memperjuangkan karirnya dan berusaha menjadi penulis seperti yang dia inginkan. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Aku tidak sedang menulis novel baru. Aku menulis kembali
Cermin Merah,
yang selalu
kubilang sebagai
„memperlengkap‟. „membulatkan‟. Mungkin karena aku jengkel dan marah terhadap kritik para penerbit yang keta
kutan itu” Riantiarno, 2004: 398.
Kehidupan sosial inilah yang kemudian mempengaruhi perilaku Arsena. Arsena menjadi pribadi yang melenceng dan hidupnya merasa
tertekan semua karena keadaan sosial yang ia alami.
2.3 Analisis Alur Plot
Dalam novel Cermin Merah menggunakan Plot atau Alur Sorot- balik flash back karena urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi
yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika,
melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan dari tahap akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan Nurgiantoro, 2010: 154.
Dalam novel Cermin Merah menggunakan alur flasback. Sekalipun alur ini bersifat flasback, dapat direkontruksi alur novel ini secara
kronologis. Sehingga dapat diperjelas perkembangan alur sebagai berikut.
Pertama , tahap awal yaitu saat Arsena berada di kota C, saat peristiwa
penangkapan ayah Arsena, cerita sosok sang kakak, dan masa sekolahnya bersama Anto. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“Meski masih dalam pemeriksaan, tidak diragukan lagi, suami Ibu komunis. Anggota inti partai komunis. Anggota inti
barisan bawah tanah yang jadi penghubung anggota bawah tanah lain diseluruh kota C” Riantiarno, 2004: 18.
“Beruntung Anto sebangku denganku dan menjadi teman akrab. Darsono tidak berani bertindak terlalu jauh. Kalaupun
mengganggu masih sebatas olok- olok” Riantiarno, 2004: 66.
Anto pindah ke kota C sebulan sesudah SMA membuka kelas baru dan aku masuk kelas satu” Riantiarno, 2004: 65.
Kedua , tahap tengah saat Arsena memutuskan untuk pergi
meninggakan kota C dan pergi menuju kota Jakarta. Tahap ini berkembang di Kota Jakarta, karena di tahap inilah Arsena mengalami permasalahan baru
dan konflik yang lain yaitu konfik bersama Edu, Hilman dan Nancy. Perilakunya menjadi lain saat bertemu dengan Edu. Kehidupannya berubah
seketika, dia seakan terikat oleh bayangan Edu namun ia juga sukses menitik karirnya. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Hilman tidak tahu aku akhirnya masuk juga ke dalam komunitas itu. Beberapa bulan sesudah pertengkaran kami, Edu
mengajakku men ghadiri sebuah pertemuan” Riantiarno, 2004: 266.
Jakarta sejak 1968 semarak dengan aura kebebasan Riantiarno, 2004: 268.
Alur berikutnya menceritakan perjalanan tokoh Arsena selama menghadapi perasaannya sendiri. Tokoh Arsena berusaha membunuh rasa
cintanya itu. Ia mencoba menjauhi Edu karena Arsena memiliki kekasih seorang wanita. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Ada perbedaan antara Nancy dan Edu, meski juga harus kuakui ada beberapa persamaan. Keduanya sama perempuan, Nancy
perempuan dalam sifat dan wujud. Edu hanya dalam sifat sebab wujudnya laki-laki Riantiarno, 2004: 401.
Ketiga , pada tahap akhir, Riantiarno menampilkan cerita tokoh Arsena
yang terjebak di Lubang Putih Bercahaya yang kemudian Arsena diceritakan kembali menjadi orang baru. Ini terlihat dalam kutipan berikut.
Kuambil pisau cukur Edu. Kucoba mengiris sedikit ujung jari telunjuk. Tajam sekali. Lalu aku duduk di pinggir bath tub.
Perlahan kuiris nadi ditangan kiri Riantiarno, 2004: 421 Lagu apa yang bisa dilantunkan orang sekarat? Ya, aku
mendengar nyanyian panjang. Lirih. Tajam. Menyayat hati Riantiarno, 2004: 420.
Mendadak alam berputar dan berputar. Digulungnya aku dalam putarannya. Kesadaran melemah. Tubuh kaku tanpa daya.
Aku dijerat
ketidakpastian. Kebimbangan
yang mustahil.
Kemustahilan yang meragukan Riantiarno, 2004: 420.
Bunuh diri yang dilakukan merupakan akhir dari cerita ini. Bunuh diri ini terjadi karena rasa bersalah Arsena kepada Nancy, masalah dengan
Hilman, Ibu dan Edu yang terus membuat dirinya semakin mengalami
tekanan psikologi dalam dirinya. Bunuh diri digunakan sebagai solusi atas berbagai konflik yang dialami tokoh Arsena dalam novel Cermin Merah.
2.4 Rangkuman
Demikianlah hasil analisis struktur novel Cermin Merah karya Nano Riantiarno. Dari hasil analisis tokoh dan penokohan, alur serta latar yang
melatarbelakangi jalan kehidupan tokoh Arsena menjadikan cerita tampak lebih menyatu antar unsur satu sama lain.
Tokoh Arsena berasal dari keluarga yang sederhana namun sangat bahagia. Ayahnya hanya bekerja di PT. Kereta Api dan Ibunya bekerja sebagai penjual
bunga. Peristiwa penangkapan sang ayah yang diduga terlibat G30SPKI menjadi penyebab utama konflik dalam diri Arsena yang menyebabkan dirinya pergi
mengadu nasib ke Jakarta karena tidak memiliki surat bebas G30SPKI Arsena mengalami kesulitan. Dalam diri Arsena, sejak ia kecil sudah merasakan
hubungan yang menyimpang, Edu adalah lelaki kedua yang dekat olehnya setelah Anto. Arsena mengalami banyak interaksi dan konflik terhadap tokoh Edu,
Hilman bahkan Nancy. Kehadiran Tokoh Edu, Hilman dan Nancy guna mengetahui seberapa besar
interaksi di antara para tokoh ini. Setiap pemain memiliki konfliknya yang berbeda-beda dengan tokoh Arsena. Latar tempat, latar waktu dan latar sosial
digunakan untuk membantu menganalisis latarbelakang kehidupan Arsena guna melihat peristiwa-peristiwa yang dialami Arsena dan Alur digunakan sebagai
analisis untuk memahami tokoh Arsena dan bagaimanakah jalan cerita yang dibuat oleh pengarang untuk membuat pembaca berpikir tentang kehidupan
Arsena.
Pada bab III, penulis akan menganalisis tokoh Arsena yang akan menggambarkan faktor-faktor psikologi yang dialami tokoh Arsena. Akan
diungkap bayangan-bayangan masa lalu Arketipe yang akan mempengaruhi kepribadian tokoh Arsena. Penulis menggunakan Kajian psikologi Arketipe Carl
Gustav Jung yang meliputi persona, shadow, anima-animus serta sel