Gaya Bahasa ANALISIS STRUKTUR YANG

“Dari mana lo, Ple?” tanya Arial. “Dari tanah air gue yang indah.” “Mulai deh pagi-pagi mau opera.” “Apaan tuh, Ple?” “Nasi pecel... tadi gue turun sebentar, beli nasi pecel.” 5 cm.: 179 Pada kutipan tersebut, pengarang menggambarkan bahwa dirinya merupakan orang yang sangat mengagumi negaranya yaitu Indonesia. Rasa bangga pengarang terhadap negaranya ia tunjukkan melalui tokoh Zafran. Rasa bangga yang dikemukakan pengarang dalam kutipan tersebut merupakan bentuk rasa hormat dan sayangnya kepada negara Indonesia. Bersikap bangga terhadap negara sendiri merupakan sesuatu yang mengindikasikan bahwa seseorang benar-benar kagum terhadap negara sendiri tanpa merendahkan bangsa lain. Sikap bangga terhadap negara sendiri merupakan bentuk dari nilai nasionalisme, karena sikap tersebut menempatkan negara sendiri sebagai suatu negara yang mempunyai keunggulan di bandingkan dengan negara-negara lain.

4.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa berasal dari bahasa latin, stilus, yang mempunyai arti susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan yang sengaja ataupun menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, Slamet Muljana dan Simanjuntak dalam Sukada, 1993: 84. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 340 gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Pada novel 5 cm. pengarang menampilkan bahasa Indonesia yang tidak baku dan bahasa daerah, terutama bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Penggabungan antara bahasa Indonesia yang tidak baku dengan bahasa daerah bahasa Betawi dan bahasa Jawa tersebut merupakan bentuk dari peristiwa campur kode. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Iya, gue kan lagi masuk angin, abis dikerokin... eh mpok-mpok Betawi nyablak. ‘Eh tong, daripada masuk angin mendingan lo masuk TNI’ katanya.” “Hahaha...,” Genta menyenggol bahu Ian. 5 cm.: 352 “Bagus... bagus... udah ngerti, wong iku ana tulisanne kok di kaca belakangku.” 5 cm.: 197 Pada kutipan tersebut pengarang menggunakan gaya bahasa berupa bahasa daerah yang cukup kental terlihat. Selain menggunakan bahasa daerah, pengarang juga Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang tidak baku. Pada novel 5 cm. pengarang menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Bahasa Betawi adalah bahasa yang lahir dari bahasa Melayu. Orang Jakarta asli menyebut dirinya orang Betawi, atau orang Melayu Betawi, dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tercapai, nama mereka lebih dikenal dengan sebutan orang Jakarta. Bahasa Betawi sekarang lebih dikenal dengan bahasa Jakarta. Bahasa Betawi digunakan dalam kutipan tersebut karena para tokoh dalam novel 5 cm. memang merupakan orang-orang yang berasal daerah DKI Jakarta, tempat dari suku betawi berasal. Bahasa betawi adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia, yang memperkaya khasanah bahasa di Indonesia. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang berasal dari suku Jawa. Bahasa Jawa juga merupakan bahasa yang memperkaya keberagaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Jawa banyak memberikan sumbangsih dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata, ungkapan, dan peribahasa Jawa banyak yang masuk dan digunakan oleh bahasa Indonesia. Digunakannya kata, ungkapan, dan peribahasa itu oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia bukan saja mengambil istilah lahirnya saja, tetapi juga kandungan filsafat yang ada di dalamnya. Sebuah filsafat mempunyai kaitan dengan berbagai hal, seperti sikap hidup, religi, dan kebudayaan. Filsafat yang dimiliki suatu bangsa atau suku adalah cermin watak, perilaku, dan sifat pemiliknya Slamet, 2003: 1. Bahasa Jawa merupakan aset dari keberagaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Jawa muncul dalam kutipan tersebut yaitu pada saat Genta, Arial, Arinda, Zafran, Riani, dan Ian berada di kota Malang dan berjumpa dengan sopir angkot yang berasal dari suku Jawa. Sopir angkot tersebut menggunakan bahasa Jawa untuk berbicara dengan mereka. Bahasa Betawi dan bahasa Jawa merupakan sebagian kecil dari keberagaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Betawi dan bahasa Jawa tentunya memperkaya warisan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Pada Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Inti dari pasal tersebut adalah negara harus menjadi pihak yang menghormati keberagaman dari bahasa daerah serta memelihara kelangsungan bahasa daerah agar tidak punah. Menjaga kelestarian bahasa daerah merupakan suatu bentuk penghargaan dan penghormatan kepada berbagai bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia. Sikap menjaga dan melestarikan bahasa Betawi dan bahasa Jawa merupakan bentuk dari nilai nasionalisme, karena dengan begitu kita sebagai warga negara Indonesia menjadi mengakui dan merasa memiliki kebudayaan daerah, sebagai hal yang memperkaya kebudayaan nasional Indonesia. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS BENTUK NASIONALISME