Alur atau Plot Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

6. Cerpen tidak memerlukan rincian khusus tentang keadaan latar, misalnya yang meyangkut keadaan tempat dan latar sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja asal telah mampu memberikan suasana tertentu. 7. Dunia fiksi yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja. Dengan demikian, cerpen merupakan cerita yang ringkas, pendek baik dari segi unsur pembangunnya maupun dari segi penceritaanya.

2.2.2 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intinsik adalah unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri Nurgiyantoro 2001:19. Unsur intrinsik cerita pendek terdiri atas unsur- unsur intrinsik, antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Berikut ini pembahasan masing-masing unsur.

2.2.2.1 Alur atau Plot

Pengertian alur dalam cerita pendek atau karya fiksi pada umumnya dalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita Aminuddin 2002:83. Alur berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Sejalan dengan pendapat Aminuddin, Stanton dalam Nuryatin 2010: 10 alur merupakan terjemahan dari istilah Inggris Plot. Alur adalah sambung-sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa alur atau plot yaitu rnagkaian peristiwa yang disusun pengarang melalui tahapan-tahapan peristiwa sehingga terjalin suatu cerita yang masuk akal dan utuh yang dihadirkan oleh pelaku cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat. Suharianto 1982:28 menyebutkan bahwa alur atau plot terdiri atas lima bagian, yaitu 1 pemaparan atau pendahuluan yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita, 2 penggawatan, yaitu bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita muali bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap dirasakan adanya konflik dalam cerita tersebut. Konflik itu dapat terjadi antara tokoh dan tokoh, antara tokoh dan masyrakat sekitarnya, atau antartokoh dan nuraninya sendiri, 3 penanjakan, yaitu bagian cerita yang melukiskan seperti yang disebutkan di atas mulai memuncak, 4 puncak atau klimaks yaitu bagian yang melukiskan peristiwa mencapai klimaksnya, 5 peleraian yakni bagian cerita tempat pengarang memberikan tempat pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dan cerita atau bagian. Konflik merupakan inti dari sebuah alur. Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan. Bentuk-bentuk pertentangan itu, sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya : 1 pertentangan manusia dengan dirinya sendiri konflik batin, 2 pertentangan manusia dengan sesamanya, 3 pertentangan manusia dengan lingkungannya, 4 pertentangan manusia dengan Tuhannya. Konflik itulah yang menggerakkan cerita. Cara menentukan alur dapat dilihat dari arah menyusun alur yang dibedakan menjadi 1 alur lurus apabila cerita disusun mualai dari kejadian awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir dengan pemecahan masalah, 2 alur sorot balik Flashback apabila suatu cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal, 3 alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik. Tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan ada dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu maupun tempat kejadiannya Suharianto 1982:82. Kegiatan menemukan keterkaitan alur suatu cerpen dengan kehidupan sehari- hari dapat ditempuh dengan kegiatan yang bersifat teknik yaitu diawali dengan membaca cerpen dengan cermat. Penelaah juga menafsirkan dialog yang terdapat dalam cerpen itu dapat dimasukkan dalam tahapan apa dan harus membayangkan kira-kira sesuatu yang dipahami ini termasuk dalam tahapan alur mana.

2.2.2.2 Latar atau Setting

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN MODEL (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 2 23

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN PERADILAN RAKYAT KARYA PUTU WIJAYA OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MARISI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 8 12

PENGARUH METODE THINK-TALK-WRITE TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 4 23

PENGARUH MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DOLOK PARDAMEAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

1 7 23

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KELOMPOK BUZZ TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 0 17

PENGARUH METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “SOEMPAH PEMOEDA” KARYA PUTU WIJAYA OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KISARAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 2 28

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA CERITA DAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI SEKABUPATEN BOYOLALI.

0 1 157

unsur unsur intrinsik cerpen (1)

0 2 25

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI METODE DISKUSI JENIS BUZZ GROUP PADA SISWA KELAS VIII A SMP DWIJENDRA GIANYAR TAHUN PELAJARAN 20112012

0 1 14

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DISKOVERI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KOTO XI TARUSAN

0 0 11