Metode al-hikmah Metode Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir

lembut qaulan marufan perkataan yang baik qaulan maisura perkataan yang ringan qulan karima perkataan yang mulia, hal itu bertujuan agar aktifitas dakwah berjalan sesuai dengan harapan. Khusus kepada para santeri beliau, penerapan metode al-hikmah yaitu sebelum mengaji membaca membaca Surat Al- Mulk bahkan dianjurkan untuk dihafal dan disertai amalan doa setelah membaca Surat Al-Mulk. Lalu kemudian dilanjutkan pembacaan Tabarroq, Asmaul Husna, pembacaan Rattib Al-Haddad dan bangun malam menjelang shubuh atau “aktifitas penggerak hati”.

2. Metode dakwah mauidzadatil hasanah

Dakwah mauidzadatil hasanah berarti nasehat yang baik. pengertiannya adalah dakwah dengan yang disampaikan kepada madu dengan perkataan lembut dan penuh kasih sayang dalam menyampaikan pesan dakwah kepada madu. Perumpamaan jangan kita mencuci pakaian dengan air kencing, atau mencuci dengan air comberan bukan malah bersih melainkan tambah najis. Nasehat yang baik harus kita sesuaikan pada kondisi dan tempat. Tidak mungkin marah-marahin di depan orang banyak misalnya, menasehatin orang walaupun itu benar, hal itu tidak akan efektif, misalnya marah di depan mimbar. Mungkin kita sampaikan berdua, ada waktunya kita berdua berbicara dari hati ke hati. Itu suatu contoh, jadi mauidzatul hasanah adalah nasehat yang baik disampaikan dengan cara yang baik. Dalam prakteknya dakwah mauidzadatil hasanah beliau mengisi materi dakwahnya berupa ceramah umum, pembacaan khotbah jum‟at, berupa pengajian seperti pengajian malam jumat, dan kajian-kajian kitab seperti kitab Bulughul Marom di Masjid Istiqlal, kajian-kajian keagamaan baik secara media TV maupun radio, adapun kepada santerinya di pesantrean ilmu al-Q ur‟an metode dakwah mauidzadatil hasanah beliau terapkan berupa ceramah dan khotbah jum‟at yang dihadiri para santeri dan jamaah Masjid At-Taqwa dan kata-kata motivasi kepada santerinya agar menambah semangat belajar dan meraih cita-cita.

3. Metode dakwah mujadalah billati- hiyya akhsan

Dakwah mujadalah billati- hiyya aksan adalah dakwah berdebat dengan cara yang baik untuk meneguhkan sebuah pandangan kita. Atau juga mempunyai arti berdebatberdiskusi dengan cara yang baik. Menurut Kh. Misbah tidak selalu orang di hadapi dengan argument, kadang-kadang kita kepada orang bodoh cukup diam, “ida kodaa bal mujahiluna kolu salama” kalau orang bodoh tidak usah dilayanin, karena hal itu bagian dari metode. Mengalah saja, dijelaskan pun tidak bakal mengerti, atau kepada orang yang datang kepada kita dalam rangka untuk tidak mencari kebenaran untuk memojokkan dan mencari menang-menangan. tujuan kita i ‟dakwah ilallah, bukan idakwah I’llannafsi, bukan I‟dakwah kemenang-menangan. Dakwah kepada sekiranya kita menang, dakwah sekiranya bisa mempermalukan orang kalau semangat dakwahnya i ‟lalalah, kalau kira-kira dengan diam sudah cukup, atau tidak menjawab justru dengan menjawab kita tidak akan diterima pandangan kita karena sudah penuh dengan emosional dan sebagainya. Itu yang di sebut dengan metode mujadallah billati hiyya ahsan. Kalau bahasa kasarnya argumenlah dengan yang terbaik, kemudian yang terbaik itu tidak selalu yang menjawab. Dan dalam aktifitas dakwahnya, metode dakwah mujadallah billati hiyya ahsan beliau aplikasikan pada santerinya pada majelis fajar yaitu pengajian kitab kuning di pagi hari bersama para santeri dan jamaah Masjid At-Taqwa. Metode mujadalah beliau juga terapkan ketika ada seminar maupun acara keagamaan misalnya beliau sebagai perwakilan dari MUI ketika mengadakan diskusi dengan perwakilan dari negara Iran berkaitan dengan ajaran syiah di indonesia. 13

E. Media Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir

Wasilah atau media dakwah, seorang da‟i butuh akan media untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, terlebih pada zaman modern seperti sekarang ini kita harus cerdas dengan mengikuti zaman dalam berdakwah seiring makin canggihnya teknologi Ilmu Komunikasi misalnya saja dengan media internet. Selain media yang lain, beliau anggap pesantren juga media. pesantren ini bukan tujuan tapi media yang menyampaikan pesan keagamaan dan efektif di Indonesia. Dan khusus dalam lingkungan di pesantren karena beliau mempunyai sebuah paham, nasrul ilmi atau melahirkan ulama, perjuangan sejatinya menyebarkan ilmu beliau orang pesantren mengatakan adalah di pesantren. Karena terbukti dan realitas, ulama-ulama yang mempuni ilmunya dan juga mengandung tuah atau karomah umumnya dari pondok pesantren. Itu bisa di buktikan walaupun tidak menutup kemungkinan dari institusi yang lain tapi rata- rata sudah diakui model pendidikan di pesantren yang terdiri dari kyai, unsur santri, unsur wali santri, dan tempat apakah itu masjid, tempat belajar untuk belajar anak-anak, dan asrama itu hal pokok yang harus ada di pondok pesantren. Selain itu banyak media lain yang bisa di pakai, kita jangan fokus pada satu media saja. Ada media tulisan, ceramahlisan, internet, bil-hal atau perbuatan. Dan khusus di daerah Volker yang umumnya mayoritas masyarakatnya orang Madura, beliau melihat adanya persamaan dengan mereka yaitu sama orang 13 Wawancara pribadi dengan Kh. Misbahul Munir di kediamannya, Jakarta 10 Februari 2014