Aktivitas Pembelajaran PPKn SMP Kelompok Kompetensi C

30 Aspek Yang Diamati Baik Buruk Tutur kata Sikap Perilaku Tabel 6 F. Rangkuman 1. Tutur kata baik yang dimaksudkan adalah tutur kata sesuai nilai-nilai Pancasila yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Tutur kata baik adalah tutur kata yang secara umum diterima oleh masyarakat Indonesia, atau tutur kata yang mengandung nilai-nilai etika dan kesopanan yang jika diucapkan dipandang sopan oleh siapa saja di seluruh Indonesia 2. Bertutur kata buruk tentu saja kebalikan dengan tutut kata yang baik, jika dipandang dari nilai-nilai Pancasila , tentu saja tutur kata buruk adalah tutur kata yang menyimpang dari ajaran nilai norma moral secara umum diterima oleh masyarakat Indonesia. 3. Sikap mulia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila senantiasa menjadi ajaran kebaikan bagi warga negara Indonesia dan sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa menjadi lebih baik: ikhlas rendah hati , tidak menyombongkan diri,amanah ,taubat,prasangka baik terhadap orang lain, pemaaf, pemurah, syukur ,zuhud tidak terpaut pada dunia ,tenggang rasa ,sabar ,ridha dengan ketentuan Allah ,berani ,lapang dada,lemah lembut ,kasih sayang ,selalu ingat mati ,tawakal ,takut Allah ,suka dengan ilmu pengetahuan ,rasa malu, terutama jika berbuat salah ,kasih saying. 4. Sikap buruk menurut nilai-nilai Pancasila adalah kebalikan sikap baik yang senantiasa bertentangan dengan ajaran kebaikan bagi warga negara Indonesia dan sangat menghambat membangun bangsa karena menjadi “penyakit” bagi gerak langkah bangsa dalam membangun bangsa dan karakter bangsa rendah dirii, suka menyombongkan diri,kalau diberi amanah khianat ,maksiat ,prasangka buruk terhadap orang lain, pendendam, pelit, kyufur. H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut. Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini tindaklanjuti hasil belajar ini. 31 1. Apa yang BapakIbu pahami setelah mempelajari materi modul tentang perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? 2. Pengalaman penting apa yang BapakIbu peroleh setelah mempelajari materi modul tentang perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? 3. Apa manfaat mempelajari materi modul tentang perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai- nilai Pancasila? 4. Tindak lanjut pemahaman Anda terhadap modul ini adalah Implementasikan penguasaan terhadap modul ini terkait dengan pengembangan materi PPKn SMP.. 32 KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 Perubahan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Oleh Warih Sutji Rahayu, S.Pd, M.Pd A. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan Dasar pemikiran perubahan UUD RI 1945 dengan benar. 2. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu mendeskripsikan Tujuan perubahan UUD RI 1945 secara benar 3. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan pengertian alasan yuridis perubahan UUD RI 1945 secara benar 4. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan kesepakatan dasar dalam perubahan UUD RI 1945 5. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan proses perubahan UUD RI 1945 6. Dengan membaca dan berdiskusi peserta diklat mampu menjelaskan hasil perubahan UUD RI 1945

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pemikiran perubahan UUD RI 1945 2. Mendeskripsikan Tujuan perubahan UUD RI 1945 3. Menjelaskan pengertian yuridis perubahan UUD RI 1945 4. Menjelaskankesepakatan dasar dalam perubahan UUD RI 1945 5. Menjelaskan proses perubahan UUD RI 1945 6. Menjelaskan hasil perubahan UUD RI 1945

C. Uraian Materi Pembelajaran 1. Dasar Pemikiran Pembukaan UUD RI

Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 pada era reformasi tersebut merupakan suatu langkah terobosan yang mendasar karena pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 33 Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menegaskan bahwa “untuk mengubah Undang-Undang Dasar, sekurang- kurangnya 23 dari jumlah MPR harus hadir ”. Perubahan UUD dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan yang merupakan satu rangkaian dan satu sistem kesatuan. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 pertama kali pada Sidang Umum MPR tahun 1999 menghasilkan Perubahan Pertama. Setelah itu, dilanjutkan dengan Perubahan Kedua pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, Perubahan Ketiga pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001, Perubahan Keempat pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi ditangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan ralyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif presiden, disamping itu presiden juga punya Hak Prerogatif . Dua cabang kekuasaan negara yang seharusnya dipisahkan dan dijalani oleh lembaga negara yang berbeda, tetapi nyatanya berada di satu tangan presidan yang menyebabkan tidak bekerjanya prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi checks and balances dan berpotensi mendorong lahirnya kekuasaan yang otoriter. c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung pasal- pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsiran multitafsir, misalnya Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum diubah berbunyi “Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali” Rumusan pasal itu dapat ditafsirkan lebih dari satu, yakni tafsir pertama bahwa presiden dan wakil presiden dapat dipilih berkali-kali dan tafsir