Tokoh Penokohan Tokoh dan Penokohan

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Latar sosial juga berkaitan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atas. Suharianto 1982:33 menyatakan latarsetting dalam cerita biasanya bukan hanya sebagai petunjuk kapan dan di mana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat mengambil nilai-nilai yang ingin diungkapkan oleh pengarang melalui ceritanya. Dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, dan sosial yang dijadikan latar belakang penceritaan oleh pengarang yang keberadaannya harus integral dengan unsur lainnya dalam membangun keutuhan makna cerita.

2.2.2.3 Tokoh dan Penokohan

Hakikat tokoh dan penokohan dikemukakan oleh beberapa penulis diantaranya adalah Suharianto 1982, Aminuddin 2002, dan Nuryatin 2010. Berikut penjelasan hakikat tokoh dan penokohan.

2.2.2.3.1 Tokoh

Tokoh cerita adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diseritakan Nuryatin 2010:7. Tokoh-tokoh cerpen hadir sebagai seseorang yang berjati diri yang kualitasnya tidak semata-mata berkaitan dengan ciri fisik, melainkan terlebih berwujud kualitas nonfisik. Tokoh dalam cerita bersifat fiktif. Meskipun demikian, agar kehadirannya dapat diterima pembaca, tokoh hendaknya tidak terlalu asing bagi pembaca. Tetapi harus disadari pula bahwa tokoh di dalam cerita rekaan tidak sama persis dengan manusia pada dunia nyata. Tokoh cerita rekaan tidak sepenuhnya bebas. Ia merupakan bagian dari suatu keutuhan artistik, yakni karya sastra. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu: Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif. Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, tokoh andalan, tokoh tambahan, dan tokoh lataran. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral baik protagonis ataupun antagonis. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

2.2.2.3.2 Penokohan

Menurut Suharianto 1982:31 penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Sejalan dengan hal itu Aminuddin 2002:79 menyatakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan. Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Perwatakan adalah pelukisan karakteristik tokoh melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah laku yang lebih menunjukkan pada kualitas pribadi sesuai penafsiran pembaca. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu: 1 Metode analitislangsungdiskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung. 2 Metode dramatiktak langsungragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.

2.2.2.4 Sudut Pandang

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN MODEL (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 2 23

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN PERADILAN RAKYAT KARYA PUTU WIJAYA OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MARISI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 8 12

PENGARUH METODE THINK-TALK-WRITE TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 4 23

PENGARUH MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DOLOK PARDAMEAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

1 7 23

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KELOMPOK BUZZ TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 0 17

PENGARUH METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “SOEMPAH PEMOEDA” KARYA PUTU WIJAYA OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KISARAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 2 28

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA CERITA DAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI SEKABUPATEN BOYOLALI.

0 1 157

unsur unsur intrinsik cerpen (1)

0 2 25

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI METODE DISKUSI JENIS BUZZ GROUP PADA SISWA KELAS VIII A SMP DWIJENDRA GIANYAR TAHUN PELAJARAN 20112012

0 1 14

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DISKOVERI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTO XI TARUSAN

0 0 11