Persona Arsena sebagai Anak

perempuan. Bahkan mereka melakukan hubungan suami istri, karena terlalu sayangnya Nancy kepada Arsena. Lalu Nancy membimbingku masuk ke dalam vila, menuju kamar yang juga sudah dia persiapkan. Kamar tidur penuh cahaya lilin. Kami saling tukar rasa sayang diranjang, saling menanggalkan seluruh baju sampai kami seperti bayi yang baru lahir. Tidak, kami bagaikan sepasang ular yang saling mencumbu. Nancy telah menyerahkan seluruh dirinya kepadaku Riantiarno, 2004: 318. Semua yang kita lakukan di Cp, adalah bukti cintaku. Aku istrimu, kau suamiku, sampai kapan pun aku akan mengakuinya Riantiarno, 2004: 327. Sejak hubungan intim yang mereka lakukan. Arsena semakin bimbang terhadap dirinya itu karena kedekatannya dengan Edu. Nancy mengenal Edu karena diperkenalkan oleh Arsena. Tapi Nancy tidak tahu kalau ternyata mereka menjalin hubungan. Arsena menggunakan topeng di hadapan Nancy untuk menutupi jika dirinya menjalin hubungan dengan Edu. “Aku terdiam. Tahukah Nancy apa yang selama ini kami lakukan? Tahukah dia, Edu dan aku sudah seperti suami istri? Mungkin dia tahu, paling tidak merasa. Celaka. Aku belum ingin terus terang. Aku takut akibatnya. Bisa jadi, percintaan kami langsung bubar. Aku tidak mau kehil angan Nancy” Riantiarno, 2004: 304. Namun bersama Nancy, Arsena menggunakan Topeng bahwa sesungguhnya ia homo, di depan Nancy ia bersikap sebagai lelaki normal. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Jantung rasanya hendak meledak karena bangga. Bagaimana tidak? Nancy membaca cerpen karyaku. Itu semacam pujian yang sangat membahagiakan” Riantiarno, 2004: 194. “Aku sungguh-sungguh. Kaulah semangatku. Mungkin aku sudah patah kalau kau tidak ada. Aku sayang Nancy.” Apa aku sedang bermain sandiwara ? Kata- kata itu meluncur begitu saja” Riantiarno, 2004: 219. Ternyata percintaan yang mereka lakukan tak membuat Arsena benar-benar ingin lepas dari Edu. Bahkan percintaan di vila Cp merupakan percintaan pertama mereka dan pertemuan terakhir mereka. Hal ini disebabkan karena Arsena selalu menemani Edu pergi. Nancy hamil saja Arsena tidak mengetahuinya. Sampai saat Nancy meninggal akibat aborsi, Nancy tidak mengetahui topeng yang digunakan Arsena untuk menutupi bahwa dirinya menjalin hubungan dengan Edu.

3.2.3 Persona Arsena Sebagai Homoseksual

Menjadi seorang normal memang impian semua orang. Tidak ada yang pernah meminta seseorang untuk menjadi lain. Arsena tokoh utama dalam novel Cermin Merah memang homo, namun Arsena tetaplah seorang laki-laki yang bisa tertarik dengan seorang wanita ini terbukti dari ia memiliki kekasih Nancy seorang perempuan. Peristiwa saat berada di sekolah, ia masuk dalam pesona Anto, teman satu kelasnya yang kenes. Sehingga ia harus mengalami percintaan yang melenceng dari adat yang tidak boleh menjalin hubungan sesama jenis. Tidak diketahui apa faktor dalam diri Arsena mengapa dia bisa mengagumi sosok Anto. Bahkan beberapa kali ia bercinta dengan Anto, merasakan perasaan lain. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Getaran aneh berhasil membukakan katup gairah kejantanan. Seharusnya aku malu. Tapi memang, kemaluanku berdiri. Harus kuakui. Wajarkah ini? Lalu bagaimana? Kuterima cintanya? Kemudian kami berpelukan. Disusul sebuah ciuman? Apa wajar? Ant o bukan seorang gadis” Riantiarno, 2004: 94. “Di tebing sungai yang landai, di atas hamparan tebal rumput gajah, kami rebahan. Pohon asem rindang melindungi kami dari cahaya matahari. Tak ada orang di sekitar kami. Hanya satu dua yang lewat di seberang kali dan melihat kami dengan tatapan mata aneh. Bagi Anto mungkin seperti piknik di country sambil menghindari kegaduan kota. Tapi bagiku, siksaan. Ya, meski siksaan yang manis” Riantiarno, 2004: 82-83. “Waktu itu aku merasa seperti pria sejati dan Anto gadis yang mendambakan cinta, Aku tak tahu dari mana sumber perasaan liar semacam itu. Tapi memang mendadak muncul begitu saja” Riantiarno, 2004: 94. Saat bertemu Edu juga Arsena merasakan perasaan yang sama saat bersama Anto. Arsena penasaran dengan Edu karena ia melihat reinkarnasi Anto orang yang ia sayang dan kakaknya orang yang menjadi Orintasi dirinya. Sehingga faktor untuk melakukan hubungan tak lazim membuatnya masuk lagi dalam keadaan seperti ini. Ini terlihat dalam kutipan berikut. Edu duduk di pinggir tempat tidur. Mengusap-usap rambutku. Lagi-lagi, tak kuasa mencegah. Dia barut-barut punggung dan leherku, mencoba menghangatkan tubuhku dan mengembalikan kesadaran. Tapi aku tetap tak berdaya. Dan, Aku mengenal Edu yang sebenarnya hari itu. Hilman betul. Edu selalu siap memanfaatkan setiap peluang. Dia tahu bagaimana cara memanfaatkannya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku lemah, tak berdaya Riantiarno, 2004: 275. Ada tiga jalan di depan, belok ke kiri untuk Edu, belok ke kanan untuk Nancy atau terus untuk dirinya sendiri. Arsena bingung dengan keadaan ini. Ia menggunakan topeng untuk menjalani hubungan ini. Arsena menjalani hubungan dengan Edu awalnya karena penasaran namun akhirnya ia menerima dan menikmati hubungan tersebut. Sedangkan Nancy sendiri tidak mengetahui bahwa Arsena berhubungan dengan Edu. Ini terlihat dalam kutipan berikut. „Aku tahu Nancy mulai mencium suasana aneh. Tapi dia diam. Lagi pula dia belum bisa membuktikan keanehan itu akan merugikan percintaan kami” Riantiarno, 2004: 281.