Animus dalam diri Arsena
Para tetangga menyebar bisik-bisik, Ayah komunis. Ayah pimpinan teras partai yang resmi sudah dilarang. Dan karena Ayah dianggap
komunis, mereka mulai menjauh Riantiarno, 2004: 14.
Penangkapan sang ayah menjadi beban tersendiri bagi Arsena. Karena Arsena tidak mendapatkan kejelasan dan kebenaran tentang Ayahnya.
Peristiwa kematian Anto juga menjadikan permasalah dalam diri Arsena. Self berhubungan dengan keseimbangan antara taraf kesadaran dan ketaksadaran.
Dalam taraf ini seseorang mengalami keseimbangan. Arsena memang mengalami permasalahan yang sangat kompleks sehingga menjadikan dirinya
utuh, walaupun terpukul namun ia tetap bangkit dan tetap memikirkan kelangsungan kehidupan keluarganya, sehingga Arsena kemudian mengambil
keputusan untuk pergi kejakarta. Pada fase perkembangan di Jakarta, Arsena mengalami banyak konflik.
Namun self Arsena menyeimbangkan dirinya. Tujuan dari hidupnya adalah mendapatkan kehidupan yang layak di Jakarta. Namun Kedekatan dengan
Edu, Nancy membuat dilema tersendiri karena menyadari posisinya sebagai seorang kekasih untuk mereka berdua. Dan Arsena sedikit mulai gagal
mendapatkan tujuan hidupnya. Namun, Di satu sisi dia menyadari dia sebagai lelaki normal dengan mencintai bahkan mampu bercinta dengan Nancy sampai
Nancy hamil. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Lalu Nancy membimbingku masuk ke dalam vila, menuju kamar yang juga sudah dia persiapkan. Kamar tidur penuh cahaya lilin. Kami
saling tukar rasa sayang diranjang, saling menanggalkan seluruh baju sampai kami seperti bayi yang baru lahir. Tidak, kami bagaikan sepasang
ular yang saling mencumbu. Nancy telah menyerahkan seluruh dirinya kepadaku Riantiarno, 2004: 318.
Maafkan Nancymu kalau akhirnya dia memutuskan melakukan aborsi Riantiarno, 2004: 325.
Self yang berhubungan dengan kesadaran dalam diri Arsena berhubungan
dengan taraf sadar dan taraf tidak sadar. Ini terlihat ketika Arsena dengan tulus mencintai Nancy, bercinta dengan Nancy, memberikan hidupnya terhadap
Nancy. Ini merupakan cermin perjuangan Arsena dalam mewujudkan pribadi dirinya sebagai laki-laki normal walaupun ia terkadang bercinta dengan Edu
namun ia tetap lah seorang laki-laki. Ini terdapar dalam kutipan berikut. “Ya, siapa yang mendorong aku selalu ingin di dekatnya?
Kegairahan? Rangsangan alamiah kelelakian? Cinta? Rindu? Mungkin campuran dari semua perasaan” Riantiarno, 2004: 217.
Ini adalah bentuk proses kesadaran bahwa ia adalah seorang yang normal, ia mampu menunjukan bahwa ia adalah laki-laki yang normal. Self
Arsena menunjukan taraf yang seimbang walaupun masalah yang ia hadapi namun ia tetap berjuang untuk menuju tujuan hidupnya yaitu kehidupan
normal seperti laki-laki lain.
Disisi yang lain, Arsena selalu dibayang-bayangi oleh Edu, seorang homoseksual. Arsena tak mampu keluar dari bayang-bayang Edu. Dia bahkan
menikmati percintaan homoseksual itu. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Edu duduk di pinggir tempat tidur. Mengusap-usap rambutku. Lagi-
lagi, tak kuasa mencegah. Dia barut-barut punggung dan leherku, mencoba menghangatkan tubuhku dan mengembalikan kesadaran. Tapi
aku tetap tak berdaya. Dan, Aku mengenal Edu yang sebenarnya hari itu. Hilman betul. Edu selalu siap memanfaatkan setiap peluang. Dia tahu
bagaimana cara memanfaatkannya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku lemah, tak berdaya Riantiarno, 2004: 275.
Percintaannya dengan Edu menjauhkan dirinya kepada kehidupan yang harmoni karena adanya ketidakseimbangan dengan tujuan hidupnya menjadi
seorang yang normal. Memang semua tidaklah terealisasi keseluruhan self dengan baik di masa depannya.
Pada fase akhir, Arsena menyadari dirinya sebagai orang yang gagal. Dia gagal menghentikan Nancy yang bunuh diri. Dia gagal memenuhi kemauan
Ibunya. Kesadaran akan kegagalan itu memicu Arsena untuk bunuh diri. Karena rasa bersalah dan ketidak berdayaan dirinya. Ini terlihat dalam kutipan
berikut. Ku ambil pisau cukur Edu. Kucoba mengiris sedikit ujung jari
telunjuk. Tajam sekali. Lalu aku duduk di pinggir bath tub. Perlahan kuiris nadi ditangan kiri Riantiarno, 2004: 421.