untuk pemukiman penduduk, sedangkan pada sisi yang lain masih dipakai untuk areal persawahan. Walaupun di jalan ini terdapat terminal regional, namun
pengaruhnya tidak banyak terhadap peningkatan jumlah hambatan samping. Keadaan tersebut juga sangat dimungkinkan oleh adanya jalan samping dan bahu jalan yang
cukup lebar yang dimiliki oleh ruas jalan kabupaten ini.
4.1.1.4 Analisa Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan merupakan arus lalu lintas maksimum stabil yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu. Kondisi ini dapat berupa geometri jalan,
distribusi arah, komposisi lalu lintas dan faktor lingkungan seperti aktivitas samping jalan dan jumlah penduduk. Penghitungan kapasitas jalan menggunakan formula
seperti berikut ini:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs smpjam
Keterangan : Co
= Kapasitas dasar yang ditentukan berdasarkan tabel tipe jalan MKJI 1997 FCw = Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas berdasarkan tabel
tipe jalan MKJI 1997 FCsp = Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah berdasarkan tabel tipe
jalan MKJI 1997 FCsf = Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping berdasarkan
perhitungan dan tabel tipe hambatan samping MKJI 1997 FCcs = Faktor penyesuaian kapasitas untuk penyesuaian kota berdasarkan tabel
tipe jalan MKJI 1997
Sebagai kelanjutan dari identifikasi geometri jalan dan analisa hambatan samping, dapat ditentukan kapasitas jalan arteri di Kota Kandangan sebagai berikut:
TABEL IV.10 KAPASITAS JALAN ARTERI DI KOTA KANDANGAN
No Nama Jalan
Lokasi Co
FCw FCsp
FCsf FCcs
C smpjam
1 Jl. Ahmad
Yani Desa Hamalau
pinggiran kota 2.900 1,00 1,00 0,94 0,86 2.344,36
2 Jl. Sudirman
Kel. Jambu Hilir pusat kota
2.900 1,25 1,00 0,86 0,86 2.681,05 3 Jl.
Ahmad Yani
Desa Gambah Dalam pinggiran
kota 2.900 1,00 1,00 0,94 0,86 2.344,36
4 Jl. M.
Johansyah Kel. Kandangan
Kota pusat kota 2.900 0,87 0,91 0,86 0,86 1.698,07
5 Jl HM.
Yusie Kel. Kandangan
Utara pusat-pinggir kota
2.900 1,00 0,94 0,99 0,86 2.320,92
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Dari tabel di atas kapasitas Jalan Ahmad Yani di pinggiran kota, baik itu ruas yang berada di selatan kota di Desa Hamalau maupun ruas jalan yang berada di
utara kota di Desa Gambah Luar maka akan didapati besaran yang sama yaitu 2.344,36 smpjam. Hal tersebut terjadi karena kedua ruas jalan memiliki ciri-ciri
yang hampir identik yaitu dua lajur dua arah tanpa median, lebar badan jalan 7,0 meter, pemisahan arus lalu lintas total yang seimbang yaitu 5050 pada kedua arah,
hambatan samping yang rendah dengan bahu jalan yang cukup lebar yakni 1,0 meter. Tetapi kapasitas dasar jalan sedikit tereduksi oleh pengaruh jumlah penduduk Kota
Kandangan yang hanya berkisar 40.016 jiwa. Dilain pihak usaha untuk meningkatkan kapasitas dengan pelebaran badan jalan hampir tidak dimungkinkan
karena terbatasnya ruang milik jalan sehingga tindakan yang dilaksanakan sebatas pemeliharaan mutu perkerasan dan bahu jalan saja.
Jalan Sudirman yang sebagian ruas jalannya berada di pusat kota, tepatnya pada titik 2 di Kelurahan Jambu Hilir terhitung memiliki kapasitas jalan terbesar
yaitu 2.681,05 smpjam. Pengaruh hambatan samping berklasifikasi sedang yang terutama berasal dari banyaknya kendaraan keluar masuk ditambah lebar kereb jalan
yang kurang dari 0,5 meter cukup mereduksi nilai kapasitas jalannya. Mengenai komposisi pembagian arah pada jalan ini tercatat cukup konstan, selama 12 jam
observasi menunjukkan distribusi arus lalu lintas total dari jalan dua arah ini pada masing-masing arah adalah sama yaitu 5050 yang merupakan nilai normal dan
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kapasitas jalan. Perlu diperhatikan jalan dengan dua arah dua lajur tanpa median 22 UD ini telah mengalami pelebaran
badan jalan dari 7,0 meter menjadi 9,0 meter. Meski pelebaran yang itemui di pangkal ruas jalan hanya sepanjang 200 meter, namun pelebaran yang dimaksudkan
agar jalan dapat menahan beban arus lalu lintas akibat pencampuran antara lalu lintas lokal dan regional yang tinggi pada lokasi tersebut telah memberikan peningkatan
yang signifikan terhadap kapasitas jalan arteri primer ini. Kapasitas pada jalan arteri sekunder yang berada di pusat kota yaitu Jalan
M. Johansyah tercatat mempunyai kapasitas terkecil dibanding jalan arteri yang lain yaitu sebesar 1.698,07 smpjam. Kapasitas jalan propinsi dengan dua lajur dua arah
tak terbagi ini diperoleh dari lebar badan jalannya yang hanya berkisar 6,0 meter dengan kereb atau bahu jalan antara 0,4-0,6 meter. Kapasitas dasar juga semakin
berkurang akibat pengaruh distribusi pemisahan arus lalu lintas yang ternyata setelah dilakukan observasi selama 12 jam didapat persentase arus total yang menuju ke
Banjarmasin sebesar 35 sedangkan persentase arus lalu lintas pada arah yang
berlawanan arah Barabai, arah Balikpapan sebesar 65 . Pada saat yang sama jalan ini juga menerima sejumlah hambatan samping yang cukup tinggi yakni 470,6
gangguan per 200 mjam klasifikasi sedang mendekati tinggi ditambah dengan pengaruh ukuran kota dengan jumlah penduduk yang kurang dari 100 ribu jiwa yang
pada akhirnya juga semakin memperkecil kapasitas jalannya. Jalan HM. Yusie yang terletak di Kelurahan Kandangan Utara pada
dasarnya berpotensi memiliki kapasitas jalan yang paling besar diantara jalan arteri yang lain. Ternyata didapati kapasitas jalan sepanjang 2.640 meter yang baru saja
selesai dibangun tersebut hanya sebesar 2.320,92 smpjam. Walaupun memiliki lebar badan jalan 7,0 meter dan bahu 1,5 meter dengan hambatan samping sangat rendah
yang memberikan kontribusi positif terhadap kapasitas dasar jalan, tetapi kemudian direduksi oleh arus lalu lintas yang tidak seimbang antara arus lalu lintas yang
menuju ke dalam kota atau arah Banjarmasin dan arus lalu lintas yang menuju ke luar kota atau arah Barabai atau Balikpapan. Terhitung persentase distribusi arus lalu
lintas adalah 60 berbanding 40. Perbedaan distribusi pemisahan arus yang timpang ini sangat mungkin terjadi karena pengguna sepeda motor yang menuju ke kota atau
arah Banjarmasin yang puncaknya pada pagi hari lebih memilih melewati jalan ini dengan pertimbangan lebih cepat dan nyaman sebab lalu lintas yang sepi, namun
ketika arus balik menuju Barabai atau Balikpapan terjadi waktunya merata sepanjang hari dan para pengguna kendaraan roda dua tersebut lebih memilih jalan dalam kota
atau Jalan Ahmad Yani. Selain itu faktor ukuran kota dengan penduduk yang kurang dari 100.000 jiwa juga memberikan andil bagi penurunan kapasitas jalan.
4.1.1.5 Penentuan Tingkat Pelayanan Jalan