Apa yang dimaksud dengan metode dakwah kyai?

dengan sendirinya. Baik kepada orang pemabuk, penjudi, pemakai obat minimlah mereka segan pada saya saat saya lewat dan Orang mengharapakan semua bubar, orang pemasoknya lebih besar. Tidak harus diceramahin mereka, kalau hendak diingatkan, perlu ada waktu dan tempat yang tepat untuk mengingatkan mereka. Walaupun banyak halangan yang melintang selama ini saya berdakwah dan selama itu pula saya tetap tegar, kenapa kekuatan itu ada karena istikomah untuk mengajar kepada masyarakat. 5. Apa definisi materi dakwah menurut Kyai? Materi dakwah adalah isi pesan yan g disampaikan da‟i kepada madu. Ya Sumber utamanya adalah Al-Qur ‟an dan Al-hadis yang pada pokoknya mengajak orang hatta lama budda ilallah, sehingga tidak ada yang disembah selain Allah. materi pokok yang diajarkan tidak jauh-jauh dari tiga hal, yaitu tentang iman, islam dan ikhsan. Dan ini berkembang menjadi disiplin-disiplin ilmu yang lain. Apa itu iman, islam dan ikhsan? Seperti yang diriwayatkan dari Imam Muslim yaitu: Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami para sahabat duduk di dekat Rasululah Shallallahu „alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukan nya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi:“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata,“Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun ber tanya lagi :“Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju miskin papa serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, S ehingga Nabi bertanya kepadaku :“Wahai, Umar Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian. ” Kenapa saya memakai tiga hal itu, karena tiga pokok-pokok ajaran agama berangkat dari sana, yaitu tentang islam iman dan ikhsan. Kalau bicara islam standarnya ya rukun islam dan iman juga standarnya ya rukun iman dan ikhsan berkaitan dengan akhlak yang paradigmanya merasa ketika beribadah sedang melihat kepada Allah, dan apabila tidak bisa maka merasa dirinya sedang dilihat oleh Allah. Dan ketiga pokok ini ada yang mewakili, misalnya dalam bidang Iman dikenal dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu kalam, kalau dibidang islamsyariat di kenal dengan ilmu fiqih, dan ikhsan berkaitan dengan akhlak atau tasawwuf. Ke tiga ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Ketika bicara islam butuh iman, iman butuh ikhsan. Artinya tidak cukup ketika orang mengatakan beriman saja tapi tidak ber-islam misalnya tidak melaksanakan syariat seperti tidak melaksanakan ibadah shalat atau menjalankan syariat saja tapi tidak berlandaskan iman untuk sekarang sudah banyak. Ada orang melakukan ritualibadah kadang shalat, kadang zakat tapi dirinya tidak beriman hal itu juga tidak benar. Iman dan islam tanpa ikhsan juga tidak sempurna. Misalnya katakanlah orang beriman kemudian ber-islam menjalankan syariat, akan butuh norma-norma yang bernama akhlakkepatutan. Ketika orang beriman kepada Allah kemudian melaksanakan syariat misalnya ibadah shalat, dan bicara dalam kontek shalat saja secara syariat dalam shalat aurat laki-laki antara pusar sampai sebatas lutut, hal itu sudah cukup secara kontek syariatfiqih. Tapi persoalannya berani tidak menjalankan syariat tanpa akhlak, misalnya shalat tanpa baju cukup pakai sarung berangkat ke masjid ketika shalat jum‟atan. Dari sisi syariat hal itu sudah cukup, karena dalam ilmu fiqih mengatakan auratnya laki-laki dalam shalat antara pusar sampai sebatas lutut. Tapi sekali lagi persoalannya hal itu kurang ajartidak bagus dalam penggunaan ukuran-ukuran akhlak. Akhlak saja tanpa ada iman dan islam tidak cukup. Karena banyaknya akhir-akhir ini berkembang banyak aliran, maka Visi pesantren ini ditambah dengan iman, islam, ikhsan ala ahlusunnah waljamaah. Kenapa saya memakai ala sunnah waljamaah? Sekarang ini banyak orang mengartikan iman, islam, dan ikhsan tapi paradigmanya tidak berlandaskan