31
SKKPD Ditjen PMPTK, 2007, masalah yang dihadapi peserta didik diungkap melalui instrumen yang relevan.
2 Menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang akan
diberikan 3
Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang akan diberikan
b. Pelaksanaan
1 Melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai jadwal dan materi
yang telah dirancang 2
Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang telah diberikan
3 Mencatat peristiwa dan hal-hal yang perlu perbaikan dan tindak lanjut
setelah layanan bimbingan klasikal dilaksanakan c.
Evaluasi 1
Melakukan evaluasi proses layanan bimbingan klasikal 2
Melakukan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang telah diberikan
D. Hakikat Pendekatan
Experiential Learning
1. Pengertian Pendekatan
Experiential Learning
Menurut Prayitno, dkk 1998: 90 e
xperiential learning
adalah sebuah pendekatan dalam penyelenggaraan bimbingan dinamika kelompok, dikatakan
efektif ketika dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif,
32
meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan
ketrampilan sosial. Kolb 1984 menjelaskan :
“experiential learning: expericence as the source of learning and development”
.
Dari pernyataan tersebut terdapat makna bahwa metode
experiential learning
adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik. Peserta didik secara aktif
mengeksplorasi, dan membuat catatan tentang peristiwa yang terjadi.
Experiential learning
dipahami sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan
guna meningkatkan keefektivan hasil belajar. Dengan
kata lain
experiential learning
merupakan model
pembelajaran yang membuat peserta didik terlibat langsung dalam proses belajar dan peserta didik mendapatkan pengalaman-pengalaman yang menjadi
suatu pengetahuan. Pengalaman yang dialami secara langsung oleh peserta didik dalam proses belajar akan mengalami perubahan, guna meningkatkan
efektivitas hasil belajar.
2. Karakteristik
Experiential Learning
Menurut Kolb 1984, ada 6 karakteristik
experiential learning
yakni: a.
Pembelajaran terbaik itu dipahami sebagai proses bukan terbatas pengetahuan, belajar tidak berakhir pada hasil pengalaman membentuk
kembali pengetahuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Belajar adalah pengalaman membentuk kembali pengetahuan.
Pembelajaran difasilitasi oleh proses yang mampu membuat siswa membangun gambaran mengenai keyakianan-keyakinan dan ide-ide
terhdap suatu topik sehingga dapat dijelaskan, diujikan, dan diintegrasikan dengan ide-ide baru.
c. Belajar membutuhkan resolusi dari konflik antara cara dialektikal yang
bertentangan dengan adaptasi dunia. Konflik, perbedaan dan ketidak setujuan yang menuntun proses belajar. Pergerakan ke belakang dan empat
cara berlawanan antar refleksi, tindakan, perasaan dan pikiran. d.
Belajar adalah proses menyeluruh dari adaptasi. Belajar bukan hanya hasil dari kognisi tetapi keterlibatan yang terintegrasi pada keseluruhan fungsi
individu: berpikir, merasakan, penerimaan dan bertindak. e.
Hasil belajar berasal dari sinergi transaksi antara manusia dengan lingkungan. Pembelajaran terjadi melalui keseimbangan proses dialektikal
asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep yang sudah ada dan mengakomodasikan konsep yang sudah ada pada pengalaman baru.
3. Tujuan