pemikiran ini maka lahirlah konsep multiple patch design yang kemudian berkembang menjadi multisistem silvikultur Multiple Silvicultural System.
Menurut Indrawan 2008 multisistem silvikultur sudah saatnya diterapkan pada hutan produksi agar setiap bagian hutan mendapatkan perlakuan silvikultur yang
sesuai dengan kondisinya.
Gambar 1. Bagan alir perkembangan sistem silvikultur di Indonesia Kerangka pemikiran logical framework dibangun berdasarkan sejarah
pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia beserta semua input da n output yang bekerja pada sistem silvikultur TPTII dengan sasaran akhir berupa kelayakan sistem
yang dicirikan melalui kelestarian produksi, ekologi dan sosial.
Fungsi Hutan
UU No.411999 Hutan
Hutan Hutan
Konservasi Lindung
Produksi Degradasi hutan
Hutan terfragmentasi Deforestasi
Hutan Hutan
Hutan potensi Semak dan
Padang ilalang Lahan
primer sekunder
rendah belukar
Imperata cylindrica
kritis Mosaik lanskap
Multisistem silvikultur Uneven aged
All-aged Polycyclic
Monocyclic Even aged
forest forest
System System
forest
Tebang Tebang
Tebang habis Tebang habis
Kelompok Individu
permudaan permudaan buatan
alam THPB
THPA Unit
Manajemen
Penghutanan kembali
Tebang habis Tebang pilih
Melingkar Jalur
TPI TPTI
TPTJ
Rumpang
Tanaman dan tegakan tinggal
Perawatan, Pembebasan,
Penjarangan Siklus
berikutnya
Pemodelan
TPTII TPTJ
Gamba r 2. Kerangka pemikiran pengelolaan hutan de ngan sistem silvikultur TPTII
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan tanaman meranti Shorea leprosula
dalam jalur tanam dan tegakan tinggal dalam jalur antara sistem TPTII serta membangun model pertumbuhan dan hasil growth and yield untuk
memprediksi produktifitas, daur dan siklus tebangnya. Beberapa tahapan penelitian yang ingin dicapai adalah:
a. Mengeva luasi pertumbuhan tanaman meranti Shorea leprosula pada jalur tanam sistem TPTII da n memprediks i produktifitas dan daurnya
b. Mengeva luasi pertumbuhan tegakan tingga l pada jalur antara sistem TPTII dan memprediksi siklus tebang berikutnya
Waktu th 1972-1989
1989-Sek. 1993-1997
1998-2005
2005-Sek.
2035 dst Hutan
Produksi TPI
TPTI Deforestasi
Degradasi hutan TPTI
TPTI
TPTJ
Riset: TJTI, TJTK, HTI-TTJ TPTII, TPTJ, Rumpang
Riset: Bina pilih dll
Riset Riset
Jalur tanam Jalur antara
Penebangan siklus
berikutnya Layak
Tidak layak
Layak,hasil samameningkat Menurun
Genetik Lingkungan
biotik-abiotik Teknik
silvikultur Iklim
Tanah Aspek
Ketinggi an dpl
Lereng
Fisik Kimia
Biologi Pencucian
Erosi Unsur hara
Arsitek akar Density
Pemuliaan pohon
Suhu
Presipitasi Cahaya
Kelembaban Angin
Struktur tnh Tekstur tnh
Kimia air Kimia tanah
Pertum buhan
dan hasil
Model pertumbuhan
dan hasil Regenerasi
Pemeliharaan Persemaian
Penanaman
Pupuk Sulam
Bebas Jarangi
Permudaan
Flora Fauna
Microorganisme
Silin
Lingkungan, genetik dan
pengendalian hama terpadu
TPTIITPTJ
c. Mengeva luasi struktur, komposisi, keanekaragaman dan kekayaan jenis tegakan tinggal dalam jalur antara
d. Mengeva luasi tingkat kelayakan usaha sistem TPTII, khususnya di areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti.
Dengan tersedianya data perkembangan tanaman, tegakan tinggal, model dinamika tegakan hutan serta analisis finansial pada sistem TPTII diharapkan dapat
mendukung kemajuan pelaksanaan sistem ini di Indo nesia. Stakeholder dapat
menentukan potensi tanaman dan tegakan tinggal pada siklus tebang berikutnya berdasarkan riap, struktur dan komposisi tegakan tinggal yang ada. Penelitian juga
memberi informasi tentang prospek pengusahaan hutan sehingga menciptakan kepastian usaha dan menumbuhkan iklim yang kondusif bagi dunia usaha ke hutanan.
1.5 Hipotesis
a. Tanaman dalam jalur mampu meningkatkan produktifitas hutan pada da ur
pertama b.
Perkembangan tegakan tinggal ditentukan oleh struktur dan komposisinya dan mencapai kelestarian produksi pada siklus 30 tahun
c. Struktur, komposisi, keanekaragaman dan kekayaan jenis pada tegakan tinggal
masih mengikuti karakteristik hutan semua umur all-aged forest d.
Sistem TPTII layak diterapkan pada hutan alam produksi bekas tebangan