Pengertian Metode Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir

umat islam untuk menjadi uswah atau contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya yang disebutkan dari surat Q.S Ali Imron ayat 110 :                           Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ”

2. Unsur-Unsur Dakwah Menurut Kh. Misbahul Munir

a. Tentang Da ‟i menurut Kh. Misbahul Munir Menurut Kh. Misbahul Munir da ‟i adalah nama yang sudah melekat pada penganjur agama di dalam islam. Padahal da ‟i itu masih nama umum, tapi sudah menjadi nama khusus. Da ‟i walaupun arti harfiahnya orang yang mengajar, tapi sudah didentik dengan penganjur buat agama islam. Kh. Misbah menambahkan, da ‟i itu harus dipahami dari sebuah konsep yang terdapat pada Surat Al-Fushilat ayat 33 yaitu:               Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri? Mimman daa ilallah, tidak orang yang lebih bagus dari orang yang menyeru di jalan Allah. Jadi posisi seorang da ‟i itu luar biasa, bagaimana sekiranya orang diajak hatta lama’ muda ilallah yaitu kiranya orang mengabdi kepada Allah dan beribadah kepada Allah. Seharusnya semangat da ‟i harus kesana, jadi harus dipahami oleh kita karena distorsi sekarang ini, da ‟i didentik dengan ilal fulus, I’dai ialal kerumunan, I’dai ilal kewibawaan, I’dai ilal kursi, bukan karena ilalalah. Dan massa, Al-Qur ‟an hanya dijadikan alat saja. Jadi harus dibedakan. Sekarang banyak orang menjadikan Allah, islam, Al-Quran adalah alat, dan beliau menekankan bahwa Allah adalah tujuan dari aktifitas dakwah yang kita lakukan. 4 Dalam kesehariannya selain memberikan materi dakwah kepada masyarakat, Kh. Misbah juga peka jika ada sesuatu hal yang terjadi di lingkungannya seperti ada kematian, pernikahan atau kelahiran. Dengan beliau bersentuhan langsung dengan mereka, Kh. Misbah mengenal dengan masyarakat dan tidak ada kesan jurang pemisah sehingga lebih mudah memberikan materi dakwah kepada mereka. Akhlak yang mulia yang beliau tunjukkan ke masyarakat bahkan sebelum melakukan aktifitas dakwah sehingga memberikan rasa kedekatan antara beliau dengan masyarakat ketika berdakwah, dengan begitu masyarakat dengan sendirinya menerima dakwah beliau. Hal ini dibuktikan, ketika sebelum beliau menjadi pimpinan Masjid At- Taqwa, para donatur pada enggan memberikan sumbangannya kepada pihak pengelola masjid pada waktu itu dikarenakan sudah tidak percaya. Berbeda halnya ketika Kh. Misbahul Munir yang kemudian menjadi pimpinan Masjid At-Taqwa, para donatur kembali memberikan sumbangannya kepada pengurus Masjid At- Taqwa untuk pembagunan operasional Masjid At-Taqwa. Sampai-sampai ada jemaah Masjid At-Taqwa yang awalnya berasal dari preman pengguna narkoba dan penyakit masyarakat kemudian menjadi insyaf dan 4 Wawancara pribadi dengan Kh. Misbahul Munir di kediamannya, Jakarta 10 Februari 2014 sering shalat jemaah di Masjid At-Taqwa dikarenakan pada waktu itu Kh. Misbah yang menshalatkan ibunya ketika wafat. Suri teladan yang baik yang ditunjukkan kepada masyarakat apapun latar belakangnya adalah merupakan dakwah beliau disamping dakwah dalam bentuk ceramah maupun dakwah dalam bentuk yang lainnya. 5 b. Mad ‟u menurut Kh. Misbahul Munir Mad ‟u adalah penerima dakwah, dan keadaan mad‟u tiap suatu daerah berbeda bergantung dimana seorang da‟i berdakwah. Khusus di daerah tanjung priok yang keadaan mad ‟unya amat beragam, ada mad‟u muslim, kafir, awam, cendekiawan, dewasa maupun anak-anak. Dan dari segi ekonomi sendiri umumnya dari kelas menengah ke bawah. Melihat keadaan itu, Kh. Misbah mendifinisikan tidak mungkin mengislamkan semua orang, dan juga perlu dipahami tidak semua orang mad ‟u dapat tersentuh oleh seorang da‟i. Adakalanya ada orang yang mau diajak, ada juga orang yang tidak mau, ada orang yang maunya datang sendiri, ada yang maunya didatangi. Dan bagi orang yang tidak mau tidak perlu ada paksaan, yang terpenting mereka tidak mengganggu kepentingan umum, tidak melanggar aturan aturan yang sudah dibuat dan jika melanggar hubungannya dengan undang-undang atau pidana dan sebagainya. 6 Kh. Misbah menjelaskan, dengan keadaan itu harus dipahami bahwasanya seorang da ‟i harus mampu mendifinisakan sasaran karena tidak mungkin membatasi lingkungan ini. mengajar, mengajak kepada orang yang percaya kepadanya dan yang tidak percaya menjadi urusan mereka. Seorang da ‟i ibarat 5 Wawancara pribadi dengan Ustad Sufyan, Murid pertama Kh. Misbah Jakarta, 22 juli 2014 6 Wawancara pribadi dengan Kh. Misbahul Munir di kediamannya, Jakarta 10 Februari 2014