43 a.
Rekayasa sumberdaya nafkah yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor produksi secara lebih efektif dan efisien, baik melalui penambahan input
eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi ekstensifikasi maupun dengan memperluas lahan produksi intensifikasi.
b. Pola nafkah ganda yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola
nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan diversifikasi pekerjaan.
c. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara melakukan
mobilisasi baik secara permanen maupun secara sirkuler. Sirkuler adalah surat edaran atau daftar yang dikirimkan kepada beberapa orang di beberapa tempat
untuk menyampaikan pesan agar dapat diketahui ataupun dilaksanakan.
2.6. Stratifikasi Sosial Pada Masyarakat Nelayan
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali disamakan, padahal disisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat
perbedaan. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam hirarki secara vertikal. Membicarakan stratifikasi sosial
berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar – orang atau kelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Sedangkan adapun pengertian kelas sosial sebenarnya
berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Dengan
demikian kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai budaya, sikap dan perilaku sosial yang secara umum
35
Universitas Sumatera Utara
44 sama. Misalnya masyarakat kelas menengah keatas dalam banyak hal memiliki
karakteristik yang berbeda dengan masyarakat miskin, bukan hanya dalam hal penampilan fisik mereka, seperti cara berpakaian dan sarana transportasi yang
digunakan atau bahkan mereknya, tetapi diantara mereka biasanya juga berbeda ideologi, nilai yang dianut, sikap, dan perilaku sehari-harinya.
Menurut Soerjono Soekanto 1982, didalam setiap masyarakat dimanapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai dalam
masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status “darah biru” atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat, atau apa pun yang bernilai
ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Misalnya di lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak sering
kali dianggap jauh lebih berharga daripada gelar akademis. Sementara itu dikalangan masyarakat kota yang modern, yang terjadi sering kali sebaliknya.
Pitirim A. Sorokin dalam Soerjono Soekanto : 1982 mengemukakan stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat hierarkis. Perwujudanya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-
lapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya
diantara anggota-anggota masyarakat. Karl Marx beranggapan dalam Elly dan Usman 2011:412 bahwa masyarakat
dan kegiatan-kegiatannya pada dasarnya merupakan alat-alat yang terorganisasi agar manusia dapat tetap hidup. Di dalam struktur masyarakat kelas sosial kenyataan
36
Universitas Sumatera Utara
45 dalam masyarakat yang timbul dari sistem produksi akibat ada anggota yang memiliki
tanah dan alat-alat produksi. Kriteria lainnya dalah tingkat kebebasan pribadi sebagai pemisah antara kelas-kelas yang seharusnya, tetapi hanya dengan memiliki kriteria
pemilikan alat produksi menjadi termasuk dalam kelas yang sama. Misalnya dibedakan antara budak dan proletar, yaitu budak menjadi harta atau kekayaan dari
kelas lain, sedangkan proletar adalah orang bebas yang dapat menjual tenaga kerjanya. Jadi, kelas didalam hal ini digunakan dalam rangka ekonomi, dan berada
dalam pertentangan untuk berebut kekuasaan. Kemudian Marx meramalkan akan terbentuk suatu masyarakat dimana semua kelas pengertian Marx akan lenyap
dengan sendirinya. Segala sesuatu yang masih berada diluar landasan produksi hanya mewujudkan lapisan atas yang ideologis, misalnya nisbah-nisbah dari sistem politik
dan kehakiman, pandangan-pandangan, teori-teori, kesenian, filsafat dan juga agama. Lambat laun, atau mungkin cepat, semua itu akan berubah bersama-sama dengan
perubahan dalam tata masyarakat dan tata ekonomi. Kaum proletar diperas tenaganya oleh kaum kapitalis dengan apa yang disebut
“nilai lebih”, sebab pekerja memberi nilai lebih kepada majikan, dan pembayaran yang diterima pekerja lebih rendah daripada nilai produksi yang dihasilkannya.
Kekuatan yang mendorong kaum kapitalis adalah keinginan untuk menambah milik mereka dari adanya persaingan diantara perusahaan. Akibatnya monopoli ada
ditangan kaum kapitalis dan perusahaan kecil serta lemah gulung tikar. Jurang diantara yang kaya dengan yang miskin akan menimbulkan krisis, dimana produksi
melimpah dan daya beli tidak ada. Maka pada saat inilah menurut Marx, kaum
37
Universitas Sumatera Utara
46 proletar akan merebut kekuasaan dengan revolusi, dan disusul oleh masyarakat tanpa
kelas. Dalam penelitian ini, konsep stratifikasi sosial sangat terlihat jelas dimana
dalam masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan terdapat tingkatan-tingkatan atau kedudukan-kedudukan yang membedakan antar nelayan. Hal ini dapat dilihat dari
aspek kelas sosial, kedudukan dan aspek ekonominya. Oleh karena pada masyarakat nelayan juga memiliki pelapisan atau tingkatan kedudukan yang berbeda yaitu antara
kelas borjuis dan proletar atau bisa juga disebut antara kelas pemilik modal dan kelas pekerja atau buruh , maka konsep stratifikasi sosial dapat dikaitkan dengan penelitian
ini. Dalam konteks ini, dampak dari perubaan cuaca bukan hanya dirasakan oleh nelayan buruh namun juga sangat berdampak bagi nelayan pemilik modal atau
pemilik kapal. Artinya akibat dari perubahan cuaca tersebut, kehidupan ekonomi para pemilik modal juga mengalami pasang surut yang tidak menentu. Jika terjadi
perubahan cuaca yang tidak menentu, pemilik modal juga merasakan rugi yang amat besar karena modal awal atau untuk belanja para nelayan buruh selama berada dilaut
berasal dari pemilik modal atau pemilik sampan, dan sebaliknya pada saat cuaca stabil dan pendapatan nelayan buruh meningkat maka para pemilik modal ini juga
dapat meraup keuntungan yang lebih besar.
2.7. Defenisi Konsep.