Profil Informan Tambahan 1. Nama

92 pukat yang menggunakan sampan juragan, hari-harinya beliau berangkat melaut, pergi pagi dan pulang petang atau sore, kecuali hanya saat-saat tertentu saja. Misalnya seperti adanya kendala modal melaut, terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim yang tidak memungkinkan beliau untuk melaut, dan adanya keluarga yang kemalangan, dan sebagainya. Pak Adek adalah seorang nelayan yang memiliki 5 orang tanggungan keluarga. Beliau mempunyai 4 orang anak dan istri, dimana anak pertamanya masih menduduki jenjang pendidikan kelas 2 Sekolah Menengah Pertama SMP. Dilihat dari pekerjaan beliau, sangat bisa dipastikan dengan penghasilan yang sangat pas- pasan dan tidak dapat dipastikan, beliau tidak mampu memenuhi kebutuhan makan keluarga secara mewah dan berkecukupan. Jadi untuk menutupi kekurangan biaya tersebut, Pak Adek melakukan strategi apapun, misalnya mencari pekerjaan darat saat tidak melaut, seperti mencari kerja upah harian mencabut ubi, mendodos sawit dan sebagainya. 5.1.2. Profil Informan Tambahan 5.1.2.1. Nama : Linda Usia : 69 Tahun Etnis : Melayu Penghasilan bulan : Rp.6.000.000;- Pengeluaran bulan :Rp.3.000.000-4.000.000;- Jumlah tanggungan : 4 orang Pendidikan Terakhir : SMP Jabatan : Juragan Sampan 84 Universitas Sumatera Utara 93 Saat ditemui oleh peneliti saat sore hari, Pak Linda tengah duduk-duduk santai dengan keluarga beliau di teras rumahnya. Pak Linda adalah seorang ayah yang memiliki 3 orang anak yang ketiga-tiganya sudah memasuki usia remaja. Beliau memiliki 2 orang anak laki-laki, anak laki-laki pertamanya telah lulus untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA. Namun saat ini anak laki-laki pertamanya tersebut masih berhenti setelah tingkat SMA, dan Pak Linda masih belum mampu melanjutkan jenjang pendidikan anaknya ke Perguruan tinggi, anak laki-laki keduanya tengah berada di bangku pendidikan kelas 3 SMA, dan anak terakhir beliau perempuan tengah menduduki bangku pendidikan kelas 2 SMA, jadi Pak Linda memiliki 4 orang tanggungan 3 anak dan istri beliau. Selain memiliki pekerjaan sebagai juragan sampan, Pak Linda juga memiliki pekerjaan sebagai POLMAS Polisi Masyarakat di Desanya. Meskipum memiliki dua pekerjaan yang dapat dikatakan lumayan menghasilkan, namun beliau masih saja belum mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga jenjang pendidikan perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan penghasilan para anggota yang beliau pekerjakan belum tentu selalu dalam keadaan mendapat dan tidak dapat menjanjikan. Sehingga beliau takut suatu saat kondisi ekonomi keluarga semakin jatuh maka pendidikan anaknya terpaksa diberhentikan dan putus tengah jalan begitu saja, oleh karena itulah Pak Linda masih ragu untuk memasukkan anaknya ke bangku kuliah. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 orang informan tambahan lainnya yaitu dari kedua informan tambahan ini merupakan istri para nelayan. Yang pertama adalah Buk Saleha yang merupakan istri dari Bapak Linda yang merupakan seorang juragan atau pemilik sampan, dan yang kedua adalah Buk Selly yang merupakan istri 85 Universitas Sumatera Utara 94 dari salah seorang nelayan pekerja yaitu istri dari pada Pak Irwan yang merupakan nelayan pekerja untuk kelompok nelayan tengah atau nelayan pancing. 5.2. Proses Kerja Nelayan dan Pola Penangkapan Ikan Kegiatan keseharian para nelayan tradisional yang ada di Desa Pematang Kuala ini yaitu bekerja sebagai nelayan. Ada nelayan yang memiliki sampan dan modal sendiri yang setiap pergi melautnya mengeluarkan modal sebesar Rp.30.000,- hari yang sudah pasti pendapatan merekapun bersih tanpa ada pemgbagian untuk juragan karena sampan dan modal sendiri, ada pula nelayan yang menyewa sampan pada juragan namun modal untuk melaut menggunakan modal sendiri sebesar Rp.30.000,-hari dan penhasilan tangkap mereka dijual oleh pemilik sampan dan mereka dibayar dengan harga yang tidak sama dengan penjualan juragan ke pasar- pasar atau TPI. Selain itu terdapat juga nelayan yang menyewa sampan serta dimodali juga oleh juragan atau pemilik sampan tersebut dan biasanya nelayan seperti ini melaut ke tengah-tengah laut dan waktu melaut juga berkisar antara 4-5 hari dan otomatis modal yang mereka gunakan juga lebih besar dari pada nelayan harian. Dalam menjalankan pekerjaan sebagai nelayan pancing atau nelayan tengah ini biasanya modal yang mereka gunakan selama 4-5 hari melaut berkisar antara Rp.1.000.000,- hingga Rp.2.000.000,- sekali berangkat melaut. Kegiatan para nelayan di Desa Pematang Kuala ini untuk aktivitas melaut memiliki perbedaan antara nelayan pinggiran dengan nelayan tengah. Nelayan pinggiran biasanya disebut mereka dengan istilah nelayan pukat dan untuk nelayan tengah mereka menyebutnya dengan istilah nelayan pancing. Selain itu waktu berangkat melaut antara kedua kategori nelayan ini juga berbeda-beda, untuk nelayan 86 Universitas Sumatera Utara 95 pukat biasa waktu keberangkatan mereka melaut yaitu pada subuh-subuh hari sekitar jam setengah enam pagi atau setelah habis sholat subuh dan pulang antara waktu siang hingga petang hari dan itu juga tergantung pada kondisi cuaca di laut dan tergantung pada pendapatan. Terkadang jika sudah mendapat mereka bisa pulang cepat. Sedangkan untuk nelayan tengah atau nelayan pancing, mereka mulai berangkat pada malam hari antara jam-jam 9 malam hingga tengah malam dan melihat-lihat kondisi cuaca juga dan kembali kerumah setelah 4-5 hari terhitung dari hari keberangkatan. Nelayan yang ada di Desa ini merupakan termasuk adalah nelayan asli, yaitu para nelayan yang menangkap ikan secara komersial tetapi juga merupakan nelayan yang masih dalam konteks nelayan kecil dan aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di Desa Pematang Kuala ini yaitu meliputi aktivitas menjaring atau memukat dan memancing. Dan secara keseluruhannya nelayan tersebut merupakan nelayan asli yang merupakan nelayan sebagai pekerjaan utama mereka dan tidak memiliki pekrjaan tetap lainnya atau pekerjaan sampingan.

5.2.1. Menjaring atau Memukat