89 Pak Sijoi mengatakan bahwa penghasilan rata-rata beliau setiap harinya
Rp.50.000,-harinya dan penghasilan tersebut kotor, setelah dikurangi modal belanja melaut rata-rata pendapatan tersebut hanya berkisar Rp.20.000-an dalam sehari
melaut. Sudah pasti dengan penghasilan segitu belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Dengan pendapatan 20.000 setiap hari, untuk biaya makan saja
sangat kurang apalagi untuk keperluan mendesak yang tidak terduga. Menurut beliau, menurunnya pendapatan nelayan dominan disebabkan karena keadaan cuaca yang
sangat buruk apalagi pada bulan-bulan musim penghujan saat ini, sering terjadi angin koncang, berombak dan gejala alam lainnya.
Selain sebagai nelayan pekerja, Pak Sijoi tidak memiliki pekerjaan lain di darat, nelayan merupakan satu-satunya mata pencaharian beliau dan merupakan
pekerjaan utamanya. Untuk mengisi waktu luang saat beliau tidak melaut baik karena keadaan cuaca yang tidak mendukung untuk melaut maupun karena tidak ada modal
belanja melaut, beliau hanya mengisi waktu luang dengan membubul memperbaiki jaring dan peralatan lainnya yang rusak. Selain itu, terkadang beliau ngumpul-
ngumpul dengan teman-teman para nelayan lainnya di sekitar pinggir pantai tempat mereka memarkirkan sampannya.
5.1.1.9. Nama : Dewa
Usia : 36 Tahun
Etnis : Batak
Penghasilan bulan : Rp.600.000;-
Pengeluaran bulan : Rp.600.000;-
81
Universitas Sumatera Utara
90
Jumlah tanggungan : 3 orang
Pendidikan Terakhir : SMP
Kepemilikan Alat Tangkap : Milik Juragan
Jabatan : Nelayan Pekerja
Saat menemui Pak Dewa, peneliti saat itu tengah mencari informan langsung ke pinggir pantai tempat para nelayan start atau berangkat melaut, dan tempat para
nelayan memarkirkan sampan-sampan mereka. Ketika ditemui, Pak Desa baru pulang dari melaut dan masih sibuk memarkir sampannya disekitar pinggiran pantai sambil
bercerita-cerita dengan teman-temannya sesama nelayan. Umumnya pembicaraan yang dibahas oleh para nelayan ini yaitu mengenai seputar aktivitas dan proses
melaut mereka. Setelah semua kesibukannya selesai barulah peneliti mulai mendatangi Pak Dewa untuk melakukan wawancara. Dan dengan ramahnya beliau
mengajak peneliti duduk di pondok yang terdapat disekitar pinggir pantai tersebut. Pak Dewa adalah seorang kepala keluarga yang memiliki 3 orang tanggungan,
istri dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil, anak pertama beliau masih menduduki sekolah Taman Kanak-kanak TK, dan anak kedua beliau masih bayi dan
kebetulan saat itu istri Pak Dewa baru sekitar sebulanan yang lalu melahirkan anak beliau yang kedua. Pak Dewa bukanlah asli warga desa Pematang Kuala, beliau
merupakan pindahan dari Tanjung Balai, setelah menikah saat usia 20 tahun tidak lama dari usia pernikahannya beliau sudah memulai menggeluti pekerjaan sebagai
nelayan. Karena sulitnya mencari pekerjaan saat ini hanya dengan mengandalkan ijazah SMP maka salah satu pilihan terakhir yang bisa dilakukan adalah menjadi
seorang nelayan.
82
Universitas Sumatera Utara
91 Alat tangkap yang informan miliki adalah berasal dari juragan, seperti sampan
dan jaring yang biasa beliau gunakan untuk menangkap ikan saat melaut. sehingga seberapapun penghasilan yang beliau dapatkan harus diserahkan sebagian kecilnya
kepada juragan. Pekerjaan sebagai nelayan sangat tidak menjanjikan untuk bisa hidup layak, sehingga untuk membantu pemenuhan kebutuhan hidup mereka, istri
Pak Dewa juga membuat usaha kecil-kecilan yaitu mengangsurkan barang-barang elektronik di sekitar Desa mereka. Jika hanya mengharapkan penghasilan suami, bisa
dikatakan hanya untuk pas-pas makan sehari-harinya, sementara kebutuhan keluarga bukan hanya untuk makan semata
5.1.1.10. Nama : Adek