Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
s
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Seseorang yang menyampaikan dakwah disebut da‟i atau da‟iyah. Sosok da‟i
atau da‟iyah adalah bagian sosok sentral penting dari unsur- unsur dakwah. Yang
harus ditekankan disini sebelum seorang da‟i atau da‟iyah melakukan aktitifitas
dakwah ke masyarakat madu dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran
amar ma’ruf nahi mungkar, hendaknya seorang da‟I mengintropeksi diri apakah tutur kata dan perilakunya sesuai dengan yang
disampaikan. Apakah selama ini seorang da‟i sudah melaksanakan kewajiban ibadah
maupun meninggalkan larangan yang diperintahkan oleh agama yang disampaikan dalam setiap materi dakwah yang disampaikannya. Jika kondisinya bertentangan
dengan yang disampaikan dan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan, maka ucapannya tidak akan bertuah kepada hati orang yang menjadi objek dakwahnya.
Ucapannya akan sampai ke mulut saja, maka jangan heran tidak akan ada perubahan di tengah masyarakat setelah mendengar dakwah dari
da‟i tersebut. Menegakkan
amar ma’ruf nahi mungkar merupakan tujuan utama dan termulia diciptakannya manusia. Allah SWT. telah menciptakan alam semesta yang
sebesar dan selengkap ini demi terwujudnya usaha amar ma’ruf nahi mungkar.
Karena itu, Allah Azza Wa Jalla sengaja menciptakan manusia sebagai khalifah di permukaan bumi ini, demi terwujudnya kekhalifaan. Dan untuk menunjang
keberhasilan tugas kekhalifaan dimaksud, Allah sengaja mengutus sejumlah Nabi dan Rasul sebagai penunjuk jalan menuju kehendaknya.
8
Aktifitas Dakwah itu sendiri dimulai sejak rasul pertama yaitu Nabi Adam AS. sampai bersambung terakhir kepada rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Selama terjadi kemungkaran dan kerusakan yang dilakukan manusia, selama itu juga gerakan dakwah diperlukan terlebih lagi pada zaman modern sekarang ini, kita
rasakan bersama semakin tua usia bumi ini bentuk maksiat yang dilakukan makin beragam terlebih gencarnya hegemoni barat yang menambah rusak pola pikir dan
tingkah laku generasi muda sekarang ini sehingga membawa perilakunya bertambah liar. Dengan melihat keadaan itu, aktifitas dakwah sekarang ini amat dibutuhkan agar
dampak kerusakan yang dilakukan tidak bertambah parah. Sebagai umat yang terakhir dan terbaik yang terlahir di dunia, wajib bagi kita untuk saling ingat-
mengingatkan kepada kebaikan, sebagaimana yang disebutkan pada ayat dibawah ini yaitu:
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kalian sekelompok orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung
” QS. Ali Imran ayat 104.
8
Fethullah Gulen, Dakwah, Jakarta : Republika Penerbit, 2011, Cet. 1 h. 26
Maksud dari firman Allah SWT. di atas adalah hendaknya ada sebagian orang dari orang-orang yang beriman yang senantiasa menegakkan amar maruf nahi
mungkar, agar umat manusia tidak tenggelam dalam kesesatan, dan sekaligus dapat mengurangi jumlah kemaksiatan. Jika di dalam suatu masyarakat telah ada sejumlah
orang yang senantiasa menegakkan amar maruf nahi mungkar, maka masyarakat semacam itu akan dilindungi dari murka dan siksa Allah SWT.
9
Jika kita menengok pada sejarah, kaum-kaum yang diazab oleh Allah adalah penduduknya yang sudah melupakan nilai-nilai ajaran agama dan mengindahkan dari
seruan dakwah yang dibawah oleh para rasul yang diutus oleh Allah . Dan Allah tidak akan mengazab suatu kaum, jika masih ada yang masih mengagungkan namanya
dalam bentuk ibadah-ibadah yang dilakukannya. Agar aktifitas dakwah berjalan dengan maksimal, tentunya untuk sekarang ini
seorang da ‟I berdakwah dengan mengikuti perkembangan zaman dalam berdakwah.
Karena dakwah yang dilakukan Wali Songo tentunya berbeda dakwah dengan da‟i
pada zaman sekarang. Dengan makin canggihnya teknologi informasi, tentunya disamping seorang da‟I membekali diri dengan ilmu pengetahuan agama, kita juga up
date terhadap ilmu pengetahuan, dengan menguasai ilmu teknologi komunikasi. hal ini tentunya penunjang sebagai media dakwah yang efektif selain berdakwah dalam
bentuk yang lain seperti bil-lisan maupun bil-hal. Selain metode dakwah, unsur da
‟i yang sebagai pelaku dakwah amatlah penting. Karena da
‟i hendaknya intropeksi diri sebelum melakukan aktifitas dakwah ke tengah-tengah masyarakat, karena da
‟i sebagai panutan umat. Dan kunci sukses
9
Fethullah Gulen, Dakwah, Jakarta : Republika Penerbit, 2011 Cet. 1 h. 26
dakwah, salah satunya terletak pada kekuatan keteladanan. Jangan sampai masyarakat melihat seorang da
‟i yang perilakunya tidak sesuai dengan ucapannya ketika berdakwah. Karena jika hal itu terjadi, dampaknya tidak ada efek dakwah
kepada masyarakat dikarenakan tidak bertuah ucapannya kepada mad ‟u.
Maka jangan heran, walaupun jumlah da ‟i di Indonesia tidak sedikit tapi efek
dakwah yang merupakan bagian dari unsur dakwah dirasakan kurang berhasil untuk merubah dari pola pikir dan perilaku masyarakat sekarang ini. Malahan cenderung
masyarakat makin parah perilakunya dengan banyaknya tindakan kriminal maupun asusila yang dilakukan, hal ini bisa kita lihat dan saksikan secara langsung maupun
dari media seperti kejadian perampokan, pemerkosaan, judi, mabuk, dan yang paling anyar yaitu begal motor. Dengan melihat fakta itu, perlu adanya pembenahan dalam
aktifitas dakwah yang dilakukan oleh seorang da‟i, baik dari unsur dakwah atau unsur
yang lain agar aktifitas dakwah yang dilakukan berhasil, agar dampaknya terbentuk khairu ummah di tengah-tengah masyarakat.
Sosok Nabi Muhammad SAW. adalah figur yang selalu dijadikan suri teladan dalam setiap kehidupannya tidak kecuali dalam cara berdakwah beliau dalam
menyebarkan agama islam. Dakwah Rasulullah adalah penerapan dari metode dari Surat An-Nahl ayat 125 yang berisikan berdakwah dengan bijak, dengan akhlak
mulia dan berbudi pekerti yang luhur, bertutur kata yang lemah lembut dalam menyebarkan agama islam kepada manusia, baik selama berdakwah di kota Mekah
maupun di kota Madinah. Tak heran dalam waktu singkat perjalanan dakwahnya, rasulullah mampu merubah kaum arab yang dikenal dengan kaum jahiliyyah menjadi
kaum yang bermartabat. Langkah-langkah dakwah Rasulullah juga diikuti oleh para sahabat nabi sampai bersambung kepada Wali Songo, sosok da‟i kondang yang
menyebarkan agama islam di tanah jawa. Para Wali Songo menyebarkan agama islam dengan bijak, berakhlak mulia, dengan bertutur kata yang lemah lembut dan penuh
kasih sayang sehingga jalan dakwah islam di nusantara ini tanpa dengan jalan kekerasan sehingga mampu mengajak masyarakat yang pada waktu itu mayoritas ber-
agamakan HinduBudha untuk memeluk agama islam. Berdasarkan data dari sejarah, penyebaran agama islam di nusantara ini yaitu
salah satunya dengan melalui jalur perdagangan, selain itu, pendekatan dalam berdakwah yang mereka lakukan juga dengaan melalui pernikahan dan penggunaan
unsur-unsur budaya di tengah-tengah masyarakat. Agar masyarakat pada waktu itu menjadi tertarik kepada agama islam, salah satu dakwah Wali Songo dengan
menggunakan unsur budaya sebagai media dakwah karena hal itu sudah bagian yang sudah dekat dengan mereka yang masih kita lihat sampai sekarang ini seperti acara
tahlilan, tembang dan gamelan, dan wayang kulit yang awalnya ber-unsur agama Hindu dan Budha diubah ber-unsur islam. Salah satu metode yang dipakai wali songo
yang sampai sekarang bisa kita lihat yaitu masjid yang menyerupai pura dari masjid menara kudus di jawa tengah. Karena pendekatan itulah akhirnya agama islam dapat
diterima khususnya masyarakat Jawa dan sekarang menjadi agama mayoritas di nusantara ini karena tidak terlepas dari penggunaan metode tepat yang dipakai oleh
para Wali Songo dalam menyebarkan agama islam.
Diantara da ‟i di indonesia yang melakukan aktifitas amar maruf nahi
mungkar salah satunya yaitu K.H. Misbahul Munir. Beliau merupakan alumni dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Lahir dan besar dari keluarga
ulama membuat beliau dididik oleh orang tuanya dengan ilmu agama islam yang baik. Berdakwah di Jakarta tepatnya daerah Volker Tanjung Priok yang dikenal akan
daerah yang rawan akan kejahatan dan kemaksiatan, dijalani oleh beliau dengan istiqomah. Dengan kesabarannya dalam berdakwah, dengan banyaknya rintangan
dalam berdakwah, masyarakat yang awalnya dekat dengan perilaku maksiat seperti, judi, mabuk, dan narkoba, sex bebas perlahan-lahan insyaf dengan ajakan dakwah
beliau dengan menjadi jamaahnya maupun menjadi santerinya. Dengan tahu betul situasi dan keadaan mad‟unya, dalam berdakwah beliau menggunakan metode al-
hikmah atau bahasa beliau berdakwah dengan ”pendekatan hati” yaitu berupa akhlak
yang mulia uswatun hasanah, memakai kata yang efektif dan tidak memaksa dalam berdakwah toleransi sehingga dakwah beliau terima oleh masyarakat sekitar.
Dengan berkumpul dengan masyarakat, beliau secara tidak langsung memberikan materi dakwah kepada mereka berupa suri teladan yang baik pada
masyarakat sehingga dikenal akan akhlaknya yang baik. Sehingga ketika beliau aktif berdakwah, dengan sendirinya masyarakat mudah menerima pesan dakwah yang
diberikan oleh beliau. Disamping itu penerapan dari metode al-hikmah yaitu beliau membuka beberapa pengajian yang tujuannya untuk membuka hati mad
‟unya, seperti istighosah, pembacaaan surat yasin yang dilanjutkan dengan pembacaan Barzanji
pada tiap malam jum ‟at. Setelah hatinya terbuka, barulah Kh. Misbah memberikan
materi ceramah kepada mad ‟unya sehingga materi dakwah mudah diterima oleh para
jamaah dan santeri karena hati mereka sudah terbuka. Adapun jamaah dan santeri Kh. Misbah amat beragam, selain dari orang yang memang berasal dari orang baik,
mereka juga dari penjudi, pemabuk, pemakai narkoba dan sex bebas. Dengan hidayah dari Allah melalui dakwah Kh. Misbah akhirnya mereka insyaf dan kembali ke jalan
Allah. Dengan melihat pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini pada
“Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur’an Al- Misbah Volker
Jakarta Utara”.
B . Batasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih akurat dan terfokus, maka peneliti
membatasi penelitian ini pada Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu Al-Qur
‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara”. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis hanya memfokuskan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Metode Dakwah K.H. Misbahul Munir Di Pesantren Ilmu
Al-Qur ‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?
b. Metode dakwah apa yang paling dominan digunakan oleh K.H. Misbahul
Munir di Pesantren Ilmu Al-Qur ‟an Al-Misbah Volker Jakarta Utara?