Membubu Kepiting Rawa Strategi Adaptasi Saat Terjadi Masa Paceklik

122 cuaca ekstrim, teknologi yang digunakan masih tradisional sehingga mereka rentan miskin dan menghadapi masa-masa paceklik. Adapun strategi adaptasi yang dilakukan oleh para nelayan tradisional yang ada di Desa Pematang Kuala ini adalah dengan mengisi kekosongan waktu luang mereka mengalihkan pekerjaan nelayan laut menjadi menangkap “kotam” kepiting, melibatkan anggota keluarga untuk mencari nafkah, berhutang biasanya berhutang pada kerabat keluarga, warung-warung dan bahkan kepada koperasi keliling atau bisa juga disebut dengan istilah rentenir.

5.8.1. Membubu Kepiting Rawa

Salah satu strategi adaptasi yang nelayan lakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan mengatasi terjadinya masa-masa sulit makan atau masa paceklik, nelayan di desa ini mengubah pola kerja mereka dari menagkap ikan dilaut melaut menjadi membubu kepiting dirawa-rawa atau sungai-sungai kecil. Penangkapan kepiting ini mereka menggunakan bubu yang terbuat dari benang titron dan bambu. Seperti yang dikemukakan oleh Bang Muslim: “....Mancing kotam lah dek kalo lagi tidak melaut, gimana lah porut lapar ondak di isi, bolum lagi kalo abang tidak merokok rasanya poning lah kepalo. Kalo dihitung-hitung pendapatan melaut ni, untuk boli rokok abah aja terkadang tidak cukup, tapi terkadang ada juga belebih dan dikasih lah ke mamak untuk boli beras. Jadi kalo tidak melaut ya begini lah kerja abah, memancing kotam”. 114 Universitas Sumatera Utara 123 Hal yang sama juga diutarakan oleh Pak Irwan: “Gimanalah porut ondak di isi, anak mintak jajan terus, tidak tau dia bapaknya tidak ada uang. Jadi haruslah kerja mocok-mocok untuk mendapatkan uang seperti yang adek liat ni lah kerja abang cari kepiting rawa”. Dalam mengisi waktu luang dengan memancing kepiting ini, umpan yang mereka gunakan untuk ngasih makan ke kepitingnya yang disangkutkan ke mata pancing dalam bubu tersebut yaitu menggunakan ikan gulamo sebagai umpan. Hal ini mereka sebut memancing karena meskipun alat yang digunakan sejenis bubu, akan tetapi untuk menjerat kepitingnya mereka menggunakan mata pancing yang diisi umpan. Terkadang mereka mengutang umpan kepada salah satu toke kepiting yang juga menyediakan umpan. Setelah bubu diambil dan jika ada mendapat kepiting barulah umpan tersebut dibayar sebesar Rp.3.000kg, dan hasil tangkapan tersebut harus dijual kepada toke yang menyediakan umpan tersebut. Akan tetapi jika dalam membubu ini mereka tidak mendapat kepiting, toke tidak membebankan umpan tersebut harus dibayar. Seperti yang dikemukakan oleh Bang Muslim: “Tidak ada umpan ke rumah bang Edi lah mintak umpan bang edi adalah toke kepiting yang juga menyediakan umpan nanti pulang mancing baru dibayar, tu kalo tidak dapat kepiting ya gak harus bayar juga, tapi kalo dapat, kepitingnya harus dijual kepada beliau tu juga lah”. Untuk aktivitas memancing kepiting ini, mereka memasang bubunya pada sore harinya, dan keesokan harinya pagi-pagi barulah bubu ini dilihat dan diambil 115 Universitas Sumatera Utara 124 kembali. Terkadang dari hasil memancing ini juga mendapat penghasilan yang lumayan membantu mereka dalam pemenuhan kebutuhan makan keluarga. Jika lagi ada rejeki mereka terkadang ada penghasilan berkisar antara Rp.5.000;- hingga mencapai Rp.35.000;-dalam sekali memasang bubu tersebut. Tergantung juga pada banyak sedikitnya bubu yang dipasang.

5.8.2. Mencari Kerja Mocok-Mocok