METODE DAKWAH K.H. MISBAHUL MUNIR DI PESANTREN ILMU AL-QUR’AN AL-MISBAH VOLKER JAKARTA UTARA

(1)

VOLKER JAKARTA UTARA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Hermansyah

NIM: 109051000202

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436/2015


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata S1 di UIN Syarif Hidayatullah

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 April 2015


(5)

i

Hermansyah

Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Volker Jakarta Utara.

Metode dakwah adalah suatu tata cara dalam mengajak masyarakat untuk ber’amar maruf nahi mungkar. Dalam literatur Ilmu Dakwah, metode dakwah yang selalu menjadi rujukan yaitu pada Surat An-Nahl ayat 125 yang memuat tiga metode dalam berdakwah yaitu hikmah, maidzha hasanah, dan al-mujadalah. Dalam aktifitas dakwah, penerapan metode dakwah itu disesuikan dengan situasi dan kondisi mad’u di mana tempat da’i berdakwah. Karena penggunaan metode yang tepat, yang dilakukan seorang da’i dalam berdakwah kepada madu lebih baik daripada materi dakwah itu sendiri. Penggunaan metode yang tepat yang dilakukan oleh seorang da’i, adalah salah satu kunci kesuksesan dari aktifitas dakwah yang dilakukannya.

Dari uraian di atas maka pertanyaannya adalah, Bagaimana metode dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah Volker Jakarta Utara? dan Apa metode yang dominan digunakan oleh K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?

Terdapat beberapa Metode dakwah Kh. Misbahul Munir yang diterapkan di Pesantrean Ilmu Al-Qur’an Volker Jakarta Utara yaitu metode hikmah, al-maidzha hasanah, dan al-mujadalah. Selain metode dakwah, ada beberapa unsur-unsur dakwah yang mendukung keberhasilan dalam aktifitas dakwah yaitu: Subyek dakwah (da’i), obyek dakwah (madu), materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah. Unsur-unsur dakwah di atas saling melengkapi satu sama lain dalam kesuksesan aktifitas dakwah yang memuat materi dakwah yaitu tentang iman, islam, dan ikhsan.

Penelitian ini Kualitatif Deskriptif Analisis yang berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: Penelitian Kepustakaan, wawancara mendalam bersama K.H. Misbahul Munir dan orang-orang terdekatnya. Bingkai penelitain ini hanya ingin mengetahui bagaimana metode dakwah K.H. Misbahul Munir di Indonesia dengan berbagai pendekatan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

Berdasarkan hasil penelitan, dapat disimpulkan bahwa metode dakwah yang dominan digunakan oleh Kh. Misbahul Munir adalah metode al-hikmah. Karena metode al-hikmah merupakan metode yang tepat digunakan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi mad’u tempat beliau berdakwah. Dengan penggunaan metode al-hikmah, maka metode al-hasanah dan mujadalah akan lebih mudah diterapkan, sehingga dakwah diterima oleh masyarakat.


(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulilahirobbil ‘alamiiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat taufik, dan hidayahNYA peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itulah pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

2. Dr. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pudek I Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, Pudek II Dr.Hj. Roudhonah, MA dan Pudek III Drs. Suhaimi, M.Si

3. Drs. Rachmat Baihaky, M.Si dan Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan komunikasi dan penyiaran islam, Noor Bekti Negoro, SE, M.Si, selaku pembimbing akademik, kami haturkan terima kasih karena telah banyak memotivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Kalsum Minangsih, MA, selaku Pembimbing penulis, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dalam meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukannya, guna memberikan arahan, masukan,


(7)

iii

5. K.H. Misbahul Munir, MA, selaku narasumber, terima kasih yang sebesar-sebesarnya atas kesediaan waktunya ditengah kesibukan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan selama masa penelitian.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Halim dan Ibu Siti Aminah yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira serta terima kasih yang telah memberikan doa tulus, ikhlas, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materi kepada peneliti untuk tetap semangat.

7. Kepada istriku tercinta Sri Wahyuni, yang telah membantu dan rela berkorban ditinggal untuk ke kampus atau bertemu dosen pembimbim dan memberi semangat dalam penulisan penelitian ini sehingga skripsi ini dapat rampung.

8. Terima kasih kepada teman-teman KPI F angkatan 2009, terutama Ibnu Abdillah, Rizki Fadillah, Aziz Orlando, Aryo Bimo dan yang lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang ikut membantu dan memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman satu keoraganisasian yaitu HMI, Arkadia, BKC Karate Club, dan terutama FLP Cabang Ciputat, yang telah membantu penulis membentuk karakter kepribadian seperti sekarang ini, dan juga tempat bernaung disaat penulis berada di Ciputat.

10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam kelancaran penulis skripsi ini, terima kasih atas dukungannya.

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing


(8)

iv ya Robbal Alamien.

Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amien ya Robbal alamien…

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 19 Mei 2015


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dakwah dan unsur-unsurnya ... 16

1. Pengertian Dakwah ... 16

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 19

B. Bentuk –Bentuk Dakwah ... 32

1. Dakwah Dalam Bentuk Lisan (Bil- Lisan) ... 32

2. Dakwah Dalam Bentuk Perbuatan (Bil-Hal) ... 33

3. Dakwah Dalam Bentuk Tulisan (Bil-Qolam) ... 33

BAB III BIOGRAFI K.H. MISBAHUL MUNIR A. Latar Belakang Riwayat Hidup K.H. Misbahul Munir... 34

1. Riwayat Hidup K.H. Misbahul Munir ... 34

2. Latar Belakang Pendidikan K.H. Misbahul Munir ... 42

3. Aktifitas K.H. Misbahul Munir ... 43

4. Karya-Karya K.H. Misbahul Munir ... 44

B. Gambaran Umum Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al- Misbah ... 45 1. Sejarah Berdirinya Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah 45


(10)

vi

3. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Misbah 48

4. Program Unggulan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Misbah ... 49

BAB IV METODE DAKWAH K.H. MISBAHUL MUNIR DI PESANTREN ILMU AL-QUR’AN VOLKER JAKARTA UTARA A. Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah ... 50

1. Pengertian Metode Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir ... 50

2. Unsur-Unsur Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir .... 52

B. Metode Dakwah yang dominan dipakai dalam berdakwah oleh K.H. Misbahul Munir ... 57

C. Metode Dakwah Menurut KH. Misbahul Munir ... 61

1. Metode Al-Hikmah ... 62

2. Metode Dakwah Mauidzadatil Hasanah ... 64

3. Metode Dakwah Mujadalah Billati-Hiyya Akhsan ... 65

E. Media Dakwah Menurut KH. Misbahul Munir ... 66

F. Efek Dakwah Menurut KH. Misbahul Munir ... 67

G. Tujuan Dakwah Menurut KH. Misbahul Munir ... 68

H. Metode Dakwah Paling Dominan yang Digunakan Oleh KH. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah Volker Jakarta Utara ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-Saran ... 75

DAFTARN PUSTAKA ... 76


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya. Karena itu, Al-Qur‟an menyebut kegiatan dakwah dengan ahsanul qaula (ucapan) dan perbuatan yang baik.1

Jalan dakwah dalam menegakkan amar maruf nahi mungkar, menapaki jalan yang panjang dimana aktifitas dakwah dimulai dari kerasulan manusia pertama yaitu Nabi Adam AS. Sampai pada umat sekarang ini. Selama ada manusia yang masih senang melakukan maksiat dan larut dalam gelimangan dosa, maka selama itu pula aktifitas dakwah yang tujuannya menegakkan amar maruf nahi mungkar akan terus dilakukan agar berfungsinya predikat khalifah yang melekat pada diri manusia. Agar jalan dakwah berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu adanya strategi/langkah-langkah untuk mendukung hal itu dan Strategi/langkah dalam islam disebut Metode Dakwah.

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan

hodos” (jalan, cara).2 Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain

1M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 214

2


(12)

menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab di sebut thariq.3Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. 4

Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan.

Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’ilnya) adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a yad’u

da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.5

Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i (komunikator) kapada

mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.6Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan

human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. 7

Dalam Al-Qur‟an sendiri banyak kita temukan terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan metode dakwah. Diantaranya yang sering dijadikan rujukan dalam metode dakwah yaitu Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

3

Drs.H. Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. ke-1, hal. 35

4

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 6-7

5

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 406-407

6

Toto Tasmaran, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Medika Pratama, 1997), Cet.1, hal. 43.

7


(13)

                               

s 



Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”

Seseorang yang menyampaikan dakwah disebut da‟i atau da‟iyah. Sosok da‟i atau da‟iyah adalah bagian sosok sentral penting dari unsur- unsur dakwah. Yang harus ditekankan disini sebelum seorang da‟i atau da‟iyah melakukan aktitifitas dakwah ke masyarakat (madu) dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar), hendaknya seorang da‟I mengintropeksi diri apakah tutur kata dan perilakunya sesuai dengan yang disampaikan. Apakah selama ini seorang da‟i sudah melaksanakan kewajiban ibadah maupun meninggalkan larangan yang diperintahkan oleh agama yang disampaikan dalam setiap materi dakwah yang disampaikannya. Jika kondisinya bertentangan dengan yang disampaikan dan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan, maka ucapannya tidak akan bertuah kepada hati orang yang menjadi objek dakwahnya. Ucapannya akan sampai ke mulut saja, maka jangan heran tidak akan ada perubahan di tengah masyarakat setelah mendengar dakwah dari da‟i tersebut.

Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar merupakan tujuan utama dan termulia diciptakannya manusia. Allah SWT. telah menciptakan alam semesta yang sebesar dan selengkap ini demi terwujudnya usaha amar ma’ruf nahi mungkar.


(14)

Karena itu, Allah Azza Wa Jalla sengaja menciptakan manusia sebagai khalifah di permukaan bumi ini, demi terwujudnya kekhalifaan. Dan untuk menunjang keberhasilan tugas kekhalifaan dimaksud, Allah sengaja mengutus sejumlah Nabi dan Rasul sebagai penunjuk jalan menuju kehendaknya. 8

Aktifitas Dakwah itu sendiri dimulai sejak rasul pertama yaitu Nabi Adam AS. sampai bersambung terakhir kepada rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Selama terjadi kemungkaran dan kerusakan yang dilakukan manusia, selama itu juga gerakan dakwah diperlukan terlebih lagi pada zaman modern sekarang ini, kita rasakan bersama semakin tua usia bumi ini bentuk maksiat yang dilakukan makin beragam terlebih gencarnya hegemoni barat yang menambah rusak pola pikir dan tingkah laku generasi muda sekarang ini sehingga membawa perilakunya bertambah liar. Dengan melihat keadaan itu, aktifitas dakwah sekarang ini amat dibutuhkan agar dampak kerusakan yang dilakukan tidak bertambah parah. Sebagai umat yang terakhir dan terbaik yang terlahir di dunia, wajib bagi kita untuk saling ingat-mengingatkan kepada kebaikan, sebagaimana yang disebutkan pada ayat dibawah ini yaitu:

































Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran ayat 104).

8


(15)

Maksud dari firman Allah SWT. di atas adalah hendaknya ada sebagian orang dari orang-orang yang beriman yang senantiasa menegakkan amar maruf nahi mungkar, agar umat manusia tidak tenggelam dalam kesesatan, dan sekaligus dapat mengurangi jumlah kemaksiatan. Jika di dalam suatu masyarakat telah ada sejumlah orang yang senantiasa menegakkan amar maruf nahi mungkar, maka masyarakat semacam itu akan dilindungi dari murka dan siksa Allah SWT. 9

Jika kita menengok pada sejarah, kaum-kaum yang diazab oleh Allah adalah penduduknya yang sudah melupakan nilai-nilai ajaran agama dan mengindahkan dari seruan dakwah yang dibawah oleh para rasul yang diutus oleh Allah . Dan Allah tidak akan mengazab suatu kaum, jika masih ada yang masih mengagungkan namanya dalam bentuk ibadah-ibadah yang dilakukannya.

Agar aktifitas dakwah berjalan dengan maksimal, tentunya untuk sekarang ini seorang da‟I berdakwah dengan mengikuti perkembangan zaman dalam berdakwah. Karena dakwah yang dilakukan Wali Songo tentunya berbeda dakwah dengan da‟i pada zaman sekarang. Dengan makin canggihnya teknologi informasi, tentunya

disamping seorang da‟I membekali diri dengan ilmu pengetahuan agama, kita juga up date terhadap ilmu pengetahuan, dengan menguasai ilmu teknologi komunikasi. hal ini tentunya penunjang sebagai media dakwah yang efektif selain berdakwah dalam bentuk yang lain seperti bil-lisan maupun bil-hal.

Selain metode dakwah, unsur da‟i yang sebagai pelaku dakwah amatlah penting. Karena da‟i hendaknya intropeksi diri sebelum melakukan aktifitas dakwah ke tengah-tengah masyarakat, karena da‟i sebagai panutan umat. Dan kunci sukses

9


(16)

dakwah, salah satunya terletak pada kekuatan keteladanan. Jangan sampai masyarakat melihat seorang da‟i yang perilakunya tidak sesuai dengan ucapannya ketika berdakwah. Karena jika hal itu terjadi, dampaknya tidak ada efek dakwah kepada masyarakat dikarenakan tidak bertuah ucapannya kepada mad‟u.

Maka jangan heran, walaupun jumlah da‟i di Indonesia tidak sedikit tapi efek dakwah yang merupakan bagian dari unsur dakwah dirasakan kurang berhasil untuk merubah dari pola pikir dan perilaku masyarakat sekarang ini. Malahan cenderung masyarakat makin parah perilakunya dengan banyaknya tindakan kriminal maupun asusila yang dilakukan, hal ini bisa kita lihat dan saksikan secara langsung maupun dari media seperti kejadian perampokan, pemerkosaan, judi, mabuk, dan yang paling

anyar yaitu begal motor. Dengan melihat fakta itu, perlu adanya pembenahan dalam aktifitas dakwah yang dilakukan oleh seorang da‟i, baik dari unsur dakwah atau unsur yang lain agar aktifitas dakwah yang dilakukan berhasil, agar dampaknya terbentuk

khairu ummah di tengah-tengah masyarakat.

Sosok Nabi Muhammad SAW. adalah figur yang selalu dijadikan suri teladan dalam setiap kehidupannya tidak kecuali dalam cara berdakwah beliau dalam menyebarkan agama islam. Dakwah Rasulullah adalah penerapan dari metode dari Surat An-Nahl ayat 125 yang berisikan berdakwah dengan bijak, dengan akhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur, bertutur kata yang lemah lembut dalam menyebarkan agama islam kepada manusia, baik selama berdakwah di kota Mekah maupun di kota Madinah. Tak heran dalam waktu singkat perjalanan dakwahnya, rasulullah mampu merubah kaum arab yang dikenal dengan kaum jahiliyyah menjadi


(17)

kaum yang bermartabat. Langkah-langkah dakwah Rasulullah juga diikuti oleh para

sahabat nabi sampai bersambung kepada Wali Songo, sosok da‟i kondang yang

menyebarkan agama islam di tanah jawa. Para Wali Songo menyebarkan agama islam dengan bijak, berakhlak mulia, dengan bertutur kata yang lemah lembut dan penuh kasih sayang sehingga jalan dakwah islam di nusantara ini tanpa dengan jalan kekerasan sehingga mampu mengajak masyarakat yang pada waktu itu mayoritas ber-agamakan Hindu/Budha untuk memeluk agama islam.

Berdasarkan data dari sejarah, penyebaran agama islam di nusantara ini yaitu salah satunya dengan melalui jalur perdagangan, selain itu, pendekatan dalam berdakwah yang mereka lakukan juga dengaan melalui pernikahan dan penggunaan unsur-unsur budaya di tengah-tengah masyarakat. Agar masyarakat pada waktu itu menjadi tertarik kepada agama islam, salah satu dakwah Wali Songo dengan menggunakan unsur budaya sebagai media dakwah karena hal itu sudah bagian yang sudah dekat dengan mereka yang masih kita lihat sampai sekarang ini seperti acara tahlilan, tembang dan gamelan, dan wayang kulit yang awalnya ber-unsur agama Hindu dan Budha diubah ber-unsur islam. Salah satu metode yang dipakai wali songo yang sampai sekarang bisa kita lihat yaitu masjid yang menyerupai pura dari masjid menara kudus di jawa tengah. Karena pendekatan itulah akhirnya agama islam dapat diterima khususnya masyarakat Jawa dan sekarang menjadi agama mayoritas di nusantara ini karena tidak terlepas dari penggunaan metode tepat yang dipakai oleh para Wali Songo dalam menyebarkan agama islam.


(18)

Diantara da‟i di indonesia yang melakukan aktifitas amar maruf nahi mungkar salah satunya yaitu K.H. Misbahul Munir. Beliau merupakan alumni dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Lahir dan besar dari keluarga ulama membuat beliau dididik oleh orang tuanya dengan ilmu agama islam yang baik. Berdakwah di Jakarta tepatnya daerah Volker Tanjung Priok yang dikenal akan daerah yang rawan akan kejahatan dan kemaksiatan, dijalani oleh beliau dengan istiqomah. Dengan kesabarannya dalam berdakwah, dengan banyaknya rintangan dalam berdakwah, masyarakat yang awalnya dekat dengan perilaku maksiat seperti, judi, mabuk, dan narkoba, sex bebas perlahan-lahan insyaf dengan ajakan dakwah beliau dengan menjadi jamaahnya maupun menjadi santerinya. Dengan tahu betul

situasi dan keadaan mad‟unya, dalam berdakwah beliau menggunakan metode al -hikmah atau bahasa beliau berdakwah dengan ”pendekatan hati”yaitu berupa akhlak yang mulia (uswatun hasanah), memakai kata yang efektif dan tidak memaksa dalam berdakwah (toleransi) sehingga dakwah beliau terima oleh masyarakat sekitar.

Dengan berkumpul dengan masyarakat, beliau secara tidak langsung memberikan materi dakwah kepada mereka berupa suri teladan yang baik pada masyarakat sehingga dikenal akan akhlaknya yang baik. Sehingga ketika beliau aktif berdakwah, dengan sendirinya masyarakat mudah menerima pesan dakwah yang diberikan oleh beliau. Disamping itu penerapan dari metode al-hikmah yaitu beliau membuka beberapa pengajian yang tujuannya untuk membuka hati mad‟unya, seperti

istighosah, pembacaaan surat yasin yang dilanjutkan dengan pembacaan Barzanji pada tiap malam jum‟at. Setelah hatinya terbuka, barulah Kh. Misbah memberikan


(19)

materi ceramah kepada mad‟unya sehingga materi dakwah mudah diterima oleh para jamaah dan santeri karena hati mereka sudah terbuka. Adapun jamaah dan santeri Kh. Misbah amat beragam, selain dari orang yang memang berasal dari orang baik, mereka juga dari penjudi, pemabuk, pemakai narkoba dan sex bebas. Dengan hidayah dari Allah melalui dakwah Kh. Misbah akhirnya mereka insyaf dan kembali ke jalan Allah. Dengan melihat pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini pada

Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah Volker Jakarta Utara”.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terfokus, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis hanya memfokuskan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?

b. Metode dakwah apa yang paling dominan digunakan oleh K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?


(20)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah yang mencangkup definisi serta unsur-unsur dakwah.

b. Untuk mengetahui Metode dakwah Apa yang paling dominan digunakan oleh K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti serta kontribusi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pemikir dakwah maupun pihak masyarakat dalam mengemas pesan dakwah islam menjadi kajian yang menarik dan diminati masyarakat luas.

D. Metodologi Penelitian

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih mendalam baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan (wawancara).10

10


(21)

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian lapanangan (field research) peneliti menggunakan metode deskriftif (menggunakan data kualitatif), yang dimaksud dengan deskriptif adalah peneliti berusaha menjelaskan Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara.

1. Subyek Dan Obyek Penelitian.

Subyek dalam penelitian ini adalah K.H. Misbahul Munir sedangkan yang menjadi obyek penelitian ini adalah Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Quran Al-Misbah Volker Jakarta Utara.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan terwawancara.11 Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan jenis wawancara semitestruktur, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar dapat menggali informasi

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 145


(22)

dan mendapatkan data yang akurat dari K.H. Misbahul Munir atau dengan orang terdekatnya.

b. Observasi atau Pengamatan Lapangan

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang diteliti. 12Dalam hal ini peneliti langsung ke tempat penelitian yaitu kediaman K.H. Misbahul Munir di Jl. RE. Martadinata Bak Air 1 RT. 08 RW. 13 No. 157 Tanjung Priok Jakarta Utara untuk mengetahui dan mengamati bagaimana metode dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. 13 Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan menalaah buku, majalah, surat kabar, internet. Tujuannya untuk mendapatkan inforamasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.

3. Waktu Dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini di lakukan pada bulan Maret sampai September 2014. Adapun tempat penelitian ini berlangsung di kediaman K.H. Misbaul Munir di Jl.RE. Martadinata Bak Air 1 RT. 08/13 No. 157 Tj. Priok Jakarta Utara.

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 117

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian:Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) H. 110


(23)

4. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.14Tujuan dari deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melakukan penelitian, sebagai langkah awal dalam penyusunan skripsi yang akan penulis buat, maka penulis melakukan studi kepustakaan untuk mempelajari skripsi, tesis, atau penelitian lain serta buku-buku yang ada hubungannya dengan judul yang penulis teliti. Adapun tujuan dari penelitian ini agar dapat diketahui permasalahan yang penulis teliti berbeda dengan yang ada sebelumnya. Setelah melakukan kajian pustaka, maka penulis menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dengan yang penulis buat saat ini yaitu skripsi tersebut diantaranya adalah skripsi karya Siti Masyitoh KPI tahun 2011 yang berjudul

“Metode Dakwah Habib Rizieq Husein Syihab Pada Majelis Ta‟lim Jami‟ Ali-Slah. Skripsi ini menjelaskan metode dakwah yang digunakan pada masyarakat perkotaan yang berpendidikan cukup tinggi oleh Habib Rizieq Husein Syihab dengan metode yang berbeda dengan penulis. Dan skripsi karya Lis Setiawati Ningsih KPI NIM 108051000039 tahun 2012 dengan judul “Metode Dakwah Habib Ali Bin Umar

14


(24)

Assegaf Pada Majelis Taklim Daarusisfa Bukit Duri Jakarta Selatan”. Skripsi ini

hampir sama tapi yang membedakan adalah obyek penelitian yang berbeda dari penulis.

Dan skripsi “Dakwah Ustadz Abdul Hakim Di Kampung Sudimampir” karya Sihabuddin KPI tahun 2013 dengan NIM 109051000092. Pada skripsi ini membahas metode dakwah yang sama yang dibahas oleh penulis tetapi obyek dan subyeknya berbeda.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada saat ini yaitu

dengan judul” Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah”. Adapun pedoman penulisan skripsi ini menggunakan CEQDA.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Yaitu Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Tinjauan Pustaka.

BAB II : Yaitu Kajian Teori yangberisi tentang Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, dan Bentuk-Bentuk Dakwah.

BAB III : Yaitu Biografi K.H. Misbahul Munir, yang berisi tentangLatar Belakang Riwayat Hidup K.H. Misbahul Munir dan Gambaran Umum Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah.

BAB IV : Temuan dan analisi lapangan berisikan tentang Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir dan Unsur-Unsurnya dan Metode Dakwah paling Dominan Dalam Berdakwah Oleh K.H. Misbahul Munir.


(25)

BAB V : PENUTUP : Penutup Merupakan Kesimpulan dan Saran-Saran bagian terakhir yang memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.


(26)

LANDASAN TEORITIS

A. Dakwah dan unsur-unsurnya

1. Pengertian Dakwah.

Menurut etimologi/bahasa dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu

dakwatan” atau da’a, yad’u, da’wan, du’a,1 yang artinya memanggil (to call)

mengajak (to summon) atau menyeru (to propose).2 Secara terminology, kata dakwah mengandung arti merangkul atau mengajak manusia denngan cara yang bijaksana untuk menuju jalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT. agar mendapatkan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, keselamatan, dan kebahagian di dunia dan akherat. 3

Dakwah adalah penyiaran; propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.4

Istilah dakwah dalam Al-Qur‟an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun

mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur‟an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur‟an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat–ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.5

1

Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir.(Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439

2

Majma‟ Al-Lughah Al-Arabiyah, 1972: 286.

3

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998), Cet. Ke-3, h. 1

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 1998), Cet. Ke -1 edisi tiga, h. 288

5

Hal ini dapat dilihat, misalnya mengajak (manusia ) kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (QS.3:104) yang gaib tidak lain adalah jalan Allah (QS. 16:125), Deinullah (Islam) (QS.61:7), beriman kepada Allah (QS.61:7) beriman kepada Allah (QS.10:95), jalan lurus (QS.23:73), jalan petunjuk (QS.24:48), (QS.24;51), (QS.3:23) dan akhirnya surga (QS.2:21) lihat, Andi Darmawan dkk, Metodologi ilmu dakwah, (Yogyakarta: Lesfi, 2002) h. 75


(27)

Menurut Dr. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.6

Sedangkan Nasaruddin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha aktifitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak islamiyah.7

Lebih lanjut, dakwah merupakan suatu proses yang dilakukan agar dapat mengubah keadaan seseorang berada pada keadaan yang lebih baik serta tidak keluar dari kaidah-kaidah ajaran agama islam, intinya mengajak seseorang kepada jalan yang diridhai oleh Allah SWT. 8

Sedangkan menurut Arifin, dakwah adalah kegiatan, ajaran tertulis lisan dan tingkah laku yang dilakukan sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik individu maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman agama sebagai pesan yang disampaikan padanya tanpa ada unsur paksaan.9

Dakwah Islam adalah suatu kewajiban yang terpikul di atas pundak setiap muslim dalam posisi, profesi, dan dimanapun mereka baik secara

6

Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarkat, Cet. Ke 22, (Bandung: Mizan, 2001), hal. 194

7

H.M.S. Nasaruddin Latief , Teori Dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT Firma Dara, tt), h. 11.

8

Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 31

9

Arifin, Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), h. 64


(28)

perorangan ataupun secara kelompok.10Menurut Prof. DR. Hamka, dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktifitas yang memerintahkan amar maruf nahi mungkar.11

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat

conditionsine quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupannya. Dakwah melekat erat bersamanya dengan pengakuan diri sebagai seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai muslim. Sehingga orang yang mengaku dirinya seorang muslim, maka secara otomatis menjadi juru dakwah. 12

Dakwah merupakan suatu tindakan dalam beramar maruf nahi mungkar agar berfungsinya predikat khalifah pada dirinya yang menjadi tujuan terciptanya manusia. Aplikasi dakwah amat beragam, yaitu dakwah lisan, hal, dan bil-qolam.

Setiap kita yang mengaku beriman berkewajiban untuk melaksanakan dakwah. Paling tidak di lingkungan terdekat kita; di keluarga atau di kantor

misalnya. Artinya setiap kita sesungguhnya adalah seorang da‟i. Setiap kita

berkewajiban menegakkan amar maruf nahi mungkar yang menjadi inti aktifitas dakwah.

Betapapun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.13

10

Anwar Harjono, Dakwah Dan Masalah Sosial Kemasyarakatan. (Jakarta: Media Dakwah, 1985), h. 3

11

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), h. 2

12

Toto Tasmaran, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987), Cet.1, h. 6

13

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet.1, h. 21


(29)

2. Unsur–Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah yaitu beberapa bagian yang harus selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Diantara satu bagian dengan bagian lainnya mempunyai korelasi dalam suksesnya dakwah. Adapun bagian-bagian tersebut yaitu:

1. Da‟i (Subjek Dakwah).

Drs. Wahidihin Saputra dalam bukunya berjudul pengantar metode dakwah (2001) mengatakan da‟i adalah orang yang aktif

melaksanakan dakwah kepada masyarakat. Da‟i ini ada yang

melaksanakan dakwahnya secara individu ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi.

Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau organisasi.14 Nasaruddin Latief mengartikan da‟i adalah muslim dan muslimat menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah.15

Da‟i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problem yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah melenceng.16

Seorang da‟i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan

dakwah. Kepandaian dan keahlian seorang da‟i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da‟i mempunyai keikhlasan

14

Ibid.

15

Ibid.

16

Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qarhdhowi Harmoni Antara


(30)

masing-masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kehidupannya. Da‟i ibarat seorang guide

atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan

keselamatan hidup di dunia dan akherat. Da‟i di tengah masyarakat

mempunyai kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat. perbuatan dan tingkah

lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakat. Kemunculan da‟i

sebagai pemimpin adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.17Da‟i adalah orang yang aktif melaksanakan dakwah

kepada masyarakat. Da‟i ada yang melaksanakan dakwahnya secara

individu, ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi. 18

2. Mad‟u (Penerima Dakwah)

Mad‟u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama islam; sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, islam, dan ikhsan.19

Dr. Wahidin Saputra mengatakan mad‟u adalah masyarakat atau orang yang didakwahi, yakni diajak ke jalan Allah agar selamat dunia

17

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 69

18

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), h. 8

19


(31)

dan akherat. Masyarakat sebagai objek dakwah sangat heterogen, misalnya ada masyarakat yang berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang, pegawai, buruh dan artis, anggota legislatif, eksekutif, karyawan dan lainnya. bila kita melihat dari aspek geografis, masyarakat itu ada yang tinggal di kota, desa, pegunungan, bahkan ada juga yang tinggal di pedalaman. Bila dilihat dari aspek agama, maka

ma‟du ada yang muslim/mukmin, kafir, munafik, musrik dan lain

sebagainya. 20

Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar islam. Intinya dakwah ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosial ekonomi dan latar belakang mereka, pernyataan ini sesuai dengan Q.S Saba‟ ayat : 28 yaitu:































Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

3. Maddah (Materi Dakwah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan

da‟i kepada ma‟du. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi

maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:

20


(32)

a. Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiyah.21 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah islam adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain. 22

b. Masalah Syariah.

Syariah islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang meliputi segenap kehidupan manusia. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, haram (dilarang), mubah

(dibolehkan) mandub, (dianjurkan), dan makruh (dianjurkan untuk ditinggalkan),23

c. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencangkup hubungan dengan Allah

21Akidah (Aqidah) Secara Harafiah Berarti “

Sesuatu Yang Terbuhul Atau Tersimpul Secara Erat Atau Kuat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: Ptictiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 9 -11

22

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 25

23


(33)

dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. 24

d. Masalah Akhlak.

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu jamak dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaaannya. Akhlak dalam islam bukanlah norma ideal yang tidak diemplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam islam mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya, maka islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini, maka materi akhlak membahas tentang tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus dipraktekkan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis sasarannya.25

24

ibid

25

Affandi Muchtar, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 326


(34)

4. Wasilah (Media) Dakwah.

Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.26 Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada ma‟du. Untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamka Ya‟qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu :

a. Lisan adalah mediah dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan bersuara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

b. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensial), spanduk, dan sebagainya. c. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, kaligrafi dan

sebagainya.

d. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televise, film slide, OHP, internet, dan sebagainya.

f. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh madu.27

26

Ali Yafie, Teologi Social Telaah Kritis Persoalan Agama Dan Kemanusiaan,

(Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997), h. 91-92

27


(35)

5. Thariqah ( Metode) Dakwah.

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian, Kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran tentang metode. Dan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab di sebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. 28

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia ynag memiliki

pengertian “ Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia.29Sedangkan dalam metodologi pengajaran islam disebutkan metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.30

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting perannya ketika membahas tentang metode dakwah, dalam literature Ilmu Dakwah pada umumnya merujuk Surat An-Nahl ayat 125 yaitu : 31

28

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 52 29 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 160

30 Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usah Nasional, 1981), h. 36


(36)





























































Artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Secara garis besar, ayat di atas menjelaskan bahwa metode dakwah tiga, yaitu : bi al-hikmah, mauidzhatul hasanah, dan mujadalah biallati hiya ahsan.

a. Metode Bi Al-hikmah

Metode bi al-hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.32

Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.33

32

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajeman Dakwah, h. 34

33


(37)

Al-hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat sehingga menjadi sempurna. Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An Nasifi, arti hikmah yaitu: “Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.34

b. Metode Al-mau‟idza hasanah

Secara bahasa, mauidza hasanah terdiri dari dua kata, yaitu

mau‟idzha dan hasanah. Kata mauidzah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan, sementara hasanah

merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan lawan dari kejeleken.35

Adapun pengertian secara istilah, mauidzhatul hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.36

Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa maidzhatul hasanah

adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang mendengarkanya atau argument–argumen

34

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 246

35

Ibid.

36


(38)

yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh da‟i.37

Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi. Kata tersebut mengandung arti :

“Al-mau‟idzhatul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur‟an.38

Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzhatul

hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kabaikan daripada larangan dan ancaman. 39

c. Metode Al-Mujadalah

Dari segi etomologi (bahasa) mujadalah terambil dari kata

jadala” yang bermakna memintal, melilit. apabila ditambahkan

alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ala, “jaa dala” dapat

bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.

Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli

37

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 100

38

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251

39


(39)

kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al-Qur‟an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara yang terbaik. 40 Firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 45 yaitu:



















































Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa,

al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oelah dua pihak sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukkan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut.41

40

Samsul Munir Amin, ilmu Dakwah, h. 253

41


(40)

6. Atsar (Efek) Dakwah.

Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respon dan

efek (atsar) pada ma‟du (penerima dakwah).42

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian

para da‟i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah–langkah berikutnya (corrective action). Demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan. 43

Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau inforamasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai.

42

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 34

43


(41)

sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku. 44

7. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau di peroleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagian hidup manusia di dunia dan akherat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagian manusia di dunia dan akherat ini bisa tercapai dan terwujud.45

Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan, yakni :

a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.

b. Menunjukkan larangan–larangan yang bersifat perbuatan dan perkataan.

c. Menunjukkan keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada Allah. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah.46

Sementara itu M. Natsir dalam serial media dakwah mengemukaan, bahwa tujuan dari dakwah itu adalah:

a. Memanggil kita pada syariat , yang memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persoalan rumah tangga,

44

Jalaluddin Rahmad, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktek Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), h. 269

45

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265

46


(42)

berjamaah masyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara, dan berantar Negara.

b. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisi kan manusia secara heterogen, bermacam karakter pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syahada’ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas manusia.

c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.47 Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Adzariyat : 56.















“Dan Aku Tidak Menciptakan Jin dan Manusia Melainkan Supaya Mereka mengabdi Kepada-Ku.”

B. Bentuk –Bentuk Dakwah

Aplikasi dakwah ke tengah masyarakat beraneka ragam, sesuai dengan kemampuan kita dalam berdakwah. Umumnya bentuk-bentuk dakwah terbagi dari tiga macam yaitu antara lain:

a. Dakwah dalam bentuk lisan (bil- lisan)

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an dengan tegas mengenai hal ini akan ahsan qaulan (ucapan yang baik). Sebagaimana dalam Surat Al-Fussilat ayat 33 yaitu:

47

M. Natsir, ”Dakwah Dan Tujuan“ Dalam Serial Media Dakwah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, No. 28, hal. 2-4


(43)

























Artinya:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Pengertian ayat diatas adalah pentingnya akan keteladanan berupa dengan ucapan yang baik dalam menyeru pada jalan Allah SWT.

b. Dakwah dalam bentuk Perbuatan (bil-hal)

Dakwah bil-hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran islam. Dakwah bil- hal merupakan usaha merintis dan mempratekkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apapun.48

c. Dakwah dalam bentuk tulisan (bil-qolam)

Dakwah bil-qolam adalah dakwah berupa tulisan baik media cetak maupun online. Isinya berupa dakwah menyeru/mengajak kepada umat untuk ber-amar maruf dan nahi mungkar. Dakwah ini pernah dilakukan oleh Rasulullah dulu berupa pengiriman surat kepada raja/penguasa yang belum memeluk islam seperti raja Persia. Rasulullah

saw bersabda: “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik baik dari

darahnya para syuhada”.

48

Umi Musyarofa, Dakwah Kh. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan,


(44)

PROFIL K.H. MISBAHUL MUNIR DAN GAMBARAN UMUM

PONDOK PESANTREN ILMU AL-QUR

AN AL-MISBAH

VOLKER JAKARTA UTARA.

A. Latar Belakang K.H. Misbahul Munir 1. Riwayat Hidup K.H. Misbahul Munir

Nama lengkap beliau adalah K.H. Misbahul Munir cholil lahir dan dibesarkan di desa Mayangan Probolinggo 6 Juni 1972 Putra pertama dari Alm. K.H. Kholilurrahman dan ibu Hj. Hafsah yang kedua orantuanya secara silsilah merupakan keturunan dari para ulama1. Sekolah dasar Kh. Misbah (panggilan akrab K.H. Misbahul Munir) dimulai di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Jrebeng Kulon Probolinggo yang merupakan sekolah swasta asuhan abahnya sendiri. Kh. Misbah di sekolah itu masuk dua kali dalam sehari, yaitu waktu pagi Kh. Misbah masuk sekolah ibtidaiyah dengan kurikulum pemerintah yang sama sepertinya umumnya sekolah dasar (SD). Setelah shalat dhuhur, Kh. Misbah masuk lagi pada sekolah yang sama, bedanya yang dipakai kali ini dengan kurikulum yang dibuat sendiri oleh pengasuh sekolah yang pelajarannya lebih ditekankan pada ilmu keagamaan seperti Ilmu Fiqih, Nahu Shorof, Ilmu Tauhid dan disiplin ilmu agama lainnya.2

Sepulang dari sekolah, Kh. Misbah membantu usaha orang tuanya yang berprofesi mebel dan juga menggembelakan kambing di sawah. Selain membantu

1

Ustad Syam, (teman Kh. Misbah) wawancara pribadi, Jakarta utara, 2 maret 2014 2

Wawancara pribadi dengan Ustad Sufyan, (Murid pertama Kh. Misbah) Jakarta, 22 juli 2014


(45)

orang tua, Kh. Misbah amat hobi bermain bola sampai pernah suatu ketika bermain dengan teman-temannya, Pernah suatu ketika asyik bermain dan tidak sadar sudah menjelang malam dan sampai di rumah sudah pada waktu magrib. hal itu diketahui oleh abahnya, lalu kemudian Kh. Misbah dihukum dengan diikat pada sebatang pohon di ladang sampai jam 21.00 malam sebagai hukuman. Hal itu karena beliau tidak ingat akan waktu, dan cenderung akan melalaikan shalat.3

Malam hari setelah waktu bahda magrib, Kh. Misbah masuk mengaji belajar kitab, begitu pun juga di waktu pagi hari Kh. Misbah kembali mengaji, tapi kali ini mengaji Al-Qur‟an yang langsung kepada abahnya sendiri yang memang seorang tokoh agama, juga sebagai pengajar mengaji anak-anak di desa tempat tinggal beliau tanpa dengan dipungut biaya.

Setelah lulus sekolah ibtidaiyah, orang tua Kh. Misbah melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Di Sidogiri Kh. Misbah masuk kelas 5 ibtidaiyah dan melanjutkan ke jenjang tsanawiyah 3 tahun. Kemudian diteruskan studinya di Aliyah Tarbiyatul Muallimin (ATM) selama 3 tahun juga. Di Sidogiri Kh. Misbah juga aktif pada kegiatan non formal dengan mengikuti berbagai organsasi seperti OMIM (Organisasi Murid Intra Madrasah), Jamiyatul Muballighin (Jamub) dan Himpunan Santri Daerah Probolinggo (Hisdap). Selama Beliau mengenyam pendidikan di Sidogiri, Kh. Misbah dikenal diantara para santeri di Sidogiri akan ahli berpidato/ceramah. Bahkan beliau Ketua Organisasi Jamiyyatul Muballighin (organisasi mengasah skill dalam berpidato/berorasi) terlama sewaktu masih menjadi santeri.4

3

Ustad Syam, (teman Kh. Misbah) Wawancara pribadi, Jakarta utara, 2 Maret 2014

4


(46)

Hal itu tidak lepas akan gigihnya Kh. Misbah dalam berlatih menjadi seorang narator ulung atau ahli berpidato seperti Bung Karno yang diidolakannya. Hal ini didapat dari Kesaksian para santeri seangkatannya sewaktu mondok dulu dalam keadaan tugas menyapu saja di masjid, Kh. Misbah masih berlatih menggunakan gagang sapu lidi sebagai media mix. Melihat hal itu, Sampai suatu ketika pernah ada temannya yang menegur ”Misbah, nanti lama kelamaan jadi gila Kamu nantinya dengan kebiasaanmu itu”. Lalu dengan enteng dijawab oleh Kh. Misbah,” Tidak apa saya gila, asal kamu suatu hari nanti akan tergila-gila sama saya,”jawabnya.5

Pernah ada suatu peristiwa yang buat geger Pesantren Sidogiri karena ketika ada acara ihtisan di Pondok Pesantren Kyai Kholil di Bangkalan, pihak pondok mengundang penceramah ke Sidogiri, dan yang diundang untuk acara ihtisan itu bukan seorang guru untuk mengisi ceramah disana, melainkan seorang murid yaitu Kh. Misbahul Munir sendiri.6

Setelah lama menimba ilmu di Sidogiri, Kh. Misbah muda mendapat tugas wajib oleh pengasuh pondok untuk mengajar di Banyualet Desa Tanah Merah Laok Kabupaten Bangkalan selama dua tahun. Di sana Beliau mengajar di kelas 3 Tsanawiyah dan kelas 3 Aliyah. Lalu setelah tugas wajib selesai, selama 12 tahun mengenyam pendidikan di Sidogiri, Kh. Misbahul Munir pulang kampung ke Propolinggo lalu mengabdi Setengah tahun mengajar di Miftahul Ulum, sekolah sewaktu beliau masih kecil. Kemudian Kh. Misbah meneruskan pendidikannya di Universitas Sunan Giri Surabaya. Beberapa tahun kemudian Kh. Misbah kenal dengan seorang wanita asal dari Tj. Priok Jakarta Utara bernama

5

Ustad Syam, (teman Kh. Misbah) Wawancara Pribadi, (Jakarta Utara, 2 Maret 2014)

6


(47)

Mamah Musarofah yang tak lain teman dari adik perempuan Kh. Misbah, dan tak lama setelah itu beliau menikah dengan Nyi Mamah.

Setelah menikah Kh. Misbahul Munir kemudian tinggal di Tj. Priok tempat tinggal istrinya. Dari pernikahan dengan Hj. Mamah, Kh. Misbah mempunyai 3 orang anak, yaitu:

a. Fatimah azzahra (meninggal ketika usia 1 tahun) b. Ahmad dan Ahmda (kembar)

Mertua dari Kh. Misbah merupakan pengusaha besi yang sukses. Dan berada di lingkungan pengusaha di bidang besi tua, mau tidak mau Kh. Misbah membantu usaha dari ayah mertuanya menjadi seorang entrepreneur, berbanding terbalik dengan latar belakangnya yang selama ini sebagai pengajar. Tetapi walaupun keadaan begitu, Ketika adzan berbunyi jika waktu sholat dhuhur tiba, Kh. Misbah segera bergegas menuju Masjid Jami At-Taqwa yang tidak jauh dari tempat tinggalnya untuk menunaikan shalat.7

Masjid Jami At-Taqwa pada waktu itu merupakan masjid terbesar di daerah Volker Tanjung Priok. Namun pada waktu keadaan masjid tampak kurang perawatan, hal itu bisa dilihat ketika musim hujan datang, masjid yang dua lantai itu banjir dikarenakan rembesan air hujan yang jadi penyebabnya karena keadaan lantai masjid yang sudah rendah daripada tingginya jalan, Faktor lain lokasi masjid dekat dengan air laut. Begitupun juga keadaan bangunan dan atap mulai pada retak dan bocor pada waktu hujan. Masjid yang dibangun dari sumbangan dari beberapa sesepuh para pengusaha besi pada waktu itu,8dan sekarang para sesepuh sudah pada tidak ada (wafat). Dan generasi berikutnya yaitu Para ahli

7

Wawancara Pribadi Ustad Syam (teman Kh. Misbah) Jakartah 21 Maret 2014

8


(48)

waris yang melanjutkan sebagai donatur pada waktu itu sudah tidak percaya pada pengurus takmir Masjid Jami At-Taqwa sehingga menambah runyamnya keadaan Masjid At-Taqwa.

Seperti biasa setiap datang waktu shalat tiba, Kh. Misbah selalu shalat berjamaah di Masjid Jami At-Taqwa. Karena kebiasaan itulah kemudian Kh. Misbah jadi lebih mudah mengenal masyarakat Volker yang shalat berjamaah yang baru dikenalnya . Jalan dakwah beliau mulai terlihat ketika imam Masjib At-Taqwa yang biasa mengisi shalat berjamaah tidak hadir dan penggantinya telat hadir, Kh. Misbah yang memang latar belakang dari dunia pesantren kemudian mengisi untuk menjadi imam. Dan setelah shalat berjamaah, tanggapan positif datang dari beberapa jamaah, karena baik dari bacaan, maupun gerakan shalat yang baik disukai jamaah ketika memimpin shalat bahkan mengalahkan Imam Masjid At-Taqwa kala itu.9

Karena kemampuan itulah akhirnya pengurus masjid kemudian juga meminta kepada Kh. Misbah untuk mengisi pembacaan khotbah saat jumat dan ceramah di Masjid Jami At-Taqwa dan tidak itu saja, beliau juga diminta untuk menjadi bagian dari Kepengurusan Takmir Masjid Jami At-Taqwa. Pada suatu hari ada bapak tua salah satu jamaah Masjid Jami At-Taqwa meminta pada beliau untuk mengajarkan anaknya yang bernama Sufyan berupa ilmu agama terutama ilmu Al-Qur‟an. Pada awalnya beliau tidak berkenan, karena ditakutkan menyalahi para sesepuh yang sudah lebih dahulu membuka pengajian, tapi karena didesak akhirnya Kh. Misbah menyanggupinya. Karena tidak punya tempat, pada awalnya pengajian Kh. Misbah dilakukan di rumah, hari demi hari pengajian Kh. Misbah mulai banyak diikuti remaja setempat untuk mengaji.10

9

Wawancara pribadi ustad sufyan (murid pertama Kh. Misbah) jakarta 21 maret 2014 10Wawancara pribadi ustad syam (teman kh. Misbah) jakarta 8 juni 2014


(49)

Hari demi Kh. Misbah mulai dikenal oleh masyarakat Volker, ceramah dan Khotbah jumat beliau selalu ditunggu jamaah karena dari materi dan bagusnya cara penyampaian beliau mudah yang disampaikan kepada jamaah. Karena keadaan itulah menjadi penyebab adanya kecemburuan para ustad senior yang sudah lama ada di daerah Volker. Salah satunya kejadian jika sebelumnya Kh. Misbah diajak musyawarah berkenaan program Masjid Jami At-Taqwa, mulai saat itulah Kh. Misbah sudah tidak dilibatkan dalam rapat takmir Masjid Jami At-Taqwa.11

Melihat keadaan yang sudah tidak sehat, akhirnnya Kh. Misbah dengan terpaksa mengalah dan menjauh dari hiruk-pikuk kepengurusan Masjid At-Taqwa. Malah beliau mendukung program-progrram yang dijalankan oleh pengurus dari belakang layar, tapi kinerja pengurus masjid bukannya baik, malah masjid terbengkalai. Bukan saja program yang mandek, tapi juga para donatur yang mayoritas juragan besi yang ikut berperan membiayai operasional Masjid At-Taqwa sudah tidak percaya lagi pada Takmir pengurus Masjid At-At-Taqwa kala itu.12

Dengan kejadian itu, perlahan Kh. Misbah mulai jaga jarak agar tidak terjadinya kesalahpahaman yang akan lebih besar. Beliau kembali lebih fokus kepada usaha besi tuanya yang kini sudah mandiri dengan membuka usaha sendiri di daerah Volker juga. Dan pada waktu itu, mulai terdenganr jika imam Masjid At-Taqwa mulai sakit-sakitan dan tak lama kemudian berpulang (wafat) karena mengidap penyakit, dan diganti imam pengganti selama setahun. Dan setelah masa setahun, diadakanlah pemilihan imam Masjid At-Taqwa yang baru, dan Kh.

11Wawancara pribadi ustad Syam (teman Kh. Misbah), jakarta 8 juni 2014

12


(50)

Misbah diminta oleh jamaah untuk mencalonkan diri sebagai imam Masjid At-Taqwa walaupun pada waktu itu masih ada yang lebih senior mencalonkan dari beliau. Maka diadakannya pemilihan imam Masjid dan takmir masjid yang baru dan akhirnya Kh. Misbah terpilih menjadi Imam Masjid Jami At-Taqwa. Dan tak lama setelah terpilih menjadi Imam Masjid Jami At-Taqwa Kh. Misbah dan Nyi Mamah menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.

Setelah terpilih menjadi Imam Masjid Jami At-Taqwa, Kh. Misbah memutuskan untuk meninggalkan usahanya berjualan besi tua dan fokus untuk mengurus Masjid At-Taqwa dan para santerinya. Selama ini santrinya jika mengaji di rumah Kh. Misbah, dan sejak menjadi imam Masjid At-Taqwa, para santeri dipindahkan mengajinya ke Masjid Jami At-Taqwa.

Dikarenakan santrinya yang kian banyak dari waktu- kewaktu yang sudah tidak bisa ditampung di Masjid At-Taqwa ketika mengaji, mulailah terpikirkan oleh Kh. Misbah untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Dan akhirnya dengan bantuan dukungan badan usaha Masjid At-Taqwa (koperasi), dukungan masyarakat terutama para donatur juragan besi, dan Koperasi Simpan Pinjam Sidogiri akhirnya Kh. Misbah mendirikan lembaga pendidikan yaitu Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah pada tahun 1998 yang letaknya tepat disamping Masjid At-Taqwa.13

Selain menjadi Imam Masjid Jami At-taqwa dan pengasuh Pesantren Al-Qur‟an Al-Misbah, aktifitas Kh. Misbah yaitu mengisi undangan pengajian ceramah/khotbah yang diundang dari masjid atau majelis taklim sekitar maupun luar kota. Beliau juga mengisi aktif berdakwah di lembaga swasta maupun

13


(51)

pemerintahan seperti di LP Cipinang, Lemhanas, KPK, maupun di MK. Kh. Misbah juga aktif berdakwah di MUI TV maupun TV ASWAJA. Dan Khusus pada minggu terakhir di akhir bulan, Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah mengadakan acara taubat nasuha setelah shalat maghrib sampai waktu isya yang dihadiri para santeri dan jamaah dari Masjid At-Taqwa. Beliau juga mengadakan pembacaan Surat Yasin dan Barzanji bersama tiap malam jumat yang diteruskan dengan ceramah umum oleh beliau. Kh. Beliau juga mengisi kajian rutin kitab Bulughul Marrom di Masjid Istiqlal.14

Untuk kembali menghidupkan nilai-nilai keislaman di tengah-tengah masyarakat Volker, pada tiap hari besar islam Kh. Misbah selalu merayakan hari besar itu bersama para santeri. Misalnya seperti penyambutan hari islam yang jatuh pada 1 Muharram dengan mengadakan berbagai lomba dan yang paling unik yaitu lomba pawai keliling yang pesertanya para seluruh santeri dengan berbagai antraksi berbagai busana muslim yang berjalan mengelilingi daerah Volker. Tujuannya agar masyarakat mengenal hari besar islam, dan secara tak langsung ikut aktif pada acara tersebut dan tidak harus tahun baru masehi yang harus diperingati.15

Selain itu, Kh. Misbah juga aktif di beberapa organisasi yaitu menjadi kader muballigh di Yayasan At-Taufiq di Cipeucang Koja jakarta utara sebagai pengajar Ilmu Dakwah kepada calon da‟i muda yang diseleggarakan oleh lembaga tersebut. Pada tahun 2004 Kh. Misbahul Munir aktif di MUI Kota Administrasi Jakarta Utara, Juga mengabdi Sebagai Sekretaris LDNU Jakarta Utara. dan pada tahun 2009, beliau juga menjadi Sekretaris Komisi Fatwa MUI Jakarta Utara, juga

14

Wawancara pribadi Kh. Misbahul Munir, Jakarta utara 5 April 2014 15


(52)

sebagai Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama yang berkantor di Jl. Kramat Raya No.125. Beliau juga diberi amanat menjadi ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren se-DKI Jakarta. Pernah juga menjadi wakil ketua di Yayasan Ikaman (Ikatan Keluarga Madura). Sekarang Kh. Misbah aktif di MUI di bagian Komisi Fatwa, dan juga sebagai Dosen pengajar ilmu dakwah kepada calon da‟i muda yang diselenggarakan secara gratis oleh lembaga tersebut.16

2. Latar belakang Pendidikan.

Kh. Misbahul Munir menempuh pendidikannya di sekolah ibtidaiyah di Madrasah Miftahul Ulum Jrebeng Kulon Probolinggo pimpinan abahnya sendiri yaitu Kh. Kholilur Rahman. Di sekolah itu Kh. Misbah masuk dua kali, yaitu pada waktu pagi dan siang. Jika waktu pagi Kh. Misbah masuk sekolah ibtidaiyah dengan kurikulum pemerintah seperti umumnya seperti sekolah dasar (SD). Dan setelah shalat Dhuhur masuk lagi pada sekolah yang sama, bedanya yang digunakan kali ini dengan kurikulum yang dibuat sendiri oleh pihak yayasan yang lebih ditekankan pada ilmu keagamaan seperti Ilmu Fiqih, Nahu Shorof, Ilmu Tauhid dan disiplin ilmu agama islam lainnya.17

Setelah dirasa cukup ilmu dasar agama, kemudian orang tua beliau memondokkannya ke Pesantren Sidogiri Pasuruan. Di Sidogiri masuk kelas 5 Ibtidaiyah dan melanjutkan ke jenjang tsanawiyah 3 tahun, dan setelah tamat melanjutkan studinya di Aliyah Tarbiyatul Muallimin (ATM) selama 3 tahun. Di Pondok Sidogiri beliau juga aktif di beberapa organisasi, salah satunya di OMIM (Organisasi Murid Intra Madrasah), Jamiyatul Muballighin (Jamub) dan

16 Wawancara pribadi dengan Kh. Misbahul Munir di kediamannya, Jakarta 22 Mei 2014


(1)

4. Apa yang anda sukai dari sosok Kh. Misbahul Munir?

Kh. Misbahul Munir adalah sosok yang bersahaja, mudah menyapa kepada orang lain walaupun orang itu tidak kenal dengan Kh. Misbah. Ramah, dan bermasyarakat sehingga disukai oleh warga di sini. Tidak pernah membalas kejahatan orang lain, sewaktu awal-awal dakwah Kh. Misbah, banyak gangguan baik dari preman maupun pihak-pihak yang tidak suka kepada Kh. Misbah sewaktu berdakwah di daerah Volker ini, tetapi Kh. Misbah tidak membalasnya. Jika ada warga yang kematian, pernikahan, atau hal yang lain Kh. Misbah datang untuk takzia, atau mendatangi undangan tersebut. Selalu memberi tanpa harus menerima balasannya. Hal-hal itulah yang menjadi daya tarik dari Kh. Misbah sehingga masyrakat menerima materi dakwah dari beliau dikarenakan keluhuran budi pekerti yang ditunjukkan oleh Kh. Misbahul Munir sendiri ke masyarakat. Selain itu, metode yang dipakai oleh kyai yaitu teladan yang baik (uswatun hasanah) berupa akhlak yang baik dan peka kepada lingkungan sekitar seperti jika ada kematian, pernikahan maupun yang lainnya sehingga beliau kepada masyarkat ada kedekatan secara social, sehingga dakwah beliau mudah diterima.

5. Apa yang anda ketahui dari perjalanan dakwah dari Kh. Misbahul Munir? Perjalanan dakwah dari Kh. Misbahul Munir di mulai dari ketika beliau mengisi menjadi Imam Masjid At-Taqwa jika kebetulan berhalangan hadir karena Kh. Misbah rajin shalat berjamaah di Masjid At-Taqwa ini. Dan Pada waktu itu, Kh. Misbah ketika menjadi imam amat disukai oleh jamaah karena bacaan suratnya bagus tumaninahnya, dan yang lain sehingga pada waktu itu mengalahkan Imam Masjid At-Taqwa. Barulah ketika Kh. Misbah menjadi imam masjid menggantikan imam masjid yang lama karena wafat, Kh. Misbah mimandahkan pengajiannya yang sebelumnya dilakukan di rumah beliau lalu di masjid karena sebelumnya pengajian dilakukan di rumah beliau sampai kemudian mendirikan Pesantrean Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah sekarang ini.


(2)

6. Apa yang menurut Anda salah satu kegiatan santeri yang efektif secara tidak langsung mempengaruhi warga di daerah Voker ini?

Setiap hari besar islam yang jatuh pada 1 Muharram, pengurus pesantrean mengadakan berbagai lomba di antara seluruh santri yang dibagi dari beberapa kategori. Cuma yang paling menarik perhatian masyarakat yaitu lomba pawai keliling dengan atribut busana muslim yang berkeliling di sekitar warga Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Al-Misbah. Dan secara tidak langsung warga pada menonton, dan yang tidak tahu menjadi tahu karena kegiatan itu secara tidak langsung menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada warga.

7. Apa yang anda ketahui dari materi dakwah yang di berikan Kh. Misbah kepada santri di Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al-Misbah?

Materi dakwah yang diberikan yaitu berkaitan dengan iman, islam dan ikhsan bersumber dari al-quaran dan al-hadis yang kemudian diterjemahkan lewat pelajaran-pelajaran dan aktifitas-aktifitas keseharian pada santeri.

8. Apa yang anda ketahui dari aktifitas dakwah yang di lakukan oleh Kh. Misbahul Munir?

Selain mengajar di Pesantren Al-Misbah, Kh. Misbah juga mengisi ceramah umum maupun khotbah di sekitar daerah Volker, sekitar jakarta bahkan luar daerah. Beliau juga aktif di beberapa organisasi seperti LDNU, MUI. Beliau juga mengisi di beberapa lembaga swasta maupun pemerintah, seperti di KPK, MK, Lemhanas dan LP Cipinang. juga aktif di TV MUI, Aswaja, program-progaram di TVRI, maupun di media sosil terutama di Facebook, Twitter, dan you tube.


(3)

(4)

Gambar 2. Wawancara dengan salah satu pengajar sekaligus sekretaris pribadi Kh. Misbah yaitu Ustad Sufyan S,Ag


(5)

Gambar 3. Wawancara dengan teman Kh. Misbahul Munir Ustad Syam Haji di kediamannya


(6)

s

Gambar 4. Kolam dua kulla tain yang ada di depan tempat air wudhu

Gambar 6. K.H. Misbahul Munir Sewaktu mengisi Pengajian Istighosah setiap bulan di akhir Minggu