Unsur –Unsur Dakwah Dakwah dan unsur-unsurnya 1. Pengertian Dakwah.

dan akherat. Masyarakat sebagai objek dakwah sangat heterogen, misalnya ada masyarakat yang berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang, pegawai, buruh dan artis, anggota legislatif, eksekutif, karyawan dan lainnya. bila kita melihat dari aspek geografis, masyarakat itu ada yang tinggal di kota, desa, pegunungan, bahkan ada juga yang tinggal di pedalaman. Bila dilihat dari aspek agama, maka ma‟du ada yang muslimmukmin, kafir, munafik, musrik dan lain sebagainya. 20 Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar islam. Intinya dakwah ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosial ekonomi dan latar belakang mereka, pernyataan ini sesuai dengan Q.S S aba‟ ayat : 28 yaitu:              Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. ” 3. Maddah Materi Dakwah Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i kepada ma‟du. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu: 20 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Press, 2001, h. 8 a. Masalah Akidah Keimanan Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiyah. 21 Aspek akidah ini yang akan membentuk moral akhlaq manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah islam adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain. 22 b. Masalah Syariah. Syariah islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang meliputi segenap kehidupan manusia. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, haram dilarang, mubah dibolehkan mandub, dianjurkan, dan makruh dianjurkan untuk ditinggalkan, 23 c. Masalah Muamalah Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam muamalah di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencangkup hubungan dengan Allah 21 Akidah Aqidah Secara Harafiah Berarti “ Sesuatu Yang Terbuhul Atau Tersimpul Secara Erat Atau Kuat. Lihat, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: Ptictiar Baru Van Hoeve, 2002, h. 9 -11 22 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 25 23 ibid dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. 24 d. Masalah Akhlak. Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu j amak dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaaannya. Akhlak dalam islam bukanlah norma ideal yang tidak diemplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam islam mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya, maka islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini, maka materi akhlak membahas tentang tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus dipraktekkan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis sasarannya. 25 24 ibid 25 Affandi Muchtar, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ictiar Baru Van Hoeve, 2002, h. 326 4. Wasilah Media Dakwah. Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 26 Wasilah media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwa h ajaran islam kepada ma‟du. Untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamka Ya‟qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : a . Lisan adalah mediah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan bersuara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. b. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat korespondensial, spanduk, dan sebagainya. c. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, kaligrafi dan sebagainya. d. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televise, film slide, OHP, internet, dan sebagainya. f. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh madu. 27 26 Ali Yafie, Teologi Social Telaah Kritis Persoalan Agama Dan Kemanusiaan, Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997, h. 91-92 27 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah Jakarta: Kencana, 2006, h. 32 5. Thariqah Metode Dakwah. Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” melalui dan “hodos” jalan, cara. Dengan demikian, Kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran tentang metode. Dan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab di sebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. 28 Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia ynag memiliki pengertian “ Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia. 29 Sedangkan dalam metodologi pengajaran islam disebutkan metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”. 30 Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting perannya ketika membahas tentang metode dakwah, dalam literature Ilmu Dakwah pada umumnya merujuk Surat An-Nahl ayat 125 yaitu : 31 28 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Press, 2011, h. 52 29 M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992, h. 160 30 Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya: Usah Nasional, 1981, h. 36 31 M.Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 33                           Artinya : “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ” Secara garis besar, ayat di atas menjelaskan bahwa metode dakwah tiga, yaitu : bi al-hikmah, mauidzhatul hasanah, dan mujadalah biallati hiya ahsan. a. Metode Bi Al-hikmah Metode bi al-hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. 32 Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan. 33 32 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajeman Dakwah, h. 34 33 Hasanuddin, Hukum Dakwah ,Jakarta: pedoman ilmu jaya, 1996, h. 135 Al-hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat sehingga menjadi sempurna. Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An Nasifi, arti hikmah yaitu: “Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. 34 b. Metode Al- mau‟idza hasanah Secara bahasa, mauidza hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‟idzha dan hasanah. Kata mauidzah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan lawan dari kejeleken. 35 Adapun pengertian secara istilah, mauidzhatul hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 36 Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa maidzhatul hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang mendengarkanya atau argument –argumen 34 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 246 35 Ibid. 36 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 34 yang memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan ole h da‟i. 37 Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi. Kata tersebut mengandung arti : “Al-mau‟idzhatul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur ‟an. 38 Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzhatul hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kabaikan daripada larangan dan ancaman. 39 c. Metode Al-Mujadalah Dari segi etomologi bahasa mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan. Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli 37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, h. 100 38 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251 39 Ibid kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al- Qur‟an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara yang terbaik. 40 Firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 45 yaitu:                          Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oelah dua pihak sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukkan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut. 41 40 Samsul Munir Amin, ilmu Dakwah, h. 253 41 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265 6. Atsar Efek Dakwah. Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai dengan materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respon dan efek atsar pada ma‟du penerima dakwah. 42 Atsar efek sering disebut dengan feed back umpan balik dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da‟i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah –langkah berikutnya corrective action. Demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur- unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan. 43 Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau inforamasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. 42 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 34 43 Ibid sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku. 44 7. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau di peroleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagian hidup manusia di dunia dan akherat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagian manusia di dunia dan akherat ini bisa tercapai dan terwujud. 45 Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan, yakni : a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah. b. Menunjukkan larangan–larangan yang bersifat perbuatan dan perkataan. c. Menunjukkan keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada Allah. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah. 46 Sementara itu M. Natsir dalam serial media dakwah mengemukaan, bahwa tujuan dari dakwah itu adalah: a. Memanggil kita pada syariat , yang memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persoalan rumah tangga, 44 Jalaluddin Rahmad, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktek Berpidato, Bandung: Akademika, 1982, h. 269 45 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265 46 Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Dakwah Islam, Surabaya: il-ikhlas, 1983, h. 51-53 berjamaah masyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara, dan berantar Negara. b. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisi kan manusia secara heterogen, bermacam karakter pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syahada’ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas manusia. c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah. 47 Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Adzariyat : 56.        “Dan Aku Tidak Menciptakan Jin dan Manusia Melainkan Supaya Mereka mengabdi Kepada-K u.”

B. Bentuk –Bentuk Dakwah

Aplikasi dakwah ke tengah masyarakat beraneka ragam, sesuai dengan kemampuan kita dalam berdakwah. Umumnya bentuk-bentuk dakwah terbagi dari tiga macam yaitu antara lain: a. Dakwah dalam bentuk lisan bil- lisan Allah berfirman dalam Al-Qur ‟an dengan tegas mengenai hal ini akan ahsan qaulan ucapan yang baik. Sebagaimana dalam Surat Al- Fussilat ayat 33 yaitu: 47 M. Natsir, ”Dakwah Dan Tujuan“ Dalam Serial Media Dakwah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, No. 28, hal. 2-4               Artinya : “ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri? Pengertian ayat diatas adalah pentingnya akan keteladanan berupa dengan ucapan yang baik dalam menyeru pada jalan Allah SWT. b. Dakwah dalam bentuk Perbuatan bil-hal Dakwah bil-hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-nilai ajaran islam. Dakwah bil- hal merupakan usaha merintis dan mempratekkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, dakwah dalam bentuk ini dapat dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apapun. 48 c. Dakwah dalam bentuk tulisan bil-qolam Dakwah bil-qolam adalah dakwah berupa tulisan baik media cetak maupun online. Isinya berupa dakwah menyerumengajak kepada umat untuk ber-amar maruf dan nahi mungkar. Dakwah ini pernah dilakukan oleh Rasulullah dulu berupa pengiriman surat kepada rajapenguasa yang belum memeluk islam seperti raja Persia. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik baik dari darahnya para syuhada”. 48 Umi Musyarofa, Dakwah Kh. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan, Jakarta: In Press, 2009, hal. 20-21 34

BAB III PROFIL K.H. MISBAHUL MUNIR DAN GAMBARAN UMUM

PONDOK PESANTREN ILMU AL-QUR ’AN AL-MISBAH VOLKER JAKARTA UTARA.

A. Latar Belakang K.H. Misbahul Munir 1. Riwayat Hidup K.H. Misbahul Munir

Nama lengkap beliau adalah K.H. Misbahul Munir cholil lahir dan dibesarkan di desa Mayangan Probolinggo 6 Juni 1972 Putra pertama dari Alm. K.H. Kholilurrahman dan ibu Hj. Hafsah yang kedua orantuanya secara silsilah merupakan keturunan dari para ulama 1 . Sekolah dasar Kh. Misbah panggilan akrab K.H. Misbahul Munir dimulai di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Jrebeng Kulon Probolinggo yang merupakan sekolah swasta asuhan abahnya sendiri. Kh. Misbah di sekolah itu masuk dua kali dalam sehari, yaitu waktu pagi Kh. Misbah masuk sekolah ibtidaiyah dengan kurikulum pemerintah yang sama sepertinya umumnya sekolah dasar SD. Setelah shalat dhuhur, Kh. Misbah masuk lagi pada sekolah yang sama, bedanya yang dipakai kali ini dengan kurikulum yang dibuat sendiri oleh pengasuh sekolah yang pelajarannya lebih ditekankan pada ilmu keagamaan seperti Ilmu Fiqih, Nahu Shorof, Ilmu Tauhid dan disiplin ilmu agama lainnya. 2 Sepulang dari sekolah, Kh. Misbah membantu usaha orang tuanya yang berprofesi mebel dan juga menggembelakan kambing di sawah. Selain membantu 1 Ustad Syam, teman Kh. Misbah wawancara pribadi, Jakarta utara, 2 maret 2014 2 Wawancara pribadi dengan Ustad Sufyan, Murid pertama Kh. Misbah Jakarta, 22 juli 2014