“Batin Genta pun berdoa,”Ya, Allah... selamatkanlah mereka sahabat-sahabatku. Semua yang terjadi adalah kehendak-Mu, semua yang hidup akan kembali kepada-Mu,
kuserahkan semua ke keagungan-Mu”. 5 cm.: 212 Selain itu, doa yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat juga
pada kutipan berikut: ”Serentak mereka memandang ke atas puncak Mahameru dan memicingkan mata,
lalu membentuk lingkaran-tertunduk dan berdoa”. 5 cm.: 233 “Berdoa dulu”. Semuanya tertunduk, memejamkan mata. 5 cm.: 280
5.2 Sopan Santun
Sopan santun merupakan suatu sikap yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hormat-menghormati sesama manusia, yang muda menghormati yang tua, dan yang tua
menghargai yang muda. Sopan santun merupakan salah satu dari ciri manusia yang beradab, dengan memiliki
sikap sopan santun seseorang bisa dikatakan sebagai manusia yang beradab. Pengertian dari manusia yang beradab adalah yang memiliki daya cipta, karsa, rasa, dan keyakinan, sehingga
dapat dibedakan secara jelas antara manusia dan hewan, Bakry, 1987: 136. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 1084, sopan santun berarti budi
pekerti yang baik; tata krama; dan peradaban. Prinsip sopan santun oleh Geoffrey Leech dalam Franzischa, 2012: 60 adalah salah satu kaidah berkomunikasi yang digunakan untuk
menciptakan kelancaran berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Prinsip ini juga bisa digunakan untuk menghindari ungkapan yang tidak sopan sehingga tuturan tersebut tidak
menyakiti perasaan lawan bertutur. Sopan santun merupakan salah satu bentuk nasionalisme, karena sikap sopan santun
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ciri-ciri manusia yang beradab. Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung di dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bersikap semena-mena. Selain itu sopan santun
juga mengindikasikan bahwa manusia selalu menjunjung tinggi persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia tanpa membedakan suku, turunan dan kedudukan sosial.
Sopan santun yang menjadi bentuk nasionalisme dalam novel 5 cm. terdapat pada kutipan berikut:
”Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang yang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci
gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak’, bukan dengan teriakkan keras “Jumiii...”
Universitas Sumatera Utara
yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci
setiap hari...”. 5 cm.: 83
5.3 Musyawarah