Shadow Tragedi 1965 Shadow kolektif dalam diri Arsena

Kekuatan shadow yang menampakkan diri dalam taraf tak sadar mengalahkan ego dalam diri Arsena sehingga Arsena memutuskan untuk meninggalkan kota C karena tekanan batin dan keadaan yang terus menekan hidupnya. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Kesulitan hidup semakin berat menekan. Segalanya mendadak jadi sulit atau dipersulit. Orang-orang memasang jarak. Malah ada yang terang-terangan memusuhi” Riantiarno, 2004: 25. “Aku tulis pula dampak surat G30SPKI, terutama terhadap anak-anak para tahanan politik. Anak-anak yang tak tahu apa-apa dan tidak pernah terlibat kegiatan partai bahkan belum lahir waktu peristiwa G30SPKI meletus. Mengapa dosa itu harus ditanggung? Tidak adakah cara lain yang lebih berbudaya?” Riantiarno, 2004: 311. Kekuatan shadow jelas saat ia harus menginggat kejadian sang ayah. Ketidakadilan yang dirasakannya membuat dia semakin terluka dan marah. Kepergian Arsena ke Jakarta merupakan kemarahan atas hidup yang berat yang harus dia jalani selama berada di kota C. Arsena tidak dapat mengontrol perasaan kecewanya saat orang bertanya perihal kehidupan masa lalunya. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Tapi jika tetap tinggal di C, apa yang harus aku lakukan? Kekecewaan sudah tak tertahankan lagi. Suasana makin menyesakkan dada. Rasanya aku sudah bukan milik kota C lagi. Tanpa dibuang aku merasa sudah jadi buangan” Riantiarno, 2004: 37. “Sejak tinggal di Jakarta aku mencoba sekuat daya melupakan peristiwa Ayah. Kenangan malam berhujan di C, sangat menyakitkan. Aku marah karena ayah pergi meninggalkan kami meskipun bukan atas kehendak sendiri” Riantiarno, 2004: 177. “Kakak benar. Jadi, membenci Ayah, sama dengan membenci di riku sendiri” Riantiarno, 2004: 177. Walaupun ia membenci dan kecewa terhadap kasus penangkapan sang Ayah, Arsena tetap memikirkan kelangsungan hidup keluarganya, Arsena merasa tidak akan dapat berkembang jika terus berada di kota C maka keputusan pergi ke Jakarta menunjukkan kekuatan ego mampu mengalahkan shadow kolektif dalam dirinya yaitu tekanan akan masa lalunya. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Jadi, tidak boleh ragu. Harus melakukan sesuatu. Langkah besar. Kalau sukses keluarga juga akan ikut memetik hasil. Aku janjikan itu dalam hati. Aku ingin maju. Dan harapanku, kerja hanya dapat diperoleh di kota besar macam jakarta” Riantiarno, 2004: 37. Arsena lebih memikirkan keselarasan dalam kehidupannya dengan menahan amarah dan kecewanya. Maka sekuat tenaga ia tetap berpikir untuk kehidupannya.

3.2.2.2 Shadow Penyimpangan Seksual

Homoseksual dalam masyarakat dipandang sebagai penyimpangan seksual, bahkan tabu untuk dibicarakan. Homoseksual adalah rasa ketertarikan seksual atau perilaku antar individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada “pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis” terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, “Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu Wikipedia, 2015. Kehidupan Arsena mengalami berbagai masalah, selain adanya peristiwa penangkapan sang Ayah akibat diduga terlibat PKI, ada shadow lain yang mempengaruhi kepribadian Arsena yaitu kehidupan homoseksual yang dialaminya. Shadow yang berhubungan dengan taraf tak sadar kolektif yang ada dalam diri Arsena adalah kemarahan terhadap orang- orang yang selalu menganggapnya tidak normal karena berhubungan dengan Edu. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Jadi semua yang terjadi di Jakarta dia tahu. Tosin sering datang. Pertengkaranku dengan Hilman mungkin juga dia sudah tahu sebabnya. Bukan tak mungkin dia tahu hubunganku dengan Edu. Apa dia tahu dorongan kebinatangan yang telah kulepaskan dengan bebas di Jakarta?” Riantiarno, 2004: 344. “Oo, aku tahu. Ibu sedang berdiplomasi lagi. Dia hendak menyebut aku tidak wajar karena tidak berhubungan dengan seorang perempuan. Hanya saja dia tidak mau berterus terang” Riantiarno, 2004: 357. Arsena marah kepada orang-orang maupun dirinya sendiri karena ia berhubungan dengan Edu. Namun, sebagai seorang ibu memang pantas menginginkan anaknya segera menikah dengan lawan jenis. Namun, Arsena merasa omongan ibu menyakitkan hatinya karena ia tidak bisa memenuhi keinginan sang ibu. Homoseksual merupakan hubungan yang dianggap tabu dan tidak diperbolehkan dari dahulu sampai sekarang. Hubungan Arsena dengan Edu menjadi konflik tersendiri yang mengakibatkan shadow dalam diri Arsena muncul akibat kemarahan. Kemarahan terhadap Edu karena Nancy meninggal dunia akibat aborsi karena Edu menutupi semua itu dari Arsena. serta Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Mengapa aku lalai? Kelalaian yang harus dibayar mahal. Tapi mengapa pembantu rumah tidak pernah memberi tahu Nancy pernah datang? Apa dia sudah memberi tahu Edu dan Edu tidak memberi tahu aku” Riantiarno, 2004: 326. “Jika saja aku menyuratinya, mungkin Nancy masih bersamaku dan kamu sudah menjadi suami istri. Dan selamat tinggal Edu Riantiarno, 2004: 402. Ini adalah bentuk kekecewaan Arsena terhadap Edu karena perbuatannya Arsena harus kehilangan Nancy. Namun, Arsena juga tidak dapat melepaskan Edu dari pelukannya. Hubungan Arsena dengan Edu karena adanya bayangan masa lalunya yaitu bayangan sosok Anto, teman dekatnya sewaktu masih berada di kota C. Arsena sadar bahwa hubungan ini tidak boleh karena kebudayaan kita tidak dapat menerima hubungan sesama jenis, Arsenal menyadari kekeliruannya itu. Ini telihat dalam kutipan berikut. “Tapi apa aku menyayanginya sama seperti cara dia menyayangiku? Entahlah. Lagi pula aneh rasanya mengucap sayang kepada sesama jenis” Riantiarno, 2004: 304. “Ibu sudah ingin mengendong cucu. Apa salah? Hubungan antara lelaki dan perempuan adalah kodrat. Pernikahan menjadi upacara untuk mengukuhkan hubungan itu. Kau harus segera didampingi seorang perempuan” Riantiarno, 2004: 357. “Bukan hanya cucu yang dia rindu, tapi yang paling penting adalah nasihatnya agar aku „hidup wajar‟. Kalau boleh berterus terang, aku sangsi apa bisa kawin dan punya anak” Riantiarno, 2004: 357. Sesungguhnya Arsena ingin berdebat dengan Ibu, tapi tidak . Arsena tidak mau dibilang hidup tidak wajar. Hidup bersama laki- laki maupun wanita dianggap sama saja. Kekuatan shadow Arsenal hadir dalam taraf tak sadar kolektif mengalahkan ego dalam dirinya. Kemarahan Arsenal terhadap Hilman tidak terkontrol lagi maka terjadilah pertengkaran karena Arsena tidak mau dibilang homoseksual. Ini terlihat dalam kutipan berikut. “Kata-kata Hilman menusuk ulu hati. Dia masih marah karena keteledoranku membawa kunci rumah pada malam pertama aku tidur di rumah Edu” Riantiarno, 2004: 287. “Hilman sudah menuduh. Dia bicara perkara ranjang Aku mendadak marah tapi masih coba menahan hati” Riantiarno, 2004: 288. Sangat jelas bahwa kekuatan shadow dalam diri Arsena, terlihat jelas saat berhadapan dengan Hilman. Hilman adalah sosok pengganti kakaknya namun Arsena berani melawan perkataan Hilman karena merasa tidak tahan menghadapi tuduhan Hilman. Arsena mampu mempertahankan keutuhan dirinya serta nama baiknya dihadapan Hilman walaupun mereka harus berakhir dalam sebuah pertengkaran.

3.3 Anima dan Animus dalam Diri Arsena

Seperti yang telah diungkapkan di dalam landasan teori, anima dan animus merupakan sisi kewanitaan dalam pria dan sisi kepriaan dalam wanita. Anima dan animus merujuk pada dasar manusia yang sebenarnya biseksual. Dalam kehidupan psikologi, setiap jenis kelamin akan termanifestasi dalam karekteristik, tempramen, dan sikap dari jenis kelamin tertentu. Psyche perempuan memiliki aspek maskulin arketipe animus yang sebenarnya dimiliki laki-laki, dan psyche laki-laki berisi aspek feminim arketipe anima yang sebenarnya dimiliki perempuan. Menurut Jung, baik anima maupun animus harus ditampilkan, laki-laki harus menampilkan sisi feminimnya, seperti halnya karakter maskulinnya. Demikian juga perempuan, harus menampilkan sisi maskulinnya seperti halnya femininitasnya. Apabila kedua aspek tersebut terbengkalai dan kurang berkembang, maka akan menyebabkan kepribadian hanya memiliki satu sisi