Rangkuman ANALISIS STRUKTUR NOVEL CERMIN MERAH

3.1.1 Persona Arsena sebagai Anak

Sebagai seorang anak, Arsena selalu menginginkan keluarga yang bahagia. Arsena menggunakan topeng perihal peristiwa penangkapan sang ayah. Ia berpura-pura tabah namun sebenarnya ia merasakan keganjilan terhadap peristiwa ayahnya. Hatinya terus bertanya-tanya dan terus mencari tahu kebenarannya. Ia menutupi rasa kecewanya dihadapan sang ibu karena ia merasa takut ibunya semakin terpuruk dan sudah cukup menderita. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Kepahitan tak bisa disembunyikan terus-menerus. Aku menahan diri tidak membicarakn perihal nasib Ayah. Kami sadar, rasa sakit yang getir terus mendekam di hati seperti api dalam sekam. Di hatiku. Di hati Ibu. Mungkin juga di hati Nina ” Riantiarno, 2004: 27. “Tapi keluarga kami bukan komunis. Ayah bukan anggota partai komunis. Apa dasar tuduhan? Hanya karena laporan- laporan? Siapa yang melaporkan? Kami tak pernah sanggup membuktikan tuduhan terhadap Ayah hanya fitnah belakang. Lagi pula jika kami menuntut keadilan, siapakah mau mendengar? Pengadilan? Mungkinkah?” Riantiarno, 2004: 25. Itulah perasaan yang disembunyikan Arsena kepada ibunya, ia tahu Ibu selalu memberikan yang terbaik untuk dia dan adiknya. Kekecewaan dan kebingungan Arsena akan peristiwa ayahnya selalu ia simpan dalam hatinya, hatinya selalu bergejolak. Namun ia tidak berani berbicara kepada ibunya karena takut perasaan ibu akan sedih. Rasa sayangnya kepada ibunya serta rasa kekecewaannya tetap ia pendam sendiri. Hidup terus berjalan, walaupun permasalahan ayah membuat keluarganya menderita, tetapi sang Ibu tetap kuat. Ibu tetap memikirkan anak-anaknya. Ibu mengharapkan kebahagiaan anaknya sehingga ia meminta Arsena untuk segera menikah. Sebagai seorang anak laki-laki, ia harus menikah dengan seorang perempuan karena sudah hukumnya. Arsena sendiri belum memiliki niat untuk menikah. Bahkan ia masih bimbang dengan pilihan hidupnya karena ada Nancy dan Edu, dua sosok yang berbeda jenis namun memiliki sifat yang sama yaitu sifat kewanitaan. Ibu antara tahu dan tidak kalau sesungguhnya Arsena menjalin hubungan dengan Edu. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. “Yang paling membuat gelisah adalah desakannya yang semakin gecar agar aku menikah. Dia ingin cepat-cepat menimang cucu, katanya. “Dengan siapa saja. Asal dia gadis yang baik, jujur, setia, dan tidak menghiraukan masa lampau kita ” Riantiarno, 2004: 355. “Hubungan antara lelaki dan perempuan adalah kodrat. Pernikahan menjadi upacara untuk mengukuhkan hubungan itu. Kau harus didamping in seorang perempuan” Riantiarno, 2004: 357. Arsena sangat menyayangi ibunya tetapi ia tidak bisa menuruti keinginan ibunya. Ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya bahwa ia menjalin hubungan dengan Edu. Arsena yakin ibunya mengetahui hubungannya dengan Edu, tetapi ibu tidak berani berkata karena takut menyinggung Arsena. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. “Oo, aku tahu. Ibu sedang berdiplomasi lagi. Dia hendak menyebut aku tidak wajar karena tidak berhubungan dengan seorang perempuan. Hanya saja ia tidak mau berkata terus terang” Riantiarno, 2004: 357. “Dia tahu hubunganku dengan Edu, dia sudah merasa. Dan dia tidak rela. Dia menganggap aku berjalan keliru” Riantiarno, 2004: 357. Seorang ibu memang selalu menginginkan anaknya untuk hidup bahagia memiliki keluarga yang normal. Sedangkan Arsena, tidak mampu memenuhi tuntutan ibunya karena ia sudah terlanjur terjerat hubungan bersama Edu dan Arsena sadar bahwa ia berjalan keliru. Arsena menggunakan topeng untuk menutupi kekeliruannya dengan mengatakan belum siap untuk menikah bahkan ia juga menutupi hubungannya dengan Edu.