Kebutuhan Jalan Arteri Alternatif

jalan maka semakin banyak atau lama waktu tempuh yang dibutuhkan untuk melewatinya dengan kata lain semakin rendah nilai penghematan waktu perjalanannya. Dilain pihak, estimasi ini menunjukkan bahwa kendaraan ringan direncanakan memiliki penghematan nilai waktu perjalanan yang lebih baik dibanding sepeda motor dan kendaraan berat. Sesuai dengan MKJI 1997 yang menyatakan bahwa kendaraan ringan adalah besaran yang dipakai sebagai ukuran kinerja lalu lintas karena memang pada dasarnya kendaraan ringan diperhitungkan lebih mudah mencapai kecepatan optimal pada suatu ruas jalan dibandingkan kendaraan lain. Walau perkiraan ini tidak selalu sepenuhnya tepat karena pada kenyataannya hasil analisis dan observasi sebelumnya untuk pergerakan di dalam Kota Kandangan menunjukkan bahwa jenis moda yang memiliki nilai waktu perjalanan terhemat adalah sepeda motor.

4.3 Temuan Penelitian

Pada bagian ini hasil-hasil perhitungan sebelumnya dikomparasikan dan dianalisis kembali agar bisa diberikan alternatif solusi dan dapat ditarik kesimpulan akhir mengenai bagaimanakah kebutuhan Kota Kandangan akan jalan arteri alternatif beserta kelayakan ekonomi rencana jalan tersebut.

4.3.1 Kebutuhan Jalan Arteri Alternatif

Dalam penelitian ini jika nilai NVK pada salah satu dari empat segmen jalan arteri eksisting di Kota Kandangan didapati telah jauh lebih dari angka 0,80 maka dinyatakan kota ini membutuhkan pembangunan jalan arteri baru sebagai opsi pertama penyelesaian masalah lalu lintas dan jalan. Bagi pemerintah daerah opsi ini diutamakan sebab usaha penambahan lajur ataupun lebar badan jalan arteri eksisting di kota ini cukup sulit dilakukan karena keterbatasan lahan. Berdasarkan hasil analisis tingkat pelayanan jalan dan proyeksi lalu lintas ternyata pada kedua rute jalan arteri eksisting yang terdiri empat segmen jalan di Kota Kandangan yaitu dimulai dari Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan M. Johansyah dan Jalan HM. Yusie pada tahun 2008 masih dalam kondisi tingkat pelayanan yang sangat baik. Jalan HM. Yusie merupakan jalan dengan nilai NVK terkecil yaitu 0,17. Di susul kemudian Jalan Ahmad Yani yang pada penelitian ini diobservasi pada dua titik survei dengan nilai NVK rata-rata 0,28. Kemudian pada Jalan Sudirman yang mulai padat arus lalu lintasnya diperoleh nilai NVK sebesar 0,38 dan terakhir dengan nilai NVK tertinggi adalah ruas Jalan M. Johansyah. Nilai NVK Jalan M. Johansyah yang didapati cukup tinggi dikarenakan arus lalu lintasnya tertinggi sementara kapasitas jalannya paling rendah jika dibandingkan jalan-jalan arteri yang lain. Pada jalan ini diperoleh nilai NVK sama dengan 0,63. Walaupun dalam rentang nilai NVK sebesar itu masih digolongkan dalam tingkat pelayanan kelas A tetapi ada kecenderungan untuk menurun menjadi kategori B. Tingkat pelayanan dengan angka 0,63 di jalan ini pada kenyataannya memiliki tipikal arus bebas menuju stabil, volume jalan yang biasa dipakai untuk jalan perkotaan dan kecepatan yang sedikit terbatas terutama pada jam puncak di pagi hari, namun pada pada waktu-waktu tertentu terutama di malam hari kecepatan akan meningkat menjadi lebih tinggi. Dengan berpatokan hasil analisis di atas maka dinyatakan Kota Kandangan belum membutuhkan adanya jalan arteri alternatif. Sampai akhir tahun berjalan diperkirakan semua segmen jalan arteri di Kota Kandangan yang digunakan lalu lintas regional dan lokal baik berupa arus menerus eksternal-eksternal maupun tidak menerus internal-internal, belum mengalami permasalahan serius sehingga perlu ditangani dengan pengadaan jalan alternatif. Kedua lintasan atau rute eksisting masih bisa memberikan pelayanan dengan klasifikasi baik A untuk melayani semua aktivitas pergerakan kendaraan yang melaluinya. Oleh karena belum dibutuhkannya jalan arteri alternatif pada tahun 2008 maka selanjutnya dilakukan analisis proyeksi traffic volume lalu lintas pada semua segmen jalan arteri. Analisis proyeksi ini memakai angka pertumbuhan lalu lintas sebesar 6,76 untuk jalan arteri yang berada di pusat kota, sedangkan jalan arteri yang terletak di pinggiran kota menggunakan angka pertumbuhan lalu lintas 6,30 . Angka pertumbuhan lalu lintas diperoleh dari analisis terhadap data volume lalu lintas yang diperoleh dari Dirjen Bina Marga Provinsi Kalimantan Selatan dari hasil observasinya selama kurun waktu 3 tiga tahun yakni dari tahun 2006-2008 pada dua ruas jalan arteri yang berada di dalam dan di luar Kota Kandangan. Tersedianya data time series volume lalu lintas ini dapat merepresentasikan kondisi lalu lintas di kota ini untuk beberapa tahun mendatang dengan asumsi sistem tata guna lahan jumlah penduduk, lapangan kerja, luas lahan terbangun, pola penyebaran lokasi kegiatan, pendapatan dan kepadatan penduduk dan kepemilikan kendaraan dan sistem transportasi waktu perjalanan, biaya angkutan, pelayanan dan ketersediaan sarana juga mengalami peningkatan secara konsisten dan wajar. TABEL IV.56 TINGKAT PELAYANAN DALAM NVK VC JALAN ARTERI EKSISTING DAN RENCANA DI KOTA KANDANGAN NVK VC Nama Jalan Lokasi Kondisi pra tahun Kondisi pra tahun Kondisi pasca Kondisi pasca 2008 2012 tahun 2012 tahun 2023 Ahmad Yani arteri primer Desa Hamalau pinggiran kota 0,28 0,36 0,36 0,71 Sudirman arteri primer Kel. Jambu Hilir dekat pusat kota 0,38 0,49 0,32 0,66 Ahmad Yani arteri primer Desa Gambah Dalam pinggiran kota 0,28 0,36 0,36 0,70 M. Johansyah arteri sekunder Kel. Kandangan Kota pusat kota 0,63 0,82 0,51 1,05 HM. Yusie arteri sekunder Kel. Kandangan Utara pusat-pinggir kota 0,17 0,22 - - Jalan arteri alternatif Kec. Kandangan- Sei.Raya-Pdg. Batung - - 0,17 0,34 Sumber : Hasil Analisis, 2008 Hasil proyeksi lalu lintas pada kondisi pra jalan alternatif menunjukkan bahwa jalan arteri alternatif mulai dibutuhkan pada tahun 2012 yang ditandai dengan nilai perbandingan volume dengan kapasitas jalan yang sudah melebihi 0,80 pada salah satu ruas jalan arteri eksisting yaitu Jalan M. Johansyah NVK= 0,82 yang berlokasi di pusat Kota Kandangan. Jika jalan arteri alternatif dapat sepenuhnya diwujudkan maka terbuka kesempatan bagi tiap kendaraan untuk melaju pada kecepatan maksimal dalam batas-batas yang diizinkan saat melewati Kota Kandangan karena berkurangnya arus lalu lintas di pusat kota. Dengan bertambahnya rute baru rute ketiga yaitu jalan arteri alternatif maka jumlah arus lalu lintas akan terbagi. Diperkirakan mayoritas arus lokal akan tetap menggunakan jalan arteri eksisting, sebaliknya arus regional non angkutan umum akan lebih dominan menggunakan jalan alternatif untuk mengejar kenyamanan dan kecepatan berkendara. Selain itu semua arus angkutan umum regional akan diwajibkan menggunakan jalan baru tersebut. Adanya pembagian ini akan menyebabkan semua segmen jalan arteri di ketiga rute yang tersedia tidak ada yang membukukan nilai NVK lebih dari 0,60 yang berarti semua segmen jalan berada pada tingkat pelayanan dengan klasifikasi A atau sangat baik. Alternatif solusi Seyogyanya keberadaan jalan alternatif yang lebih diperuntukkan untuk melayani arus lalu lintas regional akan membuat semua segmen jalan arteri di Kota Kandangan dapat memberikan pelayanan yang baik dan optimal hingga 15 lima belas tahun ke depan atau tahun 2023. Hanya saja pada Jalan M. Johansyah ternyata setelah diproyeksikan lagi, pada tahun 2020 12 tahun mendatang sudah mulai mengalami kemacetan NVK= 0,86 meskipun telah ada jalan alternatif. Oleh sebab itu diberikan alternatif solusi selain pembangunan jalan arteri alternatif yaitu dengan peningkatan kapasitas pada segmen jalan eksisting yang terpadat namun terpendek panjang trace jalannya. Ruas Jalan M. Johansyah merupakan segmen jalan terpadat padahal ruas ini sebenarnya hanya sepanjang 0,80 km. Pada ruas jalan arteri sekunder ini terdapat tarikan perjalanan seperti Kantor Pos, Kantor Sekretariat DPRD, Rutan, Bank, Terminal Kota dan beberapa toko besar tetapi hanya sekitar 400 meter dari awal ruas, sedangkan ruas tersisa yaitu sepanjang 400 meter hingga bertemu Jalan HM. Yusie relatif lebih lapang. Dalam upaya penghematan dana, dimungkinkan alternatif lain untuk mengatasi permasalahan kepadatan lalu lintas yaitu dengan meningkatkan kapasitas jalannya. Langkah-langkah yang disarankan sebagai berikut: 1. Menambah lebar badan jalan dari 6,0 meter menjadi 7,0 meter. Usaha ini walaupun cukup sulit namun masih bisa dilaksanakan dengan memanfaatkan bahu jalan yang tersisa sementara trotoar diperbaiki dan bisa digeser ke arah dalam antara 0,5-1,0 meter. Namun bahu jalan akan tetap ≤ 0,5 meter karena memang terbatasnya ruang manfaat jalan. 2. Menempatkan tanda larangan berhenti dan parkir di ruas jalan ini, terutama bagi mobil angkutan umum yang ada harus langsung masuk ke dalam terminal. Upaya ini untuk meminimalisir aktivitas samping jalan. 3. Memindahkan beberapa toko maupun PKL yang telah memakai ruang milik jalan sehingga trotoar bagi pejalan kaki lebih leluasa digunakan. Ini berarti trotoar memang benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pedestrian, yang selanjutnya akan berdampak pada berkurangnya aktivitas samping jalan. 4. Melarang dan mengalihkan pergerakan jenis kendaraan lambat seperti becak dan gerobak yang biasa memakai jalan ini karena masih banyak alternatif jalan bagi kendaraan non bermotor seperti Jalan Soeprapto dan Jalan Soetoyo yang bersebelahan dengan Jalan M. Johansyah, usaha ini untuk mengurangi jumlah hambatan samping. 5. Menutup atau setidaknya membuat portal pada beberapa jalan lingkungan yang terhubung langsung dengan jalan ini sehingga kendaraan roda empat terutama kendaraan berat tidak bisa keluar masuk dengan mudah, perlakuan ini juga dimaksudkan untuk meminimalisasi aktivitas samping jalan. Dengan menerapkan perlakuan dan asumsi seperti di atas diharapkan ada penambahan kapasitas jalan akibat bertambahnya lebar jalan efektif, kemudian pembagian komposisi pada kedua arah dikondisikan stabil dalam perbandingan 5050. Disamping itu hambatan samping direduksi dari kategori sedang menjadi rendah. Sehingga diperhitungkan kapasitas Jalan M Johansyah akan bertambah dari 1.698,07 smpjam menjadi 2.294, 48 smpjam seperti pada tabel di bawah: TABEL IV.57 PENINGKATAN KAPASITAS PADA RUAS JALAN M. JOHANSYAH Nama Jalan Lokasi Co FCw FCsp FCsf FCcs C smpjam M. Johansyah Kel. Kandangan Kota pusat kota 2.900 1,00 1,00 0,92 0,86 2.294,48 Sumber : Hasil Analisis, 2008 Peningkatan kapasitas ini ternyata memberi dampak positif peningkatan tingkat pelayanan jalan dengan catatan volume lalu lintas tidak berubah dan meningkat secara proporsional. Pada tahun 2009, nilai NVK yang diperoleh adalah sebesar 0,50 yang berarti termasuk dalam tingkat pelayanan A. Sedangkan setelah diproyeksikan pada tahun 2017 atau 9 sembilan tahun mendatang, barulah tingkat pelayanan pada jalan arteri sekunder ini akan termasuk klasifikasi C yang ditandai dengan nilai NVK= 0,84 dimana jalan tersebut akan memiliki tipikal dengan ciri arus stabil, kecepatan dikontrol oleh lalu lintas, volume pelayanan yang dipakai untuk jalan perkotaan yang berpotensi mengalami kemacetan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil proyeksi selengkapnya pada tabel di bawah ini: TABEL IV.58 PROYEKSI PADA JALAN M. JOHANSYAH SETELAH PENINGKATAN KAPASITAS JALAN TANPA ADA JALAN ALTERNATIF No Vo smpjam n tahun Vn smpjam C smpjam VC LOS Tahun 1 1.069,1 1 1.141,4 2.294,48 0,50 A 2009 2 1.069,1 2 1.218,6 2.294,48 0,53 A 2010 3 1.069,1 3 1.301,1 2.294,48 0,57 A 2011 4 1.069,1 4 1.389,1 2.294,48 0,61 A 2012 5 1.069,1 5 1.483,0 2.294,48 0,65 AB 2013 6 1.069,1 6 1.583,4 2.294,48 0,69 B 2014 7 1.069,1 7 1.690,5 2.294,48 0,74 BC 2015 8 1.069,1 8 1.804,8 2.294,48 0,79 C 2016 9 1.069,1 9 1.926,9 2.294,48 0,84 C 2017 10 1.069,1 10 2.057,2 2.294,48 0,90 D 2018 11 1.069,1 11 2.196,4 2.294,48 0,96 DE 2019 12 1.069,1 12 2.345,0 2.294,48 1,02 E 2020 13 1.069,1 13 2.503,6 2.294,48 1,09 F 2021 14 1.069,1 14 2.673,0 2.294,48 1,16 F 2022 15 1.069,1 15 2.853,8 2.294,48 1,24 F 2023 Sumber : Hasil Analisis, 2008 Berdasarkan estimasi di atas, langkah peningkatan kapasitas pada Jalan M. Johansyah layak dipertimbangkan karena menyebabkan jalan ini dapat memberikan pelayanan dengan baik sampai tahun 2017 NVK 2017= 0,84. Hasil ini diperoleh dengan mengasumsikan kapasitas jalan tetap karena faktor-faktor koreksi yang mempengaruhinya dianggap kecil fluktuasinya sebagai akibat dari konsistennya penerapan manajemen lalu lintas, sehingga perubahannya dapat diabaikan. Sementara jika ada jalan alternatif tetapi Jalan M. Johansyah tidak mendapat perlakuan apapun maka jalan arteri sekunder ini hanya dapat memberikan pelayanan optimal hingga tahun 2020 NVK 2020= 0,86 atau lebih baik tiga tahun daripada solusi alternatif meningkatkan kapasitas jalan. Selisih tiga tahun yang akan diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika melanjutkan pembangunan jalan arteri alternatif. Dengan menggunakan harga satuan tahun 2008, estimasi biaya peningkatan kapasitas adalah sekitar Rp.1,618 milyar sedangkan jika meneruskan pembangunan jalan arteri alternatif diperhitungkan akan menelan biaya tidak kurang dari Rp. 23,128 milyar. Ini berarti dengan hanya melaksanakan peningkatan kapasitas jalan akan menghemat pengeluaran biaya yang signifikan. Keuntungan lain akan diperoleh jika opsi peningkatan kapasitas Jalan M. Johansyah didahulukan yaitu pembangunan jalan arteri alternatif dapat ditunda sampai 9 sembilan tahun ke depan atau hingga tahun 2017. Artinya sisa ruas dapat dibagi dalam sembilan tahap pekerjaan fisik sehingga dana APBD dapat memenuhinya. Jika jalan arteri alternatif terealisasi di tahun 2017 dengan didahului peningkatan Jalan M. Johansyah maka segmen jalan arteri sekunder ini diperkirakan akan dapat memberikan pelayanan dengan baik hingga tahun 2023. Selengkapnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini: TABEL IV.59 PROYEKSI PADA JALAN M. JOHANSYAH SETELAH PENINGKATAN KAPASITAS DENGAN ADA JALAN ALTERNATIF No Vo smpjam n tahun Vn smpjam C smpjam VC LOS Tahun 1 730,7 9 1.317,0 2.344,36 0,56 A 2017 2 730,7 10 1.406,1 2.344,36 0,60 A 2018 3 730,7 11 1.501,2 2.344,36 0,64 A 2019 4 730,7 12 1.602,7 2.344,36 0,68 BC 2020 5 730,7 13 1.711,1 2.344,36 0,73 B 2021 6 730,7 14 1.826,9 2.344,36 0,78 BC 2022 7 730,7 15 1.950,4 2.344,36 0,83 C 2023 Sumber: Hasil Analisis, 2008

4.3.2 Kelayakan Ekonomi Jalan Arteri Alternatif