Begitu juga dengan dunia sepakbola, perbedaan mendukung tim sepakbola kesayangan kita, seharusnya bukan menjadi penyebab terpecah belahnya kesatuan dan
persatuan kita sebagai suatu bangsa Indonesia, akan tetapi menjadi suatu sumber kekuatan yang harus dikelola dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Tidak perlu adanya suatu pertikaian
antara suporter sepakbola atas nama fanatisme kedaerahan. Fanatisme kedaerahan bukanlah suatu hal yang dilarang, malah harus ditanamkan di dalam benak kita masing-masing.
Namun, apabila fanatisme kedaerahan tersebut dilakukan secara berlebihan dan dapat memecah belah kita sebagai satu bangsa, maka hal tersebut justru menjadi suatu yang harus
ditinggalkan. Atas nama kesadaran berbangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia, serta menginginkan adanya kerukunan atau kedamaian, maka fanatisme kedaerahan yang
berlebihan tersebut harus ditinggalkan karena dapat mengancam keutuhan kita sebagai suatu bangsa.
Kehidupan yang rukun dan damai harus dilakukan oleh suporter Indonesia, karena kerukunan merupakan salah satu prinsip bangsa Indonesia yang tercermin dalam Bhinneka
Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu juga, yaitu bangsa Indonesia. Kerukunan merupakan bentuk dari nasionalisme, karena melalui kehidupan yang rukun antar sesama
warga bangsa tentunya akan membuat persatuan terjalin dengan kuat di dalam kehidupan bernegara dan berbangsa di Indonesia. Apabila persatuan antar sesama warga bangsa sudah
terjalin kuat maka bangsa Indonesia tidak akan mudah untuk terpecah belah, karena kita bersatu padu membentuk suatu bangsa yang kokoh yang didasari nilai Pancasila yaitu sila
Persatuan Indonesia serta didasari oleh prinsip yang mempersatukan segenap perbedaan menjadi sebuah kekuatan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Kerukunan yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan berikut:
“Wah, Mbak jangan salah sangka, tiap suporter itu sebenarnya nggak mau berantem, apalagi sekarang udah rapi”. 5 cm.: 200
5.14 Gotong Royong
Konsep gotong-royong mempunyai nilai yang tinggi dan mempunyai sangkut paut dengan kehidupan rakyat Indonesia terutama masyarakat pedesaan. Istilah gotong-royong
untuk pertama kali tampak dalam tulisan-tulisan mengenai hukum adat dan juga dalam karangan-karangan tentang aspek-aspek sosial dari pertanian. Gotong royong merupakan
salah satu unsur penting dalam pembangunan bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila. Sikap hidup manusia Pancasila adalah 1 meletakkan kepentingan pribadinya dalam
Universitas Sumatera Utara
kerangka kesadaran kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya, 2 merasakan bahwa kewajibannya terhadap masyarakat adalah lebih besar dari kepentingan
pribadinya. Gotong royong adalah kerjasama secara sukarela yang biasa dilakukan oleh
penduduk desa sejak nenek moyang kita, Bintarto, 1980: 9. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 370, definisi gotong royong adalah bekerja bersama-sama, tolong-
menolong, bantu-membantu. Menurut Koentjaraningrat dalam Bintarto, 1980: 9 gotong royong merupakan suatu sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga,
untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah.
Menurut Ina Slamet dalam Bintarto, 1980: 10 jenis gotong royong dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu: 1 gotong royong yang bersifat jaminan sosial dan 2 gotong
royong yang bersifat pekerjaan umum. Berkaitan dengan fungsinya sebagai jaminan sosial, gotong royong dalam bentuk tolong-menolong ini masih menyimpan ciri khas gotong royong
yang asli. Jenis gotong royong ini berupa tolong-menolong yang terbatas di dalam lingkungan beberapa keluarga tetangga atau satu dusun, misalnya dalam hal kematian,
perkawinan, mendirikan bangunan dan sebagainya. Fungsi gotong royong sebagai pekerjaan
umum, yaitu ditujukan untuk kepentingan umum, misalnya pembuatanperbaikan jalan, memperbaikimembuat saluran air dan lain-lain. Menurut Presiden Soeharto dalam Bintarto,
1980: 11 gotong royong merupakan ciri khas dan pola hidup masyarakat Indonesia. Maka dari itu gotong royong dapat digolongkan sebagai salah satu kebudayaan nasional.
Berdasarkan pada uraian-uraian tersebut tentunya dapat ditafsirkan, bahwa gotong royong merupakan tingkah laku atau prilaku sosial yang konkret dan merupakan sesuatu tata
nilai kehidupan sosial yang turun-temurun, terutama dalam kehidupan di desa-desa di Indonesia. Gotong royong dalam arti yang murni masih dapat dijumpai di masyarakat yang
terpencil letaknya, tetapi di masyarakat yang sudah membuka diri dengan dunia luar, sifat gotong royongnya sudah kurang murni. Gotong royong merupakan bentuk nasionalisme
karena mencerminkan sikap hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu bersama- sama dan saling membantu untuk menyelesaikan suatu hal demi kepentingan dan kebaikan
bersama. Gotong royong yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada
kutipan berikut:
Universitas Sumatera Utara
“OKE MULAI bagi tugas. Gue sama Arial bikin tenda. Ian sama Juple coba cari sesuatu yang bisa dibakar, ranting-ranting kecil atau sampah kering. Riani sama Dinda masak
air panas, bikin kopi sama teh”. 5 cm.: 223 Selain itu, gotong royong yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm.
terdapat juga pada kutipan berikut: Zafran dan Genta melipat terpal. Arial dan Ian membereskan kompor parafin, Riani
dan Dinda tampak membereskan sisa-sisa makan siang. 5 cm.: 279
5.15 Peduli Lingkungan Hidup