commit to user 84
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian pada sub bab ini adalah pembahasan hipotesis penelitian yang terdapat pada BAB II dan hasilnya adalah sebagai
berikut: 1. Hipotesis Pertama
Dari analisis dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
6 4
yaitu 0,1024 3,8400, maka
diterima. Hal ini berati tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan kelas model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jika ditinjau dari rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
NHT memperoleh rata-rata 6,2391 sedangkan yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh rata-rata 6,0200.
Dengan demikian hipotesis pertama, yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak
terbukti kebenarannya. Hal ini juga tidak sesuai dengan kajian teori yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif
dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga
rasa tanggungjawab setiap siswa akan lebih besar dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tidak mengunakan
penomoran. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajarn kooperatif tipe NHT sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
commit to user 85
a. Pada umumnya kedua model sama-sama merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih berpusat pada siswa dengan
mengelompokkan siswa secara heterogen yang terdiri dari tiga sampai lima orang sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap
kelompoknya dan kemampuan awal siswa yang sama atau seimbang pada materi bilangan, karena materi bilangan sudah diajarkan pada kelas tiga.
Adapun cara penyelesaian materi bilangan juga sebagian besar sudah diajarkan di kelas 3. Kenyataan bahwa cara-cara yang digunakan untuk
menyelesaikan soal bilangan adalah sama menyebabkan adanya keseragaman siswa. Artinya, meskipun siswa diberikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT atau pembelajaran kooperatif tipe STAD mereka mempunyai kemampuan yang sama dalam menyelesaikan
soal bilangan. b. Dalam menyelesaikan soal-soal, para siswa pada umumnya melihat
contoh soal yang diberikan sebelumnya. Pola berpikir mereka masih mekanistik dan strukturalis. Kenyataan ini mengakibatkan tidak adanya
perbedaan siswa yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diberikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
4 6 4
yaitu 20,9751 3,0000, maka ditolak. Hal ini berarti terdapat
commit to user 86
perbedaan prestasi belajar matematika siswa antar kelompok motivasi tinggi, sedang dan rendah.
Dengan ditolaknya maka
harus dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Schefee’. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh
6 4
= 6,00 sehingga
.1 − .2
= 6,3569
6 4
,
.1 − .3
= 39,3014
6 4
,
.2 − .3
= 16,4431
6 4
. Dari hasil ini maka keputusan uji adalah:
a. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi berprestasi sedang adalah 6,1984. Kesimpulannya adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
tinggi lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi berprestasi sedang.
b. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi berprestasi tinggi adalah 6,7768, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi tinggi
lebih baik dibanding kelompok siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
commit to user 87
c. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah. Dari perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata nilai tes prestasi siswa kelompok motivasi berprestasi sedang adalah 6,1984, rata-rata nilai tes prestasi siswa
kelompok motivasi berprestasi rendah adalah 5,1905. Kesimpulannya adalah prestasi belajar kelompok siswa dengan motivasi berprestasi
sedang lebih baik daripada kelompok siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
Hal ini berarti sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah, merupakan
bentuk peningkatan dari motivasi intrinsik. Dengan demikian, motivasi berprestasi merupakan motivasi tertinggi dalam belajar dan bentuk
peningkatan dari motivasi intrinsik. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dalam belajar tidak akan cepat merasa puas dengan apa
yang dicapainya. Proses belajarpun dilalui oleh siswa dengan suasana yang menyenangkan karena siswa beraktivitas dengan tinggi baik mental, fisik,
sosial maupun emosinya. Sedangkan bagi siswa yang rendah motivasi berprestasinya tidak demikian halnya. Didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Maryono yang menyatakan siswa dengan motivasi belajar tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa
dengan prestasi belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan motivasi belajar sedang akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa dengan motivasi belajar rendah.
commit to user 88
3. Hipotesis Ketiga Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
6 4
yaitu 2,7190 3,0000, maka diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A model
pembelajaran maupun efek utama B motivasi berprestasi siswa Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka
keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Prestasi berprestasi kelompok siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT c.
Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT .
commit to user 89
Hal ini sesuai dengan kajian teori siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai sifat: tekun, rajin ulet, ingin mendalami materi dan
ingin mencapai prestasi yang lebih baik dan pada pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan setiap siswa diberi nomor agar mempunyai sifat tanggungjawab maka siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai prestasi
yang lebih baik daripada anak yang mempunyai motivasi berprestasi sedang dan rendah.
4. Hipotesis Keempat Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
6 4
yaitu 2,7190 3,0000, maka diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A model
pembelajaran maupun efek utma B motivasi berprestasi siswa Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka
keputusan uji yang dapat diambil adalah sebagai berikut: a. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sedang dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
commit to user 90
b. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Prestasi belajar kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sedang lebih baik dibanding prestasi belajar siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wasriah yang menyatakan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik prestasi belajarnyadibanding dengan siswa dengan motivasi belajar tinggi
dan sedang, serta siswa dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan prestasi belajar rendah.
5. Hipotesis Kelima Dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
4 6 4
yaitu 2,7190 3,0000, maka diterima. Hal ini berarti tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa pada prestasi belajar matematika, sehingga perbandingan sel antar baris
dalam satu kolom maupun perbandingan antar kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A model
pembelajaran maupun efek utama B motivasi berprestasi siswa
commit to user 91
Dengan mengikuti kesimpulan pada hipotesis 1 dan hipotesis 2 maka keputusan uji yang dapat diambil adalah: pada kelompok siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan sedang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar sama
baiknya dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan demikian hipotesis kelima yaitu pada kelompok siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar lebih baik
dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak terbukti kebenarannya. Adapun faktor yang menyebabkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT sama baik dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dipaparkan pada hipotesis pertama, Sedangkan untuk motivasi
berprestasi rendah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar sama baik dibandingkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti kebenarannya. Hal ini berarti juga tidak sesuai dengan kajian teori yang menyatakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan sedang akan lebih aktif untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya juga akan lebih baik, sedangkan
untuk motivasi berprestasi rendah sesuai dengan kajian teori karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengunakan penomoran sehingga setiap
siswa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya sehingga siswa yang
commit to user 92
mempunyai motivasi berprestasi rendah akan terpengaruh oleh teman yang lain untuk memahami materi sehingga prestasi belajarnya mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama baiknya.
D. Keterbatasan Penelitian