Pendapatan atau Penghasilan Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan

99 mempu menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang pendidikan SMP saja, dan ada juga yang hingga jenjang pendidikan SMA, namun sangat jarang ditemui.

5.3.1. Pendapatan atau Penghasilan

Nelayan merupakan suatu pekerjaan yang tidak dapat ditentukan penghasilan atau pendapatannya. Pendapatan merupakan imbalan atau balas jasa yang di dapatkan oleh para nelayan setelah setiap kali pulang melaut. pendapatan untuk para nelayan pinggiran atau nelayan pukat juga berbeda antara nelayan pukat yang memiliki sampan sendiri dan nelayan pukat yang menyewa sampan pada juragan. Pendapatan untuk nelayan pukat yang memiliki sampan dan modal sendiri adalah murni dari seberapa banyak ikan yang dia dapatkan dan seberapa tinggi harga jual di pasaran maka bersihlah segitu yang didapatkannya. Sementara untuk nelayan pukat dan nelayan tengah atau nelayan pancing yang menggunakan sampan juragan dan modalnya juga dari juragan, maka pendapatan bersih mereka adalah setelah dikurangi jatah dan setelah modal dikembalikan ke juragan. Pendapatan nelayan di Desa ini pada umumnya masih sangat tidak mencukupi, untuk makan saja masih kurang belum lagi untuk pendidikan anak-anak dan untuk pembelian kebutuhan sekunder lainnya. Tidak ada ukuran yang dapat memastikan pendapatan nelayan dalam setiap melautnya, untuk nelayan pinggiran dalam setiap melaut hanya dapat dirata-ratakan sekitar Rp.25.000-30.000:- setelah dikurangi jatah juragan dan pengeluaran tiap melautnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang nelayan pinggiran yang menyewa sampan pada juragan mengatakan bahwa: 91 Universitas Sumatera Utara 100 “Pendapatan nelayan ini ya gitu lah dek, tergantung rejeki dan keadaan cuaca, terkadang melaut dan ada juga penghasilan sekitar Rp.25.000-an lah bersih. Dan terkadangpun juga tidak bisa melaut karena cuaca tidak baik”. Sementara itu, untuk nelayan tengah yang pada umumnya menggunakan sampan juragan, pendapatan mereka juga berbeda dengan para nelayan pinggiran. Untuk nelayan pancing, pendapatan mereka dalam sekali melaut yang berkisar antara 4-5 hari melaut adalah rata-rata sekitar Rp.100.000-300.000:- dalam sekali melaut dan sering juga para nelayan tengah juga tidak mendapat ikan sama sekali. Hal ini sangat tergantung pada keadaan cuaca. Sangat sering juga ketika sedang melaut terjadi parubahan cuaca ekstrim yang membuat penghasilan para nelayan jadi menurun drastis. Keadaan ini dipertegas oleh Pak Poniman, berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, Pak Poniman mengatakan: “Untuk pekerjaan nelayan ni Put, pendapatan kami tu tidak bisa dipastikan. Terkadang dapat banyak, dan terkadang tidak mendapat sama sekali, semua itu tidak dapat ditentukan juga tergantung rojoki lah kato orang melayu sini bilang. Terkadang juga ada lah untuk pas-pas makan, dan terkadang tidak ada terpaksa ngutang lah ke warung-warung untuk belanja dapur”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pak Yusaini: “kalo rejeki itu kita manusia gak ada yang tau dek, semua Allah yang ngatur. Kalo dihitung-hitung pendapatan nelayan ni dirata-ratakan sekitar Rp.200.000-an lah bersihnya dalam sekali melaut. jelaslah pendapatan segitu tidak mencukupi paling hanya bisa untuk biaya hidup sekeluarga selama 3-4 hari. Karna di nelayan adalah mata pencaharian saya satu-satunya, tidak ada nanam padi jadi semuanya beli. Yaa di cukup-cukupkan lah”. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Pak Irwan adalah sebagai berikut: 92 Universitas Sumatera Utara 101 “.......Pernah 2 minggu yang lalu kelompok bapak yang nelayan tengah mendapat penghasilan Rp.700.000 bersih per orangnya, namun setelah itu udah 2 kali melaut ni atau selama 2 minggu ni pendapatan kami kosong, dan hanya mendapat pinjaman dari juragan lah, yah gitu lah dek kalau dirata- ratakan Cuma segitu lah penghasilannya Rp.200.000 dalam sekali melaut” Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut maka dapat dipahami untuk pendapatan nelayan itu tidak dapat diprediksikan jumlahnya. Berbeda halnya dengan pekerja bulanan yang sudah pasti setiap bulannya gaji mereka sudah ditentukan. Nelayan di Desa Pematang Kuala ini mengatakan sangat susah hidup hanya bermata pencaharian sebagai nelayan saja tanpa ada kerja sampingan lainnya. Namun meskipun demikian ya harus gimana lagi mau kerja darat tidak ada pekerjaan. 93 Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Penghasilan Bulan Nelayan Berdasarkan Musim dan Penjualan. No Kategori Nelayan Jumlah Tangkapan Ikan Berdasarkan Musim kg Harga Pembayaran Oleh Juragan Rp Kg Rata-rata Penghasilan Bulan Rp Panen Kg Biasa Kg Paceklik Kg Laut Tengah RpKg Laut Pinggir RpKg Ikan Tongkol Tamban Gulamo Kasai Belanak 1 Nelayan Juragan 500-600 200-300 0 – 20 - - - - - 6.000.000 2 Nelayan Toke 500-600 200-300 0 – 20 10.000 - - - - 865.000 3 Nelayan Pekerja Laut Tengah 500-600 200-300 0 – 20 10.000 - - - - 750.000 4 Nelayan Pekerja Laut Pinggir 15 5 - 8 0 – 2 - 5.000 4.000 3.000 3.000 600.000 5 Nelayan Pinggir Sampan Sendiri 15 5 - 8 0 - 2 - 7.000 6.000 5.000 5.000 900.000 Sumber data: Data Primer Penelitian 2014 94 Universitas Sumatera Utara 103 Berdasarkan data dari table penghasilan bulan nelayan berdasarkan musim dan penjualan tersebut diatas dapat dilihat bahwa nelayan toke memiliki penghasilan rata-ratabulan sebesar Rp. 865.000, untuk nelayan pekerja kategori laut tengah adalah sebesar Rp. 750.000, kategori nelayan pekerja untuk laut pinggir sebesar Rp. 600.000, dan untuk nelayan pinggir yang menggunakan sampan sendiri yaitu sebesar Rp. 900.000, sedangkan untuk penghasilan rata-ratabulan kategori nelayan juragan adalah sebesar Rp. 6.000.000. Dalam hal ini sangat terlihat jelas perbedaan penghasilan antar setiap nelayan dan dapat kita defenisikan sendiri dari tabel penghasilan tersebut bahwa kaum juragan memiliki kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik dibanding dengan nelayan pekerjanya, mereka lebih mampu membeli kebutuhan sekunder lainnya dan lebih mampu memberikan pendidikan kepada anak- anak mereka. Stratifikasi sosial masyarakat nelayan dalam hal ini terlihat sangat jelas, dimana berdasarkan tabel tersebut tertulis bahwa harga penjualan yang juragan bayar kepada para pekerja sebesar Rp. 10.000kg, sementara juragan dapat menjual kembali ikan-ikan tersebut kepasar dengan harga dua kali lipat dari harga yang mereka bayar kepada nelayan pekerja untuk harga kg nya. Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat sangat jelas bahwa teori stratifikai sosial Karl Marx berlaku dalam masyarakat nelayan di desa Pematang kuala ini. Dimana kaum kapitalis atau juragan secara tidak langsung menekan dan menguras tenaga kaum proletar atau nelayan pekerja, sementara gaji yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan tenaga dan kerja keras yang mereka lakukan bahkan bahaya-bahaya yang mereka hadapi saat melaut. sementara itu, untuk data penghasilan informan perbulannya berdasarkan musim 95 Universitas Sumatera Utara 104 dimana dalam konteks ini terdapat 3 musim, yaitu musim panen, biasa, dan musim paceklik dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 9. Penghasilan rata-rata informanbulan berdasarkan musim. No . Informan Penghasilan rata-rata Bulan Jumlah pengahsilan Rata-rata bulan Rp Panen Rp Biasa Rp Paceklik Rp 1 Juragan 3.500.000 2.500.000 - 6.000.000 2 Toke 420.000 345.000 100.000 865.000 3 Nelayan pekerja Laut tengah 420.000 230.000 100.000 750.000 4 Nelayan pekerja Laut pinggir 150.000 400.000 50.000 600.000 5 Nelayan pinggir Sampan sendiri 320.000 790.000 - 900.000 Sumber data : Data primer penelitian 2014 Pada tabel 9 dijelaskan rincian penghasilan rata-rata nelayan dalam setiap bulannya berdasarkan musim-musim tersebut. Untuk nelayan juragan mereka pada saat-saat musim panen atau dalam penelitian ini setelah di rata-ratakan dalam satu bulan terjadi 1 kali melaut musim panen untuk kategori nelayan tengah, juragan sampan memiliki penghasilan sebesar Rp. 3.500.000;- setiap bulannya untuk masa panen, sementara untuk musim biasa setelah dirata-ratakan terjadi 2 kali melaut untuk laut tengah yang beroperasi selama 4-5 hari dimana satu kali melautnya mendapat Rp.2.500.000 untuk 2 kali melaut musim biasa selama satu bulan dan untuk musim paceklik nelayan juragan tidak mendapat penghasilan, dan malah mereka harus mengeluarkan uang pinjaman kepada nelayan pekerja sebesar Rp.100.000orang. 96 Universitas Sumatera Utara 105 Sementara itu, untuk nelayan pekerja dalam kategori laut tengah, penghasilan mereka pada musim panen sebesar Rp. 420.000 sudah dikurangi pembayaran pinjaman sebesar Rp.50.000 yang mereka terima ketika saat pergi melaut atau untuk uang pertinggal untuk anak dan istri mereka selama ditinggal melaut, untuk penghasilan musim biasa nelayan pekerja sebesar Rp. 230.000 setelah dikurangi pinjaman, dan untuk musim paceklik para nelayan pekerja ini tidak mendapat ikan meskipun sudah pergi bekerja namun mereka harus pulang dengan tangan kosong namun saat seperti ini mereka mendapat pinjaman dari juragan sebesar Rp.100.000, yang mereka terima Rp.50.000 saat berangkat melaut dan Rp.50.000 setelah pulang melaut, dan pinjaman ini akan dibayar kembali kepada juragan setelah mereka memiliki penghasilan pada saat pergi melaut berikutnya. Jadi total penghasilan nelayan pekerja laut tengah untuk setiap bulannya sekitar Rp. 750.000bulan. Begitu juga untuk nelayan pekerja untuk kategori nelayan pinggir. Setelah dilakukan penelitian menurut para informan, selama 30 hari dalam sebulan dapat dirata-ratakan mereka memiliki musim panen selama 5 hari tidak berturut-turut, musim biasa 20 hari tidak berturut-turut dan musim paceklik selama 5 hari. Sehingga dapat diperhitungkan, untuk musim panen mereka memiliki penghasilan Rp. 150.000 bersih setelah dikurangi modal melaut yang harus mereka keluarkan setiap harinya, untuk hari biasa sebesar Rp.400.000, dan untuk musim paceklik sebesar Rp.50.000, jadi total penghasilan nelayan pekerja untuk laut pinggir setiap bulannya adalah sebesar Rp.600.000;-. Dan begitu pula untuk nelayan pinggiran yang memiliki sampan sendiri, bedanya mereka dapat menjual langsung hasil 97 Universitas Sumatera Utara 106 tangkapannya sendiri sesuai harga pasar tanpa adanya pengurangan harga dari juragan sampan.

5.3.2. Pengeluaran