106 tangkapannya sendiri sesuai harga pasar tanpa adanya pengurangan harga dari
juragan sampan.
5.3.2. Pengeluaran
Pengeluaran merupakan segala sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia baik berupa barang-barang, jasa, uang dan sebagainya guna untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia tersebut. Seperti manusia yang memiliki pekerjaan lain pada umumnya, misalnya saja masyarakat petani. Masyarakat nelayan juga sudah pasti
memiliki pengeluaran layaknya pengeluaran para petani. Kebutuhan sandang, pangan, papan, yang harus mereka penuhi. Keluaran setiap rumah tangga memiliki bermacam
keragaman, sesuai dengan kondisi rumah tangga dari tiap-tiap nelayan tersebut. Misalnya untuk nelayan pekerja dengan juragan memiliki pengeluaran yang berbeda.
Hal ini dilihat dari beban biaya hidup yang mereka keluarkan setiap harinya. Untuk para nelayan juragan, mereka memiliki pengeluaran yang lebih besar
dibanding dengan nelayan pekerja, misalnya mereka harus mengeluarkan uang setiap harinya untuk ongkos dan jajan anak-anak mereka yang sudah sekolah SMP, dan
SMA. Karena pada hakekatnya, di Desa Ini khususnya untuk mereka yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, hanya para juragan lah yang mampu menyekolahkan
anaknya hingga jenjang pendidikan SMA hingga perguruan tinggi. Sementara untuk nelayan pekerja yang telah peneliti temui, rata-rata anak-anak mereka hingga saat ini
masih mengenyam pendidikan SMP dan SD, bahkan ada yang belum bersekolah. Tetapi pada dasarnya yang menjadi kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang
98
Universitas Sumatera Utara
107 wajib dan yang paling utama untuk dipenuhi keluarga. Seperti yang diutarakan oleh
Pak Poniman sebagai berikut: “Tidak lah pula harus beli yang mahal-mahal, seperti perabot rumah yang
mewah, kalo ada rejeki yang belebih, barulah ibuk terkadang beli kebutuhan- kebutuhan lain seperti elektronik, pokoknya yang paling diutamakan
kebutuhan porut lah porut adalah bahasa melayu pesisir untuk kata “perut””.
Beberapa istri dari nelayan mengutarakan pengeluaran pola konsumsi mereka setiap harinya. Istri dari Pak Irwan yang bernama Ibu Selly mengatakan bahwa:
“kalo untuk pengeluaran setiap harinya itu bisa sajalah sampek Rp.40.000 itu juga udah di cukup-cukupkan. Untuk beli beras saja setiap harinya habis
sekitar Rp.15.000 untuk sekilo setengah beras, belum lagi untuk beli sayur, ikan, bumbu-bumbu masaknya, minyak makan dan untuk jajan anak saya.
Anak saya tu tidak tau menau masalah mamaknya punya uang atau tidak, kalo dia tengok ada jajanan lewat ya harus beli lah tu”.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Pak Wasiman yaitu: “kalo belanja Tri panggilan untuk nama peneliti, seberapa dapat bapak,
itulah yang dibelanjakan ibuk kau. Dapat banyak segitulah dibelanjakan dan sisanya ditabung untuk besok kalo bapak lagi tidak ada rejeki. Kalopun tidak
dapat terkadang ibuk kau ngutang lah di kodai. Itu untuk makan ajalah tu. Tapi kalo masalah pengeluaran ntah dihari-hari raya tu memang besarlah
biaya kalo dituru-turutkan, untuk beli pakaian lah, buat kue lah dan sebagainya. Tapi karena tidak ada uang terpaksa lah gak beli baju raya,
untung nya anak-anak bapak udah besar, jadi mereka ngerti lah sikit gimana keadaan ayahnya”.
Pada umumnya, yang menjadi prioritas utama yang harus dipenuhi oleh para
nelayan di Desa Pematang Kuala ini adalah kebutuhan primer, terutama kebutuhan pangan. Untuk beli pakaian itu hanya setahun sekali dan itu juga tidak terlalu
dipaksakan. Namun berbeda halnya lagi untuk anak-anak mereka yang masih kecil, bagimanapun juga caranya mereka akan berusaha untuk membeli pakaian anaknya
99
Universitas Sumatera Utara
108 jika pada saat lebaran meskipun mereka terpaksa mengutang atau mengangsur
pakaian anak-anaknya pada penjual pakaian angsuran yang biasanya ada pada saat mendekati hari lebaran. Pendidikan, pengobatan, dan pembelian perabot rumah
tangga merupakan prioritas kedua mereka setelah kebutuhan makan terpenuhi dengan baik. Dalam hal kesehatan, jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, mereka
cukup membeli obat-obat di warung, dan jika sakitnya sudah agak lumanyan dan tidak sembuh juga dengan hanya minum obat warung, maka alternatifnya mereka
biasanya memanfaatkan fasilitas puskesmas untuk berobat karena biaya ke puskesmas lebih murah dan tidak banyak menambah beban pengeluaran keluarga dibanding
harus berobat ke rumah sakit pada umumnya. Selain itu pengeluaran yang harus mereka keluarkan setiap bulannya adalah
biaya untuk pembayaran rekening listrik dan terkadang dalam dua minggu sekali keluar uang juga untuk mengisi ulang gas rata-rata nelayan di sini sudah
menggunakan gas untuk istri mereka memasak. Berdasarkan dari pernyataan beberapa informan penelitian yang telah
diungkap di atas, maka untuk mempermudah mengetahui seberapa besaran pengeluaran setiap informan dalam setiap bulannya dapat di lihat pada tabel 10
berikut ini:
100
Universitas Sumatera Utara
109
Tabel 10. Pengeluaran rata-rata informan bulan No.
Nama Informan PendapatanBulan
Rp PengeluaranBulan
Rp
1 Yusaini
750.000 700.000
2 Poniman
865.000 600.000
3 Muslim
750.000 700.000
4 Irwan
750.000 600.000
5 Utok
600.000 600.000
6 Wasiman
900.000 800.000
7 Zainal Abidin
900.000 600.000
8 Sijoi
600.000 600.000
9 Dewa
600.000 600.000
10 Adek
600.000 600.000
11 Linda
6.000.000 3.000.000 – 4.000.000
Sumber data: Data primer penelitian 2014
Dari data tabel dan pengeluaran nelayan tersebut, terdapat seberapa besar penghasilan dan pengeluaran mereka dalam setiap bulannya. Pendapatan memiliki
beda tipis dengan pengeluaran mereka setiap bulannya. Dan pengeluaran tersebut masih dalam hitungan biaya makan atau kebutuhan pokok , biaya sekolah anak setiap
harinya, dan belum termasuk biaya perlengkapan perabot rumah dan biaya kesehatan. Selain itu dapat di lihat juga perbedaan pendapatan dan pengeluaran antara nelayan
juragan, nelayan toke dan nelayan pekerja, dan terlihat juga perbedaan penghasilan
101
Universitas Sumatera Utara
110 antara nelayan pinggiran dan nelayan tengah, dan antara nelayan yang menyewa
sampan milik juragan dan nelayan dengan sampan sendiri. Berdasarkan penjelasan besar penghasilan dan pengeluaran yang harus
mereka penuhi setiap bulannya, terlihat bahwa kesempatan para nelayan pekerja untuk menabung penghasilan mereka untuk perabot rumah dan untuk biaya makan
saat terjadi musim paceklik sangat minim bila di bandingkan dengan para juragan lebih mampu dan lebih siap dalam segi keuangan untuk menghadapi musim – musim
paceklik sementara para nelayan pekerja harus mencari kerjaan serabutan atau kerja mocok – mocok saat terjadi musim paceklik seperti memancing atau membubu
kepiting rawa, mendodos sawit , mencari kerja upahan cabut ubi kayu dan sebagainya.
5.4. Analisa Penyebab Kemiskinan Nelayan 5.4.1. Kondisi Alam