Batik ANALISIS BENTUK NASIONALISME

warga negara harus tetap bekerja keras di bidang keahliannya masing-masing. Bekerja keras di bidang masing-masing, dapat diharapkan setiap warga negara bahu-membahu membangun bangsa untuk kepentingan bersama demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, Bakry, 1987: 67. Bentuk nasionalisme yang terdapat dari sikap kerja keras adalah sikap kerja keras mampu menjadi suatu alat untuk menuju cita-cita dan keinginan yang hendak dicapai oleh suatu bangsa. Bekerja keras, akan merubah sesuatu hal menjadi lebih baik. Selain itu, dengan bekerja keras pula, suatu bangsa dapat mewujudkan keinginan atau cita-cita dari bangsanya sendiri. Tidak akan mungkin suatu bangsa akan berubah menjadi lebih baik, jika setiap warga negaranya bersikap mudah menyerah dan tidak sungguh-sungguh mewujudkan keinginan bangsanya. Tanpa adanya kerja keras suatu yang diinginkan pasti tidak akan terwujud. Kerja keras yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan berikut: “Mas Fajar ada di situ, sore itu, bukan karena kamu hoki, tapi kerja keras kamu selama ini yang telah kamu tanam dengan terus tekun dan pantang menyerah dalam menjalankannya”. 5 cm.: 133-134 Selain itu, kerja keras yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat juga pada kutipan berikut: “Kalo... lo... yakin... sama... sesuatu... lo... taruh... itu... di sini,” Genta meletakkan jari telunjuknya di keningnya, “Abis itu lo kerja keras... semampu lo”. 5 cm.: 139

5.9 Batik

Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Batik telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka penghasil kain tradisional yang halus di dunia, Purba, 2005: 43-44. Julukan ini datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di bumi Indonesia, sebuah sikap adat yang sangat kaya, beraneka ragam, kreatif serta artistik. Selama periode yang panjang itulah aneka sifat, ragam kegunaan, jenis, rancangan serta mutu batik Indonesia ditentukan oleh berbagai unsur, antara lain oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan, penjajahan, dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru. Namun demikian, yang paling Universitas Sumatera Utara menentukan di atas segalanya adalah keanekaragaman adat dan kepercayaan asli penduduk serta sikap budaya masyarakat dalam menerima berbagai unsur yang memenuhinya. Menurut Tirta dalam Purba, 2005: 44 batik merupakan teknik menghias kain atau tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan warna, dan proses tersebut semuanya menggunakan tangan. Menurut Syakur dalam Purba, 2005: 44 batik adalah seni rentang warna yang meliputi proses pemalaman lilin, pencelupan pewarnaan dan pelorotan pemanasan, hingga menghasilkan motif yang halus, yang kesemuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 112, batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan mencetak malam lilin batik pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa batik adalah sehelai wastra yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan digunakan dalam matra tradisional dengan beragam hias pola tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin batik sebagai bahan perintang warna. Suatu wastra dapat disebut batik apabila mengandung dua unsur pokok, yaitu: teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik, Purba, 2005: 44. Seni batik maupun cara pembuatannya sudah dikenal di Indonesia sejak dulu. Namun demikian, mengenai asal mula batik masih banyak menimbulkan perdebatan. Ada sebagian pihak yang menyetujui bahwa batik memang berasal dari Indonesia, tetapi ada juga beberapa pihak yang tidak menyetujuinya. Pihak yang tidak setuju dengan pendapat bahwa batik berasal dari Indonesia mengemukakan bahwa batik dibawa oleh nenek moyang kita ketika melakukan perpindahan penduduk, atau mungkin juga diperkenalkan kepada nenek moyang kita oleh kaum pendatang. Pendukung pendapat ini mengatakan bahwa batik sebenarnya berasal dari Mesir dan Persia. Itulah sebabnya cara pembuatan dan penghiasan batik tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga ada di Thailand, India, Jepang, Sri Langka, dan Malaysia. Pihak yang setuju, mengatakan bahwa batik di Indonesia adalah suatu bentuk kesenian yang berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan batik yang berkembang di negara lain. Cara pembuatan maupun corak-corak dan cara hiasan yang ada pada batik Indonesia tidak mempunyai kemiripan dengan cara pembuatan batik asing. Alat dan pola hiasan batik Indonesia benar-benar mencerminkan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia. Jika itu berbentuk hiasan, maka hiasan itu juga hiasan yang terdapat di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pada mulanya batik yang dikenal hanya batik tulis. Seiring dengan penggunaan batik yang makin meluas, teknologi batik berkembang pula dengan pesatnya. Sekarang di samping pembuatan batik secara tradisional, dikenal pula pembuatan batik secara ”modern” yang hasilnya disebut dengan batik modern. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri dan Kerajinan Batik – Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta dalam Purba, 2005: 49-50, kain batik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batik tulis dan batik modern. Batik tulis merupakan batik yang dianggap paling baik dan tradisional. Proses pembuatannya melalui tahap-tahap: persiapan, pemolaan, pembatikan, pewarnaan, pelorodan, dan penyempurnaan. Pada proses pembatikan sering terjadi gerakan spontan, tanpa dihitung atau diperhitungkan lebih rinci. Batik modern dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: batik cap, batik kombinasi, tekstil motif batik. Batik cap dalam proses pembuatannya melalui tahapan-tahapan seperti persiapan, pencapan, pewarnaan, pelorodan, dan penyempurnaan. Pelaksanaan pembuatan batik cap lebih mudah dan cepat. Kelemahan pada batik cap adalah motif yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat motif-motif besar. Selain itu pada batik cap tidak terdapat seni coretan dan kehalusan motif yang dianggap menentukan motif batik. Batik kombinasi merupakan jenis batik yang mengkombinasikan batik tulis dan batik cap. Batik ini dibuat dalam rangka mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik cap, seperti motif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan tangan. Pada proses pembuatannya memerlukan persiapan-persiapan yang rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan motif capnya sehingga efisiensinya rendah dan hampir sama dengan batik tulis, serta nilai seni produknya juga disamakan dengan batik cap. Adapun proses pembuatannya melalui tahapan-tahapan yaitu persiapan, pemolaan untuk motif besar, pembatikan motif yang tidak dapat dicap, pencapan, pewarnaan, pelorodan, dan penyempurnaan. Tekstil motif batik merupakan jenis batik yang tumbuh dalam rangka memenuhi kebutuhan batik yang cukup besar dan tidak dapat dipenuhi oleh industri batik biasa. Tekstil motif batik diproduksi oleh industri tekstil dengan mempergunakan motif batik sebagai desain tekstilnya. Proses produksinya dilakukan dengan sistem printing sehingga produknya dikenal sebagai batik printing dan dapat diproduksi secara besar-besaran. Namun demikian, ciri-ciri khas yang mendukung identitas batik tradisional tidak terdapat pada batik printing, tetapi harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau semua lapisan masyarakat yang memerlukannya, Purba, 2005: 50-51. Sebagai cabang seni rupa warisan generasi lampau, batik memiliki berbagai kegunaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada zamannya. Pada batik tradisional, peran Universitas Sumatera Utara utamanya adalah sebagai bahan busana sedangkan bentuknya disesuaikan dengan kegunaannya. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat modern memiliki aspirasi yang berbeda dengan masyarakat tradisional, yaitu menganggap batik tradisional tidak sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan yang baru. Maka orang lalu berusaha mencari dimensi baru dalam dunia batik. Batik tidak hanya digunakan untuk kepentingan busana tradisional karena dipandang tidak praktis untuk kehidupan modern. Berdasarkan hal tersebut maka media batik dipandang lebih cocok untuk kebutuhan budaya modern sebagai busana modern rok, kemeja, dan jas, elemen interior taplak meja, sprei, gorden, produk cinderamata kipas, sandal, dan kartu pos, serta media ekspresi lukisan. Melestarikan batik merupakan salah satu bentuk nasionalisme, karena batik merupakan hasil dari kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945 dijelaskan bahwa, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. semua yang menjadi warga negara Indonesia mempunyai peranan yang penting dalam melestarikan batik. Melestarikan batik, berarti ikut berperan dalam memelihara dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan sebagai identitas bangsa. Batik merupakan suatu kebanggaan bagi segenap bangsa Indonesia, sehingga bangsa lain tidak akan mudah untuk mengaku-ngaku menjadi pemilik batik. Batik yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan berikut: “Nak, nasi pecel, ayam telur, Nak. Endok asin, ndok asin, hangat hangat.” Seorang ibu tua dengan pakaian khas Jawa dan kain batik lusuh, mengusung gendongan makanannya, menawarkan dagangannya ke Riani”. 5 cm.: 173

5.10 Bersyukur