berupa hasil karya yang dihasilkan manusia. Blangkon identik dengan kebudayaan suku Jawa, karena memang Blangkon merupakan simbol yang membanggakan bagi pria dari suku
Jawa. Blangkon merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan lokal yang harus dilestarikan, karena memiliki makna yang penting dalam kebudayaan Jawa, yaitu sebagai identitas yang
membedakan suku Jawa dengan suku-suku lainnya. Perbedaan ini bukanlah menjadi suatu ancaman yang menjadi pemisah antara suku yang satu dengan suku lainnnya dan antara
kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya, melainkan menjadi suatu pengayaan bagi kebudayaan Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan budaya sehingga setiap kebudayaan lokal harus tetap dilestariakan guna memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia.
Melestarikan blangkon sebagai kebudayaan lokal berarti melakuakan sesuatu yang berbentuk nasionalisme karena dengan tindakan tersebut kita mencintai kebudayaan lokal yang ada di
Indonesia, sehingga budaya lokal dapat menjadi identitas dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia di mata bangsa-bangsa lain, dan mencerminkan bahwa Indonesia merupakan
negara yang kaya dengan berbagai bentuk budaya. Blangkon yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada
kutipan berikut: “Mas-mas sama Mbak-mbak dari mana?” sopir angkot yang bertampang Jawa dan
mengenakan blangkon memecahkan bengong mereka”. 5 cm.: 195
5.12 Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia dan merupakan aset kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Aset tersebut bukanlah hal yang mati sebab
kehadirannya justru memperkaya bahasa nasional. Sebagai contoh, kata, ungkapan, dan peribahasa banyak yang masuk dan digunakan dalam bahasa Indonesia. Digunakannya kata,
ungkapan, dan peribahasa itu oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia bukan saja mengambil istilah lahirnya saja, tetapi juga kandungan filsafat yang ada di dalamnya. Sebuah
filsafat mempunyai kaitan dengan berbagai hal, seperti sikap hidup, religi, dan kebudayaan. Filsafat yang dimiliki suatu bangsa atau suku adalah cermin watak, perilaku, dan sifat
pemiliknya Slamet, 2003: 1. Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur
dari pulau Jawa. Orang Jawa dalam pergaulan hidup maupun hubungan sosial sehari-hari, mereka selalu berbahasa Jawa. Pada waktu mengucapkan bahasa daerah ini, seseorang harus
memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang
Universitas Sumatera Utara
sedang dibicarakan, berdasarkan usia maupun status sosialnya. Pada prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya. Yaitu bahasa Jawa Ngoko dan
Krama Kodiran, 2002: 329. Bahasa Jawa Ngoko dibagi menjadi dua, yaitu ngoko kasar dan ngoko halus. Sementara Krama, dibagi menjadi Krama Madya dan Krama Inggil atau halus.
Krama Madya juga dibedakan lagi menjadi Krama Madya yang digunakan di kota dan Krama Madya yang digunakan di desa. Krama Inggil atau halus juga dibedakan lagi menjadi
Krama Inggil yang digunakan di kalangan Kraton dan Krama Inggil yang digunakan di kalangan rakyat biasa.
Dalam penerapan berkomunikasi verbal maupun non verbal pada konteks keberagaman kebudayaan dengan masyarakat beda budaya, memang sudah sepantasnya
menggunakan bahasa penghubung dalam hal ini bahasa nasional yang disepakati, atau tindak tanduk yang umum. Namun, pada tataran komunikasi interpersonal dengan masyarakat yang
berada dalam ranah tradisi kebudayaan yang sama, seyogianya bahasa yang digunakan maupun tindak tanduk yang diperagakan tetap menggunakan tradisi bahasa ibu dengan segala
tata kramanya sesuai dengan etika yang telah dijalankan turun-temurun, karena jika tidak, hal ini akan berpotensi menghilangnya jati diri pada masyarakat Jawa itu sendiri.
Bahasa Jawa merupakan salah satu dari berbagai macam bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa tentunya memperkaya warisan bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Dalam Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Inti dari pasal tersebut adalah negara
harus menjadi pihak yang menghormati keberagaman dari bahasa daerah serta memelihara kelangsungan bahasa daerah agar tidak punah. Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah
merupakan suatu bentuk kebudayaan yang perlu dihormati dan dipelihara agar tetap ada dan tidak punah diterjang zaman, karena semakin banyak bahasa daerah yang ada di Indonesia
tentunya menjadi suatu kebanggaan untuk bangsa Indonesia, yang dikenal dengan sebutan bangsa yang multikultural.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, menghormati dan memelihara bahasa daerah merupakan suatu kewajiban untuk menjalankan undang-undang yang telah ditetapkan.
Menghormati dan memelihara bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk nasionalisme yang harus tetap dijaga guna menyelamatkan dan mempertahankan bahasa Jawa sebagai warisan
budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya agar tidak punah diterjang zaman. Menghormati dan memelihara bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang memperkaya
kebudayaan nasional tentunya merupakan suatu bentuk dari penghargaan dan rasa hormat kepada kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Sikap menghormati dan memelihara
Universitas Sumatera Utara
bahasa Jawa mampu membuat setiap warga negara menjadi merasa memiliki, serta tidak anggap remeh terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebuah kebanggaan hidup dalam
suatu bangsa yang mempunyai banyak kebudayaan. Bahasa Jawa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada
kutipan berikut: “Bagus... bagus... udah ngerti, wong iku ana tulisanne kok di kaca belakangku”. 5
cm.: 197
5.13 Kerukunan