Disinilah shadow Arsena muncul dalam sebuah kecemburuan sehingga membuat Arsena dingin terhadap Edu. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Ya, aku juga tidak mau menganggu kau,” jawabku sengit. Heran. Kenapa jawaban bisa kasar? Dia terlangak. Menatap penuh
tanda tanya, meneliti mataku, mencoba mencari apa yang tengah kusembunyikan” Riantiarno, 2004: 228.
Kekuatan dari Shadow dalam diri Arsena nampak dalam taraf sadar seperti dalam bentuk kemarahan. Arsena menyadari kemarahannya. Ini
terlihat dalam kutipan berikut. “Aku tidak bermaksud kasar. Aku hanya sedang kacau.
Kesepian. Aku merasa kami semakin berjarak. Seakan ada dinding tak tampak menghalangi. Aku disini, dia di balik dinding. Lalu
ketika senja, aku dan dia jadi siluet” Riantiarno, 2004: 231. “Demi tuhan, aku sungguh-sungguh ingin menangis. Sudah
lama aku tidak menanggis. Aku ingin menggerung-gerung, menghempaskan tubuh di lantai seperti ketika ibu kehilangan kak
Herman. Begitu melihat mobil berseliweran di jalan, apalagi waktu dua mobil tanki minyak lewat, Aku ingin menabrakkan diri ke
bempernya. Pasti tubuh akan hancur seketika” Riantiarno, 2004: 231.
Inilah bentuk kemarahan dia, tidak dalam bentuk fisik tapi ucapan dan pikiran sudah menggambarkan bahwa dirinya sedang marah. Tapi,
kekuatan ego dalam dirinya mengontrol untuk tidak melakukan hal-hal aneh yang membahayakan dirinya. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Tapi aku tidak punya keberanian. Lagi pula ada rencana yang lebih hebat. Rencana yang semakin bulat di kepala. Rencana
menggemp arkan. Dia tidak boleh tahu” Riantiarno, 2004: 231.
Bentuk shadow Arsena terggambar juga terhadap Nancy. Taraf tak sadar personal dimana melakukan hubungan suami istri adalah suatu
kejahatan yang tidak bermoral. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Lalu Nancy membimbingku masuk ke dalam vila, menuju
kamar yang juga sudah dia persiapkan. Kamar tidur penuh cahaya lilin. Kami saling tukar rasa sayang diranjang, saling
menanggalkan seluruh baju sampai kami seperti bayi yang baru lahir. Tidak, kami bagaikan sepasang ular yang saling mencumbu.
Nancy telah menyerahkan seluruh dirinya kepadaku Riantiarno, 2004: 318.
Semua yang kita lakukan di Cp, adalah bukti cintaku. Aku istrimu, kau suamiku, sampai kapan pun aku akan mengakuinya
Riantiarno, 2004: 324.
Setelah percintaannya dengan Nancy. Arsena tidak mengetahui bahwa Nancy hamil akibat perbuatan mereka, semua karena perbuatan
Edu yang menutupi kehadiran dan pesan-pesan Nancy untuk Arsena. Hal ini membuat Nancy putus asa kemudian memutuskan untuk melakukan
aborsi. perbuatan yang menunjukan sisi jahat manusia yang berhubungan dengan taraf sadar personal, dimana orang melalukan perbuatan yang
sebenarnya ditolak atas dasar moral yaitu aborsi. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Aku hanya ingin memberitahukan dia kabar gembira. Aku hamil. mengandung anakmu. sudah dua bulan di dalam rahimku.
Aku gembira. Aku sudah menanyakan pendapat Mama dan Papa mengenai kau dan aku dan mereka tidak keberatan kita menikah
Riantiarno, 2004: 324.
Maafkan Nancymu kalau akhirnya dia memutuskan melakukan aborsi Riantiarno, 2004: 325.
Perbuatan ini membuat Nancy mengalami pendarahan dan meninggal dunia. Kabar kematian ini kemudian terdengar oleh Arsena
sehingga membuat Arsena marah, kemarahan dalam dirinya sendiri, penyesalan yang membuatnya semakin terpukur karena ia menganggap ini
adalah kelalaian dirinya mengabaikan Nancy. Perbuatan Amoral mereka berakibat fatal, perbuatan yang membuat penderitaan untuk diri Arsena
maupun untuk orang lain. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang di